Darah mengalir deras dari dada, seperti air yang keluar dari sumbernya. Sebuah seringaian lebar dan mata merah menyala nampak dalam kegelapan malam, menampilkan dua taring panjang yang terlihat ingin mengoyak tubuh manusia.
Dia mengusap ujung bibirnya yang penuh darah. Kaki kecilnya melangkah cepat, meninggalkan tempat kejadian.
Tungkainya berhenti didepan rumah megah, membuka gerbangnya perlahan, lalu masuk ke dalam secara mengendap-endap.
Clek
"Adek, habis dari mana?"
Suara wanita berusia tiga puluhan bertanya. Bocah itu menggaruk tengkuknya yang tak gatal, mengedarkan pandangannya ke seluruh rumah, ia gugup.
"Habis makan, ma."
Mama menautkan alisnya bingung. Bukan tentang anak bungsunya yang mencari makan diluar saja, namun pintu dan gerbang terkunci rapat tadinya. Bagaimana anaknya bisa keluar dan masuk ke rumah?
"Mama kan masak ikan bakar, kenapa makan diluar?"
"Gak suka ikan bakar."
Mama semakin bingung, "Terus sukanya apa? Biar mama masakin."
Si bocah tersenyum misterius. Atmosfer disekeliling ruangan terasa mencekam, mama jadi merinding. "Aku sukanya manusia, ma."
"ARGHHHHHHHH!"
"Kakak, adek laper."
Sang adik membuka kamar kakaknya yang dipenuhi boneka barbie. Langkah kecilnya tak bersuara di indera pendengaran sehingga kakak tetap nyenyak dalam tidurnya.
Adik mengguncangkan tubuh kakak, gadis kecil berambut panjang itu menggeliat seraya menguap lebar.
"Adek malem-malem kok gak tidur?"
"Adek laper, kak."
Kakak mengucek matanya seraya menguap untuk kedua kalinya. Adiknya ini sungguh mengganggu tidur lelapnya. Padahal tadi ia sempat bermimpi menjadi tuan putri dikerajaan.
"Kalau laper minta sama mama atau bunda, jangan ke kakak. Kakak kan gak bisa masak," ujar kakak dengan nada khas anak kecil yang baru bangun tidur.
"Kakak gak perlu masak kok."
Perkataan adiknya semakin membuatnya mengantuk. "Terus gimana?"
Sang adik cekikikan, "Sini deketan." Tentu saja kakak menurut, ia mendekatkan tubuhnya ke sang adik. Adiknya tetap saja cekikikan, merubah aura didalam kamar menjadi mencekam seketika.
Bulu kuduk kakak berdiri. Sampai ia merasakan dadanya ditembus oleh tangan sang adik, darahnya memuncrat ke sembarang arah bahkan diwajah adiknya.
Sebelah tangan si adik mencakar tangan dan kaki si kakak hingga kuku panjangnya patah, terluka, dan mengeluarkan darah.
Darahnya menetes tepat di atas luka cakaran milik kakak. Gadis cilik itu menggeliat, kukunya memanjang, matanya berubah merah menyala dan tumbuh taring cukup panjang.
Sorot matanya menatap tajam ke adik. Si adik mengerjap-erjapkan matanya bingung dengan apa yang dia lihat.
Kakaknya tidak meninggal. Jiwa kakaknya juga belum ia makan, tapi kenapa kakaknya begini?
Bunda memasuki kamar kakak dengan tergesa-gesa. Raut wajahnya semakin panik begitu melihat penampilan kakak yang berbeda dari biasanya.
"Adek, kamu apain kakak?"
"Aku tadi laper dan mau makan jiwa kakak. Tapi kakak—"
"Watanabe Yuna, resmi menjadi iblis pemakan jiwa."
Vomment lur !
KAMU SEDANG MEMBACA
Soul Eater | 03-04L
FanficHati-hati, ada dua iblis bersaudara pemakan jiwa berkeliaran di sekitarmu! © hadeseuris