02. Ke(ce)bong

211 43 2
                                        







Jadi, sekolah itu formalitas atau prioritas???

Persoalan itu Sean tak bisa jawab, tapi jawaban paling masuk akal darinya yang malas bangun pagi ke sekolah jelas formalitas. Alih-alih pakai seragam putih abu-abu, Sean lebih suka kaos oblong. Alih-alih mengerjakkan tugas seabrek yang bisa membuat otaknya berasap, dia lebih suka membuat komik. Dan alih-alih terperangkap di ruangan tertutup dengan tumpukkan buku, dia lebih suka sepedaan keliling kota.

Terus, kenapa masih pergi ke sekolah???

Kata ibunya sih sekolah itu biar pintar, ketrima di universitas ternama, terus dapat kerjaan yang bagus. Hm ... memang hidup cuma berkutat disitu saja?

Ternyata benar kata Jopi, kalau "hidup itu berisi serangkaian rutinitas membosankan."

Seperti saat ini, saking jenuhnya dengan hidup, alih-alih menunjukkan senyum manis kepada orang lain, mukanya lebih sering datar tanpa ekspresi. Orang-orang jadi berpikir dua kali untuk mendekati gadis itu, kesan pertama ketika bertemu saja sudah jelek bahkan terkesan seperti ngajak ribut.

"Gue Tiara, nama lo?" Mengajak Sean berkenalan tuh sulit, buktinya ketika gadis bernama Tiara---yang tau-tau mendudukkan bokongnya ke bangku kosong di sebelah Sean---cuma dicueki. Sampai Jovi yang berada di belakang gadis itu mendorong bangkunya, berkali-kali karena tak ada respon. Geram Sean terpaksa menoleh. "Ck, apasih?"

Fyi, MPLS ini Sean terjebak dalam satu gugus bersama duo curut, siapa lagi kalau bukan Jovi dan Kenan.

"Dia ngajak kenalan." Jovi melirik Tiara sesaat.

"Ya terus?"

"Jawab goblok!" Kata Kenan ngegas, sampai bola mata gadis itu membulat. "Hai Ra," sapa Kenan ramah. "gue Kenan dia Jovi, dan yang ini ....." melirik Sean sesaat. "Panggil aja cebong."

"Hah?" Tiara bingung.

"WOI! Nama gue Sean!" Teriak Sean tak terima namanya diganti sembarangan. Apa pula cebong, bahkan Jovi yang mendengarnya langsung bereaksi menirukan kecebong berenang, disertai kekehan geli cowok itu benar-benar menyebalkan.

"Oh, Sean."














🐥
















Cece adalah panggilan sayang dari kedua kakaknya---Mas Osa dan Mbak Anna. Katanya sih panggilan sayang, tapi setiap nama itu disebut, secara otomatis Sean berubah jadi babu. Selalu dia yang disuruh-suruh, mentang-mentang adik bontot kayaknya. Seperti, "Ce, beliin tepung terigu di warung!" atau "Ce, angkat jemuran cepat udah mau hujan tuh!" Dan masih banyak lagi perlakuan nyebelin yang bikin dia kesal, padahal kala itu kedua kakaknya dalam keadaan luang.

Bukan cuma jadi babu, perkara nama Sean sering mempertanyakan, kenapa sebagai cewek tulen dia diberi nama Sean Adinata? pasti yang terlintas di pikiran orang-orang kan itu nama laki-laki. Gadis itu pernah bicara serius, dengan mengumpulkan ibu, bapa, Mas Osa juga Mba Anna dalam satu ruangan---sungguh momen langka---berdiri di hadapan seluruh anggota keluarga, Sean terang-terangan protes. Satu perkara nama, dua status sebagai anak kandung keluarga Adinata.

Lalu dengan nada mengejek Mas Osa bilang, "kamu kan emang anak pungut, waktu kecil kamu ditemuin di gapura komplek---" kalimat itu terpotong saat ibu dengan keras mencubit pinggang Mas Osa. Membuat lelaki itu jelas mengaduh kesakitan.

"Jangan dengerin omongan mas-mu ini, wong kamu di kandungan ibu selama sembilan bulan sampai ibu gak doyan makan. Ibu mempertaruhkan segalanya demi kamu, tapi kamu dengan seenak jidat bilang 'kalau kamu merasa bukan anak kandung ibu'."

I'm Different Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang