M - 4 : Dia dan Luka

28 3 11
                                    

Setelah menjadi wanita tersibuk seharian ini karena banyaknya pasien yang harus diperiksa oleh yena. Ditengah lelahnya, gadis itu masih menyempatkan diri mengunjungi tempat sakral untuk hidupnya. Ia sangat tau resiko apa yang harus ia tanggung jika ia kembali menapak di sana.

Kaki jenjangnya ia tuntun perlahan tapi pasti, kendati hatinya masih berat tuk mengenang semuanya. Kedua tangan mungilnya ia tautkan pertanda ia masih ragu dan belum siap mengelupas memori itu kembali. Menggigit ranum merah mudanya karena khawatir akan hati yang tak sejalan dengan tubuhnya. Ia seolah bagai seseorang yang trauma.

Di taman rumah sakit, gadis itu melamun sendu dan menerawang jauh hari yang lalu, semenjak kepergian taehyung yang membawa berjuta afeksi duka setiap ia akan berpijak, hatinya serasa ditutup rapat tak berani memberikan secuil celah pun bahkan untuk segelintir udara yang ingin menetap sebentar disana.

Seakan tempat indah itu menjadi saksi bisu dimana seorang kim taehyung yang selalu siap memberikan tubuhnya untuk menjadi sandaran yena yang lelah dengan seluruh pekerjaannya hingga tak sadar ia sering terlelap diatas pangkuan itu. Menyanyikan lagu manis yang menenangkanya, bercerita hal-hal lucu yang membuat perutnya serasa digelitik rasa geli. Gelegar tawa lepas taehyung bagai melodi indah yang mendera sepasang rungu nya.

Taehyung adalah salah satu dari dua orang yang sangat mengerti dan peduli padanya. Mereka saling mencintai dengan tulus, hingga sebuah insiden maut di rumah sakit tempo hari terjadi. Merenggut nyawa taehyung dari sisinya dengan membawa segala rangkaian kenangan manis yang mereka rajut rapi.

Dulu, pria itu pasti selalu ada untuknya, selalu membimbingnya, menjaganya, dan mengingatkannya. Tak ayal ia selalu mengutarakan sebuah kata sederhana pada prianya “you are my ironman”.

Mereka juga berjanji tidak ada yang boleh sakit atau menyakiti satu sama lain, mereka harus bahagia bersama saling menggenggam tangan tuk berbagi rasa hangat serta kenyamanan, dan membuat lukisan hidup indah di masa depan.

Taehyung tak pernah menunjukkan luka dan lelahnya didepan yena. Pria itu hanya fokus membuat yena bahagia, cukup itu saja. Terlampau sederhana kan?

Tapi kini, semua rekaman memori itu hilang dalam sekejap bagai ditelan bumi, tak berbekas. Dunia sangat kejam bukan? Bagaimana cara yena melanjutkan hidupnya seorang diri sekarang tanpa pria itu? Nyatanya gadis itu masih belum mampu bangun dari keterpurukannya.

Kepergian pria itu seolah membuat jiwanya kosong, tak ada kehidupan didalamnya, mematikan seluruh asa yang ia susun untuk hidupnya, meruntuhkan dinding pertahanannya hingga pecah berkeping-keping.

Bahu sempit yena bergetar pertanda gadis itu telah jatuh, dan jatuh lagi lebih dalam. Melebur total bersama kabut hitam yang lebih menyakitkan. Air mata menggenang penuh pada kedua pelupuk mata cantiknya. Ia gagal. Gagal lagi meraih semangat tuk bangkit esok hari.

Telapak tangan hangat membuat sepasang onyx bengkak nan merah itu menoleh cepat pertanda terkejut. Setelah presensinya dipandang tak asing lagi, lantas tanpa menunggu, yena segera menghambur ke dalam dekapan hangat sahabatnya, lee gyuri.

Tangisan dan isakan pilu melebur jadi satu, lebih perih dan lebih pekat. Sang sahabat hanya bisa menepuk punggung rapuh itu dengan pelan menghantarkan berjuta kenyamanan pada diri yena.

“hei… kau tak sendiri di dunia ini. Masih ada aku. Kita sudah berjanji bukan tak akan berpisah hingga maut menjemput. Jangan terus terluka begini, taehyung akan bersedih melihatmu disana.” Gyuri berujar penuh afeksi.

MellifluousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang