4) Mahameru

105 30 83
                                    

Jangan berharap hasil yang sempurna, maka kamu akan dihujani rasa kecewa~

-Happy Reading🥀-

Edelwies sangat terganggu dengan perubahan sikap Daren seharian ini. Wajar, kan jika sebagai pacar ia marah?

"Kamu yang ngajakkin aku kesini, seharusnya kamu juga yang bertanggung jawab atas aku. Kalau emang engak bisa, kenaapa engak bilang dari awal?" Tanya Edelwies setelah mengumpulkan keberanian berkata seperti itu.

"Aku kan udah bilang, aku akan jelasin. Tapi nanti bukan sekarang," jawab Daren sembari mendongak.

Sepertinya lelaki itu sangat lelah. Lelah fisik juga hati.

"Kenapa? Kamu berat mengakui kalau dia lebih dari teman, iya?" Kini nada bicara Edelwies lebih berani. Amarahnya terpancing.

"Bukan,"

"Terus apa? Kalian punya kisah yang belum selesai? Udah kayak sinetron!"

"El, Amarylls punya penyakit. Naik Semeru keinginan dia dari lama." Ungkap Daren, berharap gadisnya mengerti.

"Kenapa harus sama kamu ngewujudinya? Kayak ga ada cowo lain aja?"

Pikiran Daren salah. Edelwies tidak bisa menerima perkataanya barusan.

"Karena dia sahabat aku, engak ada salahnya kan?" Jawab Daren sedikit ragu.

"Dia tuh, udah ngerusakin hari special kita, Daren! Cewe penyakitan aja sok-sok an! Harusnya dia sadar diri, dong!"

Edelwies lepas kendali, perkataan itu seharusnya tak meluncur dari mulut nya. Perkataan tadi terlalu menyakitkan. Bagaimana jika Amarylls mendengar?

Emosi Daren tersulut. Ia tidak terima jika ada yang menjatuhkan Amarylls seperti itu. Sekalipun dia adalah kekasihnya.

Daren mengubah posisinya menjadi berhadapan dengan Edelwies, lalu ia memegang kedua pundak gadis itu kencang.

"Denger ini, Edelwies. Lo engak jauh lebih baik dari cewe yang lo bilang penyakitan itu, asal lo tahu!" Aura kemarahan sangat terasa mendesir di aliran darahnya.

Edelwies kesulitan menegak ludahnya, baru kali ini melihat Daren semarah itu. Namun ia tak.mau terlihat lemah dihadapan cowo itu.

"Iya, aku engak jauh lebih baik dari dia. Tapi seengaknya aku sadar diri sama kemampuan aku! Engak cuma bisanya nyusahin!" Jawab Edelwies sengak.

"Lo gak nyusahin?" Daren tertawa sumbang,
"Justru lo harus banyak belajar dari Amarylls! Lihat, walaupun dia sakit, dia bawa semua perlengkapannya sendiri! Tanpa bantuan sedikitpun dari gue, sedangkan lo, apa kabar?"
Tanya daren meremehkan.

Bagai ditusuk belati. Hati Edelwies sakit. Ya, walaupun memang fakta, tapi bisa kan? Sebagai pacar Daren menjaga sedikit saja ucapanya.

Edelwies menahan butiran bening agar tidak turun saat ini. Ia berbalik badan hendak meninghalkan Daren, namun belum selesai memutar tubuh, tangan Daren terlebih dulu menahan bahu Edelwies.

Menghadapkan Edelwies yang sudah berantakan karena menahan tangis tepat di depan wajahnya.

Edelwies pikir Daren akan meminta maaf dan menjelaskan semuanya.
Namun nyatanya,

"Kita putus!" Ucap Daren dengan Lugas.

Kini butiran kristal itu meluncur sempurna dihadapan Daren.

Dengan langkah terbirit-birit Edelwies berlari menjauhi Daren. Hari ini hancur.

Lebih hancur dari apapun.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 22, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

EDELWIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang