Happy friday, happy freeday:🥳
-Happy Reading🌻🌻-
Setelah berisirahat 10 menit, untuk yang kesekian kalinya, sejak dari Ranu Pani, mereka melanjutkan perjalanan menuju pos berikutnya. yaitu dari Landengan dowo ke Watu Rejang.
Tiba-tiba Amarylls merasakan dadanya sesak. Ia terduduk di sebuah batu besar.
"Kenapa Mar?" Tanya Alvin panik, lagi.
"Gak apa, cuman sesek aja, kok," ucapnya berusaha tersenyum.
Ketahuialah, dadanya sangat nyeri.Daren yang melihat Amarylls terduduk lemas, melepaskan carriernya.
"Sini, aku gendong." Ucapnya sambil memunggungi Amarylls bersiap menggendong gadis itu.Edelwies menggangakan mulutnya sangat lebar.
"Tiati, ada laler masuk, tuh!" Ledek Kade berbisik.
Edelwies menabok punggung Kade kencang. Dasar Kade tukang bully!
Kini Amarylls berada di gendongan Daren. Sebenarnya ia tak enak hati pada Edelwies, namun Daren terus meyakinkan. Ia bilang hanya sampai habis jalur ini.
"Tadi gue bolak-balik istirahat cuma di semangatin, giliran tuh cewe langsung di gendong! Ah! Siapa sih, tu cewe, anjir gue sebel!" Gerutu Edelwies sambil menendang-nendang tanaman disekitarnya.
"Jangan ngerusak, kalau gak bisa memperbaiki, El!" Ucap Atha tiba-tiba.
Membuat Edelwies menautkan alisnya tidak paham.
"Ck. Itu, tanemannya,"
"Owalah, kirain apa, yaudah maap ya taneman," ucap Edelwies sedikit menunduk.
Mereka mulai memasuki hutan belantara, jangan lupa hawa dingin sudah menyelimuti, karena hari sudah gelap.
Mereka harus menempuh waktu 2 jam untuk keluar dari trek hutan ini, baru bisa mendirikan tenda. Karena sangat sulit mencari lahan yang pas untuk mendirikan tenda dalam hutan.
"Darenn,, kok ngeri, ya. gelap gini." Ucap Edelwies merinding.
Kini Daren sudah kembali ke tempatnya, dengan tidak menggendong Amarllys seperti tadi.
"Namanya juga hutan, lagi pula ini kan udah malem," bisik Daren dari belakang tubuh Edelwies.
Posisi mereka sekarang adalah berjalan satu-satu, karena jalan yang setapak. Dengan Kade di paling depan, sebagai leader. Yaa, karena ia sudah 2 kali melewati jalur ini menuju Mahameru.
Lalu dibelakangnya terdapat Alvin, Amarylls, Atha, Ben, Edelwies, dan Daren dipaling belakang.
"Udah berasa syuting 5 cm aja, nih." Ujar Ben membuka topik.
"Kalau kita mah, 7 cm!" Balas Daren.
"Saae lu, bambank!" tukas Edelwies.
"Krik...krikk...krikkk"
"Kuakk...kuakkkk..kuaakk.."Suara-suara penghuni hutan mulai terdengar nyaring seiring tenggelmanya mentari.
"Alvin, aku takut gelap," bisik Amarylls, pias.
"Lanjutin jalannya ya, tenang, gue sama lo. Senternya gak usah diarahin kemana-mana selain ke jalan," larang Alvin.
Baru saja Alvin selesai berucap, Ben justru mengarahkan senternya ke atas pohon.
Atha yang melihat itu, buru-buru menarik tangan Ben,
"Jangan nyenterin pohon, Ben!""Kenapa, sih? Bagus- bagus juga pohonya," ucapnya kembali mengarahkan senter ke pohon.
KAMU SEDANG MEMBACA
EDELWIES
Teen Fiction~Ketika puncak harapan berujung menjadi penyesalan~ Kisah ini bermula, dari kekasih yang menyudahi hubungan mereka karena gadis lain. Setiap gue mendaki gunung, gue pulang mengantongi sial. Tapi anenhnya, gue gak pernah kapok pergi kesana, serius b...