iv

311 92 0
                                    

Jika seseorang yang melihatnya dengan kondisi seperti sekarang, mungkin akan bertanya-tanya.

Kenapa?

Kenapa pemuda itu terjebak dalam kondisi seperti itu?

Maka Haknyeon akan berpikiran sama. Ia bingung karena benar-benar tidak mengetahui mengapa kedua wanita itu menyiksanya sebegitu menyakitkan.

Sampai Haknyeon harus merasakan sakit yang amat sangat.

Disekujur tubuh dan batinnya.









Tes

Tes

Tes


















"Waktunya minum, Haknyeon."

***

Sore kembali datang. Membuat kedua wanita yang membuat Haknyeon bergetar hebat selama siang berlangsung itu berdecak sebal kemudian kembali ke rumahnya.

Pemuda tampan itu berusaha menarik tangannya. Bunyi rantai yang saling beradu membuat sosok tak berdaya didepannya mengangkat wajah.

"I-ibu.."

Haknyeon mulai menangis ketika sosok dihadapannya memuntahkan cairan kemerahan dan menyebar ke rerumputan dibawahnya.

"Ibu kumohon bangun," kata Haknyeon sambil menangis. Perutnya mual namun ia harus menahannya agar tidak ada lagi yang mati karenanya.

"H-haknyeon.."

"Ibu.. pergi, Bu. Bawa Ayah pergi."

Wanita yang Haknyeon sebut Ibu itu mengangkat wajahnya yang penuh darah. Matanya sayu, berurai air mata. Ingin sekali dirinya merengkuh tubuh putranya.

Namun kesadarannya bahkan sedang berada diujung tanduk.

"Ibu.. ibu, bangun bu. Tolong bawa ayah," racau pemuda itu lalu melihat kelangit. "Sebentar lagi hujan, Ibu bisa ke rumah. Bawa ayahㅡtunggu! Ayah masih sembunyi dirumah kan?!"

Melihat putranya terus-terusan mendesaknya untuk berucap, lirih-lirih kata itu akhirnya keluar dari mulutnya,


















"K-kulkas.. m-mereka nyimpan ayahmu disana."

[iii] Greed - Ju Haknyeon ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang