Lebur

6 2 0
                                    

Aku tak pernah menyangka bahwasanya aku memiliki keberanian untuk kembali menghubungi mu dan menanyakan kabarmu lewat media sosial.
Kita berbincang seperti biasa, seperti tak ada luka yg kau sebabkan karena kepergianmu yang tiba-tiba, bahkan tak sekalipun ada kata maaf yg kau lontarkan. Membuatku makin yakin bahwa perasaanku padamu semakin lama semakin pupus dalam dekapan waktu.
Namun aku juga sadar, kita sama-sama berubah, waktu membentuk diri kita menjadi pribadi yg berbeda, kamu selalu menentangku akan pribadiku yg bebas, mengatakan bahwa wanita tak perlu bermimpi tinggi-tinggi, karena pada akhirnya hal itu akan sia sia saja.
Sedikit demi sedikit aku menyadari, kamu bukanlah sosok yg aku kenal lagi, kamu bukan lagi anak laki-laki yang ku sukai di masa lampau, aku sadar kamu berubah, tapi yg membuatku sakit adalah kamu yg menjadi pengecut
"Kamu bermimpi tinggi seperti ini hanya akan membuat laki-laki takut mendekatimu" ujarmu waktu itu yg membuatku terkesiap
"Ya memang apa salahnya memiliki mimpi tinggi?" ujarku, kamu berdehem kecil
" Kamu yang seperti ini membuatku minder mendekatimu, membuat laki-laki lain minder dengan tujuanmu yg terlalu tinggi. Toh nantinya kamu juga bakal jadi ibu rumah tangga " balasmu
Kita saling menatap, namun tak ada lagi kata yg terucap di antara kita. Aku berharap mataku menggambarkan perasaanku saat itu, bagaimana aku merasa bahwa kamu yg sekarang bahkan tak sedikitpun ingin menghargaiku.
" Aku ingin bersama orang yg akan membanggakanku dengan segala mimpiku yg mungkin terasa berat atau terlalu tinggi untuk orang lain"
Aku berkata sambil menundukkan kepala, mencoba menutup kemungkinan agar aku tak terbawa emosi. Saat itu pula aku mengerti, bahwa perasaanku pupus bersama ucapanmu.
Nyatanya, orang yg ku cintai hampir 6 tahun lamanya berubah menjadi sosok yg membuatku takut untuk menjalani sebuah komitmen, sebuah hubungan. Bahwasanya orang yg dulu juga berbagi mimpi yg sama denganku berubah menjadi sosok skeptis yg bahkan tak lagi menghargai mimpi orang lain.
Tapi, benarkah itu dirimu atau aku yg mengalihkan opini agar aku tak terluka lagi karenamu?
Tapi saat ini aku paham, mungkin ini alasan kenapa kita tak pernah memiliki kesempatan, kita berubah menjadi pribadi yg berbeda, entah itu prinsip hidup kita atau sekadar perkara mimpi. Jika ku tengok lagi pada diriku yg lalu saat bersama dirimu aku dengan jelas melihat senyum lebarku karena perkataanku yg selalu ku ingat dan ku ulang ulang di kepalaku.
"Suatu saat nanti, ayo kita ke Jepang bersama. Kamu dengan pendidikanmu dan aku dengan jalanku sendiri. Mari lihat sakura yg asli bersama"
Ternyata sudah selama itu aku berpegang pada bayangmu, sekarang aku ingin melepaskannya.
Aku melepasmu bebas bersama kotak memorimu yg selalu ku simpan rapi di ruang hatiku. Terima kasih telah memberiku banyak pelajaran, entah itu tentang menunggu, berharap, berdoa, ataupun makna dari luka.
Sampai jumpa lagi kamu, yg sering ku sebut sebagai masa lalu.

#Halo, mohon maaf sebelumnya karena sudah lama tidak up cerita ini. Terima kasih sudah mampir kemari, maaf jika ada typo dll ya ☺️

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 02, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kaleidoskop Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang