CHAPTER 13. GATHERING (1)

188 22 12
                                    

Karya ini dilindungi oleh undang-undang hak cipta no. 28 tahun 2014. Segala bentuk pelanggaran akan diselesaikan menurut hukum yang berlaku di Indonesia.

Aku baru saja selesai makan siang bersama mama dan papa saat terdengar suara ketukan. Papa bangkit mendahuluiku, melangkah ke ruang tamu.

"Oh, kalian rupanya. Masuklah."

Kepalaku menoleh penuh rasa ingin tahu. Aku mendengar suara seseorang yang kukenal baik.

"Sana, kalau mau menyambut paman dan bibimu," ujar mama.

Aku mengangguk cepat, lalu bergegas bangkit dan melangkah ke ruang tamu. Mataku melebar menatap seorang wanita cantik berambut cokelat ikal panjang bergaun putih formal.

Di sebelahnya, tampak lelaki berambut dan berpenampilan mirip Davion. Ia memadukan mantel hitam formal tanpa kancing dengan kaus dan celana panjang putih polos.

"Bibi Alva! Paman Damien!" teriakku menghambur ke arah adik papa dan suaminya.

Mereka menoleh kompak. Bibi Alva tertawa kecil kala melihatku. Ia merentangkan tangan menyambutku dalam pelukan hangat. Aku mendekap wanita itu erat.

"Bibi, aku rindu sekali! Kenapa baru datang ke sini?" rajukku.

"Siente, Bibi baru punya waktu hari ini. Banyak pekerjaan yang harus diselesaikan di Belize," jawabnya seraya mengusap-usap lembut punggungku.

Aku merenggangkan pelukan. "Bibi betah di sana? Kudengar tempat itu sepi dan kelam."

"Ellira, tak boleh bicara begitu," tegur papa.

Paman Damien menyeringai sembari menepuk-nepuk kepalaku pelan. "Kau mungkin harus melihatnya sendiri agar tahu lebih jelas bagaimana keadaan di sana."

Aku meringis, sedikit merasa segan pada lelaki itu. "Iya, Paman. Namun, Papa dan Mama belum mengizinkanku keluar dari Solstice."

Ekspresi wajah Paman Damien berubah. "Oh, aku lupa soal itu." Ia mengacak-acak rambut, terlihat kikuk dan salah tingkah saat melirik ke arah papa.

"Duduklah dulu, biar kita bisa berbincang lebih enak dan santai," ajak papa sambil berbalik, melangkah menuju kursi di ruang tamu.

Mereka melangkah mengikuti papa, sementara aku mengekor di belakang. Pintu sengaja dibiarkan terbuka.

Kulihat mama telah menaruh beberapa kue dan minuman ke meja dari nampan yang ia bawa. Ia tersenyum menyambut Bibi Alva dan Paman Damien.

"Czarina Alva, Czar Damien, silakan duduk. Aku sudah menyiapkan camilan untuk kalian," ujar mama.

"Ah, Sre'a Clarabelle, jangan terlalu formal begitu. Panggil nama kami saja," sahut Bibi Alva dengan nada sungkan sembari memeluk mama beberapa saat, lalu mendudukkan diri di kursi panjang bersama Paman Damien.

Mama tersenyum sebelum ikut duduk di hadapan mereka. Aku dan papa juga menempati posisi di sebelahnya.

"Sudah lama juga aku tak kemari. Terakhir kuingat, ruangan tamu tak seluas ini," gumam Paman Damien. Matanya mengedar ke sekeliling.

Papa tertawa kecil. "Iya, aku dan Gregory merenovasi sedikit agar lebih leluasa saat kita semua berkumpul."

"Benjamin sekeluarga kemungkinan akan ke sini juga. Sebelum kemari, aku menemuinya," ujar lelaki berambut putih keperakan dan acak-acakan itu. Ia menyandarkan punggung ke kursi dengan sikap santai.

"Oh, benarkah? Kalau begitu aku harus menyediakan camilan lebih banyak. Ellira, ayo bantu mama."

Aku segera bangkit seraya tersenyum lebar, mengikuti langkah mama ke dapur. Ada rasa antusias mengetahui Paman Benjamin, Bibi Ruby, serta dua sepupu favoritku, Ruben dan Rubena akan datang.

THE BATTLE OF ALVERNS (Aleronn Series 4)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang