"cepet gue anterin lo balik." kata Ben kepada Nora yang sedang memasukkan alat tulis kedalam ransel nya.
"loh kok balik Ben? Pan kita hari ini ada futsal." Raymond menyahut dan berjalan menghampiri Ben bersama Ivar.
"gue anterin Nora sebentar." balas Ben.
"Nora biar balik bareng gue aja Ben, gue bawa mobil kok." sahut Aika yang berdiri di samping Nora.
"nah iya Ben gue sama Aika aja, lagian kasian lo kalo harus bulak-balik." Nora membenarkan ucapan Aika.
Ben berfikir sejenak, "yauda hati-hati." kata Ben yang dibalas anggukan dari Nora.
"Mi, ayo buru." Aika menoleh kearah Ami yang sedang menutup ransel nya.
"iya." setelah menggendong ransel nya Ami segera menghampiri Aika dan Nora, "yuk."
"kita duluan ya guys." kata Nora sambil melambaikan tangan nya sebelum melangkah keluar kelas bersama Aika dan juga Ami.
"BEBEP AMI HATI-HATI." teriak Ivar.
"IDIH NAJIS!"
Nora dan Aika terkekeh melihat ekspresi Ami yang terlihat kesal setelah mendengar teriakan Ivar.
"lo kenapa sih kayaknya gak suka banget sama Ivar, padahal Ivar juga cakep loh." kata Nora.
"gatau, bawaan nya benci aja kalo ngeliat Ivar."
"ati-ati deh benci-benci nanti suka lagi." goda Aika.
"idih gak akan."
"dih? Kalo seandainya suatu saat Tuhan ngebuka hati lo buat Ivar, lo bisa apa?" Aika menaikkan satu alisnya.
"gak bisa jawab kan lo." kata Nora sambil mencolek dagu Ami.
"ah ngapain malah bahas gue sama Ivar sih."
Nora dan Aika hanya terkekeh mendengar ucapan Ami.
"kita ke cafe bentar yuk." ajak Aika kemudian.
"hayu deh, udah jarang kita kumpul." kata Nora.
"berangkat." Ami merangkul bahu Nora dan Aika kemudian mempercepat langkah nya untuk menuju parkiran.
Mereka bertiga masuk kedalam mobil honda jazz berwarna carnival yellow tersebut. Sang pemilik segera menyalakan mesin mobilnya kemudian mengemudikan nya keluar dari area sekolah.
Di sepanjang perjalanan mereka asik bercerita dan bercanda ria. Hingga tidak terasa bahwa mobil yang di kendarai oleh Aika masuk ke parkiran cafe.
Ketiga cewek itu segera keluar dari mobil lalu masuk kedalam cafe, salah satu tempat dimana mereka menghabiskan waktu untuk berkumpul bersama.
"mbak." Nora melambaikan tangan nya kearah waiters, dan waiters tersebut segera menghampiri meja yang ditempati oleh Nora dkk.
"Chocolate milkshake, mango smoothie, sama avocado juice. Uda itu aja mbak." celetuk Ami yang seakan tau dengan minuman yang biasa Nora dan Aika pesan.
"baik, tunggu sebentar." setelah waiters itu mencatat pesanan Nora dkk, baru lah ia kembali ke belakang untuk membuatkan pesanan.
Ketiga nya kembali melanjutkan perbincangan yang sempat terpotong sambil menunggu pesanan datang. Namun, tiba-tiba suara bel pada pintu cafe tersebut terdengar membuat mereka secara bersamaan menoleh ke arah pintu.
Aika dan Ami saling pandang, sementara Nora terdiam membisu memperhatikan dua orang yang baru saja duduk disalah satu meja cafe.
"gue gak salah liat kan?" tanya Ami kepada Aika.
Aika hanya diam. Pandangan nya jatuh pada Nora yang masih melihat ke meja yang ditempati oleh Gibran. Iya Gibran, cowok yang baru saja masuk kedalam cafe bersama seorang cewek yang mengenakan seragam berbeda dengan nya.
"Ra ih jangan nangis." Aika mengusap punggung tangan Nora ketika melihat airmata jatuh dari pelupuk mata gadis itu. Namun, Nora cepat-cepat menghapusnya.
"gue balik aja ya, ga mood gue." kata Nora kemudian beranjak sambil menggendong ransel nya. Nora pergi meninggalkan cafe dengan perasaan sakit yang mendalam.
•••••
Cuaca malam ini cukup mendung ketimbang malam sebelum nya. Para bintang yang biasa nya bercahaya di langit lepas kini tak terlihat. Tergantikan oleh guratan-guratan petir yang nampak, serta suara nya yang mulai terdengar saling bersahutan.
Di dalam kamar itu Nora sedang duduk terdiam menghadapi layar laptop nya yang tampak menyala. Tatapan nya kosong. Pikiran nya melayang memikirkan kejadian sore tadi.
Nora menegakkan tubuh nya guna mencari posisi duduk yang nyaman. Jemari-jemari nya berpijak pada keyboard laptop dengan mata terfokus menatap layar.
nyatanya, semua itu hanya omong kosong. janji-janji, perhatian, dan kalimat-kalimat manis mu kala itu hanya sebuah kebohongan belaka. bodoh nya aku yang terlalu begitu percaya. perhatian mu semua aku anggap sebagai rasa sayang mu padaku, namun itu salah. aku hanya sebuah pelarian yang kamu singgahi. setelah kamu mendapatkan apa yang kamu cari, kamu pergi. tanpa kamu pikirkan bagaimana perasaan ku. tanpa kamu pedulikan bagaimana hancur nya diriku.
tuan, seandainya kamu tau setulus dan sebesar apa perasaan ku padamu. seandainya kamu tau bagaimana usahaku untuk selalu bertahan dengan mu. namun, itu semua hanya seandainya. dan pada kenyataannya kamu tak pernah sadar akan hal itu.
kenyataan ini begitu menyesakkan dada. hari-hari ku lewati dengan hati yang kehilangan akan sosok nya. hari-hari ku lewati dengan luka yang tak kunjung juga mereda.
tuan, terimakasih. bagaimana pun aku tidak bisa menolak perpisahan. akan ku ikhlaskan kamu dengan wanita mu itu. akan ku sudahi juga semua rasa sakit di hati ini. aku akan berusaha melupakanmu sebagaimana kamu melupakanku. karna aku percaya, kedatangan dan kepergian mu merupakan sebagian dari rencana yang diatas. dan aku juga yakin, jika suatu saat aku akan di pertemukan dengan seseorang yang jauh lebih mengerti aku ketimbang kamu.
-Nora meisie.
Nora menyudahi ketikan nya sambil menyandarkan punggung nya pada badan kursi. Mata nya terpejam. Hingga kemudian setetes airmata jatuh dari sudut mata nya.
"ini saat nya Nora." gumam nya lirih.
"Ra buka."
Sesaat kemudian Nora membuka mata dan menghapus airmata nya ketika mendengar suara seseorang dari luar kamar. Buru-buru ia mematikan laptop nya lalu berjalan guna membukakan pintu kamar nya.
"nyari siapa pak?" tanya Nora dengan cengiran khas nya.
"lawak lo." Ben tersenyum kecil sambil memberikan bingkisan putih yang di bawa nya kepada Nora.
"wah martabak." Nora tersenyum girang sambil memeluk pinggang Ben, "emang sobat gue yang satu ini debes selalu bawain makanan kalo kesini. Makasih ya ganteng."
"najis."
"yeu, tapi suka kan lo gue godain?"
Ben memutar bola matanya malas, "yain."
"makan bareng kuy." Nora lantas menggandeng lengan Ben membawanya keluar kamar, untuk menikmati martabak yang Ben bawa diruang tamu.
•••••
Vote and coment
KAMU SEDANG MEMBACA
N O R A [on going]
Teen Fictionnyatanya, semua itu hanya omong kosong. janji-janji, perhatian, dan kalimat-kalimat manis mu kala itu hanya sebuah kebohongan belaka. bodoh nya aku yang terlalu begitu percaya. perhatian mu semua aku anggap sebagai rasa sayang mu padaku, namun itu s...