Chapter 4

94 21 7
                                    

Dengan sedikit berlari Ayana mencari toilet untuk menghilangkan noda kotor yang ada di roknya.

Setelah berkeliling mencari toilet di lantai 21 tersebut, ia akhirnya menemukannya yang berada di ujung lorong.

Dengan tergesa-gesa ia memasuki toilet tersebut dan membersihkan roknya dengan bantuan air keran.

Setelah selesai ia memutuskan keluar dan kembali ke tempat kerjanya untuk menyelesaikan laporannya yang masih setengah ia kerjakan.

Sewaktu memasuki kubikel nya dan mendaratkan pantatnya, ia melirik kalender yang ada di depannya dan baru ingat besok hari minggu. Hari dimana sepupu nya menyelenggarakan acara lamaran.

Ah kalo bisa ia akan pura-pura lupa saja dan tidak ingat acara tersebut, daripada mati menjawab pertanyaan kapan nikah yang tidak ada habisnya.

"Ay udah lu kirim belom alamat rumah lu, jadi kan ntar malem?"

Ia yang melamun langsung kaget, dengan suara yang tiba-tiba ada di sampingnya.

Ia menoleh dan mendapati Vino sudah berdiri disampingnya dengan tangan dimasukkan di saku celananya.

"Eh jadi kok Vin, jam 7 kan?

"Iya jam 7, jangan lupa dandan yang cantik ya, biar abang Vino terpesona." Kekeh Vino dengan segala rayuan nya yang membuat Ayana mual seketika.

Ayana hanya mengangguk tanpa berniat menjawab rayuan Vino yang menurutnya sedikit lebay.

Vino yang melihat hanya mengedikkan bahu, dan berjalan  menuju kubikelnya.

Dengan itu Ayana mulai mengetikkan sesuatu di atas keyboard komputernya dan fokus mengerjakan laporan yang disuruh atasannya.

Waktu bergulir begitu cepat,
Ia melirik jam tangan yang ada di pergelangan tangannya dan melihat jam sudah menujukkan pukul dua belas siang.

Ia melirik aneh Bunga yang sedari tadi masih anteng di tempatnya tanpa bergerak sedikitpun.

Dengan sedikit penasaran ia bangkit dari kursinya dan berdiri di samping meja Bunga.

"Anteng bener lo duduknya Nga,lo lagi ngeramin telur?" Ujarnya dengan muka jahil dan nada mengejek.

"Aya aku lagi pusing ini, kerjaan aku banyak banget disuruh Bu Kamila nagih pelunasan semua customer bulan ini." Keluh Bunga dengan muka masamnya

"Kasian amat sih, mau gue bantuin gak?"

"Gak usah deh Ay, lagian udah mau selesai." Tolak Bunga.

"Yaudah gue tungguin deh, kita bareng cari makan." Ujar Ayana sambil menarik kursi dan duduk di sebelah Bunga.

Hampir 10 menit Bunga akhirnya menyelesaikan pekerjaannya dan mengajak Ayana untuk segera ke Cafe depan, karena istirahat makan siang akan segera berakhir.

Mereka berjalan beriringan menuju lobby, tanpa mengajak Rara karena ia sudah stay di cafe sedari tadi dengan beralasan tidak kuat menahan lapar.

Sesampainya di cafe mereka melihat Rara yang sudah duduk di tengah cafe, dan melambaikan tangan dengan mulut penuh mengunyah makanan.

"Dih Ra telen dulu tuh makanan ampe penuh gitu." Cerocos Bunga yang baru mendudukkan pantatnya di kursi kayu tersebut.

"Abisnya laper banget gue Nga, tadi pagi gak sempet sarapan gara-gara Mama terus ngomel-ngomel nanya jodoh." Keluhnya.

"Ya kan tinggal ngomong Ra, kalo jodoh kamu belum lair, masih proses cari jalan lair." Ujar Bunga dengan tertawa lumayan keras sambil mengelap air mata di sudut matanya.

Us And CoffeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang