Past : Lucky Strike

1.2K 45 9
                                    

You're such a motivator, I gotta get you where

So sick of saying yes sir, yes sir

You're such an instigator, you wanna play the game

Take it or leave it, that's her, that's her

(Lucky Strike - Maroon 5)

“Kau telat!” sergah Lionel pada Bayu. “Bukannya sudah kubilang jam 8 malam!”

“Maaf-maaf-maaf…” seru Bayu, datang tergopoh-gopoh sambil membawa anaknya yang berumur 4 tahun, Aria.  “Dini baru datang. Kau tahu kan aku tak mungkin meninggalkan Priska sendirian di rumah.”

Lionel membungkuk untuk menyapa Aria, “Halo, anak manis. Di mana boneka yang kau inginkan itu?”

Aria dengan malu-malu menunjuk ke suatu booth tempat ketangkasan menembak. Bayu meringis, “Semoga kau tidak keberatan. Aria benar-benar menginginkan boneka kelinci di tempat itu. Kau tahu kan aku tidak jago menembak? Sudah kucoba berkali-kali namun tak satupun peluruku yang mengenai sasaran. Kau pernah memakai senapan di Wellington kan? Jadi…”

“Habis berapa kau mencobanya?”

“Sekitar 150 ribuan. Per peluru 5 ribu.”

Lionel menganga, “Maksudmu kau menghabiskan 30 peluru dan tidak mengenai apapun?!”

“Sudah kubilang aku tidak jago menembak!” Bayu membela diri.

Lionel memutar bola matanya, “Ayo ke sana!”

“Bisakah kau membawa Aria ke sana duluan...? Aku… harus ke toilet,” Bayu nyengir.

Lionel segera menggendong Aria dan membawanya ke booth yang dimaksud. Lima senapan dengan semangkuk peluru karet berada di bagian paling depan. Di bagian sasaran tembak puluhan mainan dan boneka dengan sasaran berupa lingkaran kecil tersusun dengan rapi. Si penjaga booth adalah bapak-bapak dengan kumis mirip Pak Raden.

Lionel menurunkan Aria. “Yang mana?”

Jemari mungil Aria terarah pada sebuah boneka di rak ketiga. Boneka kelinci dengan warna seputih salju. Lionel menarik senyum, dia sedari dulu tahu si kecil Aria memiliki mata yang luar biasa untuk mengenali kualitas barang. Lionel pernah melihat boneka itu sejenis itu di etalase sebuah toko mainan mahal di Paris.

Mengambil sebuah senapan, Lionel berancang-ancang untuk menembak. Lalu peluru pertama pun ditembakkannya.

“Eh?” Dengan bingung Lionel memelototi hasil tembakannya yang meleset sekitar 3 senti dari lingkaran sasaran. Dia yakin sekali tembakannya tadi bakalan kena. Dia menembak lagi, lagi, dan lagi… Hasilnya sama. Tak satupun pelurunya mengenai sasaran. Lionel meradang, dengan membabi buta dia mengisi peluru karet baru dan menembak tanpa henti sampai seseorang menepuk pundaknya.

“Kau menghabiskan uang secara sia-sia kalau menembak dengan cara begitu.”

Lionel menatap orang yang menepuknya barusan. Seorang gadis jangkung, lebih tinggi dari Lionel. Gadis tadi mengambil alih senapan Lionel dan berkata, “Peluru karet di sini memiliki bentuk yang berbeda. Tak terlihat kalau kau tak menelitinya secara seksama.” Si gadis membolak-balik sebuah peluru. “Peluru karet macam begini mudah untuk melenceng dibandingkan peluru biasa.” Dia memasukkan pelurunya ke senapan. Dan bersiap menembak.

Cras. Sasaran tembak dari kertas tadi sobek. Tembakan si gadis tepat sasaran langsung di percobaan pertama. Si gadis mengembalikan senapan ke tangan Lionel yang tak tahu mesti berkata apa. Sementara Aria bersorak saat penjaga booth menyerahkan boneka kelinci yang diinginkannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 22, 2013 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

OverexposedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang