Kisah Kita

15 5 0
                                    

Dulu kita terbiasa berbagi tawa.
Meski hanya sekedar lewat dunia maya yang tak nyata.
Kita juga terbiasa berbagi cerita.
Meski hanya sekedar via suara tanpa raga bersamanya.
Dulu ku pikir itulah cinta.

Namun ternyata aku salah.
Ternyata hanya perasaanku saja.
Perasaan yang tak seharusnya kutumbuhkan.
Perasaan yang telah kutumbuhkan sebelum masanya.
Dan aku sadar.
Jika itu semua menyalahi aturan agama.

Mungkin inilah cinta yang sebenarnya.
Hadirmu benar-benar nyata.
Bahkan kita tinggal diatap yang sama.
Tak jarang pula kita saling jumpa.
Namun tak pernah sekalipun saling sapa.
Menatap matamu pun aku tak lagi kuasa.

Dalam temaram malam, ku tenggelam dalam luapan rasa.
Dan bersama sang rembulan ku berbagi cerita.
Tanpa kata..
Dan tanpa suara..

Dan kini, kita masih tinggal dibawah satu atap yang sama.
Atap yang benar-benar membatasi ruang gerak kit.
Benar-benar membatasi.
Bahkan mungkin benar-benar mengekang.
Bukan karena apa.
Tapi agar kita lebih menjaga rasa.

Kadang aku berfikir bahwa ini sedikit menyiksa.
Tapi memang beginilah seharusnya.
Memang ini jalan menuju mahabbah yang sesungguhnya.

Dan pada akhirnya.
Ku simpan cinta dalam do'a.
Do'a yang tak henti-hentinya kulangitkan pada-Nya, Sang Maha Cinta.
Disepertiga malam-Nya.
Diatas mihrab cinta-Nya.
Dan dibawah naungan cinta kasih-Nya.
Ku tumpah ruaskan segala rasa.
Ku yakin Ia mendengarnya..

Teruntuk sahabatku,
Dibawah naungan jeruji suci,

Tulungagung, 07 Juni 2020

Sajak - Sajak RasakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang