Terhitung sudah satu bulan lamanya Haknyeon meninggalkan istana megahnya, tinggal di pinggir hutan bersama Sunwoo dan Hwall. Meski begitu, pikirannya tidak pernah jauh-jauh dari memikirkan bagaimana nasib kerajaannya saat ini.
Haknyeon tahu betul Changmin, pemuda manis itu lumayan serakah mengenai kekuasaan. Makanya pada saat Sunwoo memberitahunya bahwa Changmin adalah dalang dibalik semua ini, Haknyeon tidak akan heran lagi.
Hanya saja, kemana Younghoon? Pemuda tinggi itu biasanya menjadi orang pertama yang menghalangi tindakan Changmin. Dan juga, kemana Hyunjae serta Juyeon? Kenapa mereka tidak membantu kerajaannya? Atau setidaknya, mencoba menjatuhkan Changmin.
Haknyeon memijat pelipisnya pasrah, ia sudah cukup lelah harus memikirkan hal seperti itu diumurnya yang baru menginjak sekitar dua puluh tahunan. Ia masih terlalu belia untuk dihadapkan dengan masalah seperti ini.
"Ayah, aku harus apa...," gumamnya gusar sembari menengadah, memandang butiran bintang pada malam hari. "Aku tidak tahu harus percaya pada siapa," lanjutnya pelan.
Haknyeon tidak menyadari kehadiran Sunwoo yang diam-diam sedaritadi sudah mengawasi gerak-geriknya dari dalam kamar. Pemuda bersurai merah itu mengintip dari celah pintu, mendapati Haknyeon tengah duduk di depan rumah dengan pandangan sarat akan keputusasaan-nya.
👑
Pagi-pagi sekali, bahkan bulan belum bertukar posisi dengan matahari, dua orang berpakaian hitam sudah mendatangi rumah sederhana milik Hwall. Hwall yang pertama kali menyadari kehadiran orang lain segera keluar dengan pandangan waspadanya.
"Mau apa kalian?" tanyanya, begitu menutup pintu kembali.
Salah satu dari mereka maju, kemudian membuka tudung yang menutupi keseluruhan wajahnya. "Hwall," sapanya disertai senyuman tipis.
Kedua mata pemuda itu melebar, mendapati salah satu sahabatnya dulu sudah berdiri di hadapannya. "Eric?!" Hwall terkejut, tentu saja. Kini Eric beserta Juyeon sudah berdiri di hadapannya dengan pakaian seperti seorang rakyat biasa. "Kalian kenapa bisa ada disini?"
Juyeon mengangkat kepalanya, memperlihatkan wajahnya meski hanya sedikit. "Ceritanya panjang, bisakah kita berbicara di dalam saja? Takut ada yang mendengar atau mengetahui keberadaan kami disini."
Hwall mengangguk, lalu mempersilahkan keduanya untuk masuk terlebih dahulu baru disusul olehnya. Pemuda manis itu sempat ke dapur untuk membuatkan setidaknya minuman untuk tamu special-nya itu.
Juyeon tersenyum tipis. "Terimakasih."
Hwall membalas senyuman pemuda bersurai biru itu, kemudian atensinya teralih pada Eric yang duduk di sebelah Juyeon. "Jadi, bisa ceritakan alasan kalian bisa sampai di rumahku?"
Eric mengangkat pandangannya, mengangguk sekilas sebelum menyesap terlebih dahulu teh yang Hwall sajikan untuknya. "Kami sudah mendengar bahwa kerajaan Haknyeon hyung mendapat serangan dan kini sudah berpindah tangan. Aku dan Juyeon hyung sudah mencari keberadaan Haknyeon hyung, tapi hasilnya terus saja nihil. Kebetulan waktu itu aku tanpa sengaja melihatmu, tengah berburu di hutan seorang diri, Hwall. Diam-diam aku mengikutimu dan melihat keberadaan Haknyeon hyung beserta Sunwoo di rumahmu.
Awalnya aku ingin menghampirimu hari itu juga, tapi tiba-tiba saja aku bertemu dengan Hyunjae hyung dan dia menyuruhku untuk segera menjauhi area hutan karena malam akan tiba. Jadi, pagi ini aku memaksa Juyeon hyung untuk datang kembali dan sekalian melihat keadaanmu."
Kening Hwall mengerut. "Hyunjae hyung?"
"Iya, kenapa?" Kepala Eric sedikit ia miringkan.
"Tapi Hyunjae hyung sangat anti untuk masuk ke dalam hutan," ujar Hwall, membuat Eric dan Juyeon saling bertukar pandang. "Dan itu juga alasan kenapa aku memilih untuk tinggal di hutan seorang diri, aku ingin menghindarinya."
"Kenapa? Bukankah kalian saling mencintai?" Juyeon angkat bicara, membuat Eric diam-diam meremas tangan Juyeon.
Hwall tersenyum kecut mendengarnya. "Dulu iya, tapi untuk sekarang aku tidak tahu. Hyunjae hyung adalah orang terlicik yang pernah kukenal, setelah Changmin hyung tentunya."
👑
Haknyeon terkejut, saat ia baru keluar kamar dan langsung mendapati kedua sahabatnya sudah duduk manis di ruang tamu sedang berbincang dengan Hwall. Pemuda itu segera menghampiri Eric dan memeluk tubuh mungilnya erat.
"Eric! Kenapa kamu bisa ada disini?" tanyanya sembari melepaskan pelukannya.
Eric melirik Juyeon sekilas, sebelum atensinya kembali pada Haknyeon. "Mencari hyung tentu saja! Memangnya apalagi? Tahu tidak, begitu aku mendengar kalau kerajaan hyung mendapat penyerangan aku segera meminta Juyeon hyung untuk membantumu. Sayangnya, kami terlambat. Maafkan aku, hyung." Eric menunduk, terlihat menyesal.
Hati Haknyeon menghangat, ternyata masih ada orang yang bisa ia percaya di dalam kondisi seperti ini. Kemudian tangannya beralih dari pundak Eric menuju pucuk kepala pemuda yang lebih muda darinya itu. Ia elus pelan, sembari sesekali ditepuk. Layaknya seorang kakak yang bangga terhadap adiknya.
Juyeon tiba-tiba berdeham, membuat Haknyeon dengan cepat menurunkan tangannya. "Keputusan seluruhnya ada di tanganmu, Haknyeon."
"Keputusan? Keputusan apa, hyung?"
"Keputusan mengenai kau ingin merebut kembali tahta yang merupakan hakmu atau membiarkan Changmin berkuasa selamanya," balas Juyeon tegas, sementara Haknyeon langsung terdiam memikirkan seluruh kemungkinan yang akan terjadi dari kedua pilihan itu.
👑
Sunwoo tidak terlihat sejak Eric dan Juyeon sampai di rumah Hwall, pemuda bersurai merah itu seakan hilang ditelan oleh inti bumi. Membuat Haknyeon sempat khawatir dan berakhir memikirkan nasibnya, melupakan dua pilihan yang harus ia jawab sebelum matahari terbenam. Haknyeon mengacak surai hitamnya, terlalu pusing hanya untuk memutuskan langkah mana yang harus ia ambil.
Sampai sebuah ketukan pada pintu kamarnya mengalihkan seluruh atensi pemuda itu. "Masuk saja," katanya cukup keras.
Terlihat sosok Eric masuk, seorang diri. "Hyung, aku boleh mengatakan sesuatu padamu?" tanyanya begitu sudah mendudukkan diri di tepi kasur.
Haknyeon hanya mengangguk, pandangannya masih terfokus pada Eric yang kini tampak ragu-ragu.
"Sebenarnya, waktu itu aku tak sengaja mendengar sesuatu saat diam-diam mengikuti Hwall." Eric mulai membuka pembicaraan, jemarinya tak henti bergerak gelisah. "Dan aku mendengar percakapan Sunwoo entah dengan siapa, hyung."
Sunwoo?
Kening Haknyeon mengerut, merasa ada yang tidak beres.
"Sunwoo dengan seseorang itu seperti membicarakan tentang pembagian kekuasaan kerajaan, hyung. Aku tidak ingin berburuk sangka padanya, tapi salah satu ucapannya membuatku yakin ada yang tidak benar disini."
"Ucapan apa?" tuntut Haknyeon, tidak sabar.
Eric menggigit bibir bawahnya, benar-benar terlihat ragu dan takut. "'Tenang saja, raja bodoh itu mudah sekali untukku tipu. Kini, ia tengah bersembunyi di pinggir hutan akibat aku yang terus menerus menakutinya.'"
—
20 Juni, 2020ini seharusnya panjangnya bisa sampai 50-an chapter, tapi karena diteken pasti banyak yang kupotong. jadi kalau semisalnya kurang jelas atau kelihatan kayak dipaksain, maaf ya hh.
KAMU SEDANG MEMBACA
true throne | sunhak. ✓
Historia CortaPada akhirnya, mahkota itu tahu siapa pemilik sejatinya. short story, bxb, semi-baku, typo(s). Ⓒ httptbz, 2020