O5 | resistance

846 162 11
                                    

Sunwoo hilang. Haknyeon resah dibuatnya, apalagi setelah mengetahui fakta mengenai Sunwoo yang memiliki kemungkinan berkhianat dari Eric. Haknyeon tentu bisa mempercayai Eric, mereka sudah saling mengenal sejak kecil dan sudah hafal bagaimana sifat masing-masing pihak.

Sementara Juyeon? Entahlah, Eric bilang Juyeon tidak bersalah. Bahkan Juyeon mengatakan ia akan membocorkan hasil pertemuannya bulan lalu di kerajaan milik Hyunjae. Haknyeon semakin resah juga penasaran.

Sore hari dan Sunwoo benar-benar menghilang, eksistensinya terakhir kali terlihat saat malam hari di mana Haknyeon kehausan dan berniat keluar kamar menuju ke area dapur. Ia melihat Sunwoo, tengah duduk pada salah satu batu besar di luar rumah. Tangan pemuda bersurai merah itu menggenggam erat pedangnya, hingga buku-buku jemarinya memutih.

Awalnya Haknyeon ingin menegur agar ia segera masuk, tapi melihat raut wajah Sunwoo yang terlihat tengah memikirkan sesuatu, Haknyeon harus menelan mentah-mentah suaranya kembali. Takut mengganggu, juga ia takut Sunwoo memang tengah membutuhkan ruang sendiri.

Pemuda bersurai hitam itu mengerjap, pandangannya bergerak dari Eric–Hwall–Juyeon secara berulang-ulang. Keempatnya sudah duduk membentuk lingkaran, berniat untuk membahas apa langkah selanjutnya yang harus mereka tuju.

"Jadi hyung, apa keputusanmu?" Eric bertanya, memecah ketegangan yang tercipta.

Haknyeon menghela nafasnya berat. "Aku memutuskan sebaiknya kita memberikan perlawanan, aku tidak ingin rakyatku menderita di bawah kepemimpinan Changmin hyung."

Sebelah alis Juyeon terangkat. "Changmin? Darimana kau tahu?"

"Sunwoo," jawab Haknyeon lirih. "Waktu itu aku menginap di pinggir kerajaan milik Hyunjae hyung dan Sunwoo mengatakan bahwa para prajurit mulai gencar mencariku entah itu hidup atau mati," lanjutnya dengan kepala sedikit tertunduk.

"Tapi hyung, bahkan selama satu bulan ini Changmin hyung memimpin, seluruh perintah berasal dari Younghoon hyung. Changmin hyung hanya formalitas duduk di singgasana, sementara Younghoon hyung sibuk memperkaya kerajaannya menggunakan para rakyatmu." Eric bersuara, membuat atensi Haknyeon teralih padanya. "Lagipula, semenjak hyung tidak bisa ditemukan, Younghoon hyung maupun Changmin hyung sama sekali tidak mengadakan petisi untuk mencarimu. Mereka benar-benar masa bodo akan kemungkinan dirimu kembali dan merebut kembali tahta."

Kedua mata Haknyeon melebar. "Maksudmu, Sunwoo berbohong padaku?"

Eric mengedikkan bahunya. "Aku tidak ingin berasumsi yang membuatmu menjadi berpikir buruk tentangnya, terlebih aku cukup tahu sedekat apa kamu dengannya. Tapi sepertinya dia memang berniat menjauhkan dirimu dari kerajaan."

"Tapi, kenapa?" tanya Haknyeon, terdengar putus asa.

"Aku tidak tahu, hyung. Semuanya masih abu-abu karena perubahan sistem yang secara tiba-tiba dari kerajaan pusat alias kerajaanmu."

"Perubahan sistem?" Haknyeon merasa ada yang tidak beres kembali.

Eric mengangguk. "Mereka menaikkan pajak bagi para rakyat, sementara membebaskan pajak untuk para bangsawan yang bersumpah setia pada mereka. Aku tidak terlalu paham sebenarnya rencana keduanya, tapi sepertinya mereka ingin membuatmu hancur sebab rakyat mulai membenci orang-orang kerajaan dan pernah sekali melakukan pemberontakan," jelas Juyeon, mewakili Eric.

Haknyeon nyaris saja mengumpat. Firasatnya mengenai para rakyatnya ternyata benar terjadi. Salah satu tangannya bergerak mengacak surainya, terlihat semakin frustasi akibat fakta yang terus datang secara bertubi-tubi.

"Jadi, kita harus bagaimana?" Haknyeon bertanya sumbang, sembari matanya menatap bergantian pada ketiga pemuda yang duduk di hadapannya.

Hwall sempat menimang sejenak, sebelum angkat suara. "Kita harus melakukan perlawan, mau tidak mau."

"Tapi kita kalah jumlah," ujar Haknyeon serak.

"Kau melupakan keberadaanku serta Juyeon hyung?" Suara Eric mengalihkan atensi Haknyeon. "Aku yakin, ayah akan mengizinkanku untuk membantumu dengan mengirimi beberapa pasukan siap berperang, hyung," ujarnya diakhiri senyum lebarnya.

👑

Haknyeon terdiam, dihadapannya berbaris para prajurit dengan pakaian besi serta pedang maupun busur panah digenggaman. Juyeon memutuskan untuk turun tangan memimpin pasukan, sementara Eric bertugas sebagai pemanah bersama Hwall.

Haknyeon adalah sang pemeran utama. Ia akan masuk begitu sedikit celah terbuka saat para pengawal sibuk menghalau para pasukan ini. Sebenarnya ini taktik yang Juyeon rencanakan, Haknyeon hanya menjadi pendengar bersama dengan Eric dan Hwall.

"Hyung, kau pucat," celetuk Eric tiba-tiba sudah berdiri di hadapan Haknyeon.

"Jangan melamun, celah untuk kita masuk hanya berkemungkinan kecil berhasil mengingat sekuat apa pertahanan kerajaan pusat," ujar Juyeon serius.

Hwall menepuk pundak Haknyeon yang melemas. "Aku yakin, Haknyeon hyung bisa mengatasi singgasana. Mahkota kerajaan Jeju selalu tahu siapa pemilik sejatinya." Setelah mengatakan itu, mereka segera bersiap pada posisi masing-masing.

👑

Sudah satu jam dan para pasukan itu sudah menyerbu kerajaannya. Haknyeon masih menunggu waktu yang tepat, bersembunyi di balik pohon dengan pedang tersampir di pinggangnya. Sebelum memutuskan untuk melakukan penyerangan secara mendadak, Juyeon sempat mengajarinya bagaimana cara berpedang. Ia membekali Haknyeon yang masih buta tentang pertarungan jarak dekat, maupun pertarungan jarak jauh.

Eric dan Hwall memanjat pohon, bersembunyi sembari sesekali mengarahkan anak panah pada para pengawal yang tengah berusaha menghadang jalur masuk mereka. Sebenarnya para pemanah juga ada, tapi mereka bersembunyi secara menyebar hingga Haknyeon saja tidak bisa memperkirakan berapa jumlah mereka.

"Haknyeon, sekarang!" seruan Juyeon membuyarkan lamunan sesaat Haknyeon.

Ia lihat Juyeon dengan pakaian perangnya tengah bertarung pedang dengan—

"Hyunjae hyung?!"

👑

Mengabaikan keterkejutannya, Haknyeon segera mencoba masuk ke dalam istana meski beberapa kali pengawal nyaris menangkap basah dirinya. Dengan cekatan pemuda itu menghunuskan pedangnya, menghabisi para mantan pengawalnya dahulu.

"Ruang singgasana," gumamnya sembari berlari menyusuri lorong yang terlihat kosong.

Awalnya ia sempat curiga karena, kenapa bisa semudah ini untuk menyusup masuk ke dalam istana? Haknyeon sudah tinggal di istana selama masa hidupnya, tentu ia tahu bagaimana ketatnya penjagaan di setiap sudut istana. Tapi lihat sekarang, ia bahkan baru bertemu sekitar sepuluh penjaga. Itupun mereka terlihat baru saja dari arah area luar.

"Apakah ini jebakan?" gumamnya, menelisir daerah sekitar dengan matanya.

Langkah kaki Haknyeon terhenti, begitu menemukan pintu besar bernuansa emas dan berlian berjarak sekitar lima meter dari tempatnya berdiri sekarang. Diam-diam ia meneguk salivanya sendiri, rasa gugup tiba-tiba saja menguasai. Dengan langkah yang penuh akan kehati-hatian, Haknyeon mendekati pintu tersebut. Ia menyentuh permukaan kasar akibat butiran berlian itu, kemudian mendorongnya agar terbuka.

Kedua matanya melebar, benar-benar terkejut hingga tanpa sadar genggaman pada pedangnya terlepas begitu saja. Kedua lutut Haknyeon melemas, memandang penuh keterkejutan pada seorang pemuda yang nyaris membuatnya jatuh dalam kharismanya.

"Apa kabar, Raja?" Pemuda itu bertanya sinis, dengan sengaja mengibaskan jubah kebesaran khas pemimpin di dekat singgasana. "Atau haruskah kusebut, mantan Raja?"


20 Juni, 2020

aku gak terlalu jago mendeskripsikan sesuatu, jadi haduh minta maaf lagi :(

true throne | sunhak. ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang