white shirt

60 9 1
                                    

jean

"jey, coba lihat deh, mr. hood lo pakai kemeja putih, ganteng banget ya?" suara mila menginterupsi fokus seorang gadis yang sedang sibuk dengan mesin kopinya. menghela nafas pelan, lalu berbalik melihat sahabat satu shift-nya sedang memperhatikan seseorang di ujung toko.

"ekhm," jean berdeham kecil, "'berwibawa banget, jey, ya-ya-ya', gue tau lo akan memuji-muji calum biar konsentrasi gue buyar kan?" sarkas jean lalu kembali sibuk dengan dua gelas kopi hitamnya, sedangkan mila tertawa kecil, lalu mengangguk.

"tau aja lo."

"ya iyalah, udah sering." jean berujar sambil sesekali berpindah tempat, mengecek gilingan kopinya yang berada di samping nya. "lo cinta banget ya, jey?" mila bersuara, menyenderkan dirinya di belakang meja kasir, lalu melipat tangannya didepan tubuhnya.

"sama siapa?" jean menoleh, mendapati pandangan mira menuju seseorang berkemeja putih yang sibuk dengan ponsel dan earphone putihnya. jean membersihkan tangannya, lalu membersihkan tangannya memakai apron yang sedang dipakainya, mila tertawa. "jey, tisu ada banyak, kok ngelapnya pake celemek, eh-awas sweater lo kotor." mila berkomentar.

"kalau ada yang gampang, kenapa harus repot. btw, lo banyak bacot kayak tante gue, deh," komentar jean lalu ikut tertawa kecil.

"lo beneran suka sama dia, jey?"
"kalo dia suka sama lo, gimana?"

jika ditanya, maka jean sangat mau berteriak, berkata 'iya, mau' atau apalah. namun, menjadi seseorang yang hanya bisa suka dalam diam, sangat tak mungkin, orang itu bisa suka padanya.

jean mengangguk pelan, sambil memerhatikan detail kecil pada diri laki-laki itu. salah satunya adalah kegemarannya menggunakan kemeja, senyum manisnya, dan rambut hitamnya yang bergelombang.

lagu yang diputar berganti menjadi alunan piano jazz dari gabriel latchin trio berjudul polka dots and moonbeams, alih-alih terganggu, gadis itu semakin hanyut dalam lamunannya. mila yang tau bahwa jean sedang sibuk berkhayal, mengambil alih sementara, mesin espresso lalu membuat secangkir caffe latte, sebelum kafe menjadi sangat ramai.

"eh, mbak-uh-jean?" seseorang mengganggu bayangan pikiran jean yang sedang berlamun. "mh, ya?" jean mengerjap-ngerjapkan matanya, lalu menggelengkan kepalanya sekilas, untuk menyadarkannya.

"gue boleh minta tisu?" suara ini.

jean tersenyum mencoba mengendalikan dirinya, tapi tidak berhasil mengontrol detak jantungnya. jean sendiri sebenarnya belum mau menatap pelanggannya itu, malu. namun, gadis itu tetap mencari benda yang diperlukan, membawakan sekitar tiga lipatan tisu, berbalik menemui pemilik suara indah itu, lalu menyerahkan benda putih tipis tersebut.

pemilik suara itu adalah calum hood dan dia tersenyum.

*calum senyum, nulis sendiri, klepek klepek sendiri :-(

setelah mengucapkan terima kasih, calum kembali ke tempat duduknya, melanjutkan menyesap kopi dan sibuk dengan ponselnya. jean mencoba tenang dengan cara merapikan sweater putihnya, lalu kembali dengan mesin kopinya juga.

calum tidak sadar, jean berteriak kegirangan tanpa suara dalam diam di balik meja kasir.

*yeah, aku juga bakal gitu hzhzhzh

-

"la, it's kinda sucks."

"apanya?"

"who am i? who am i? invisible."

"yah, si bego malah nyanyi."

[invisible - 5sos]

camisa , hood.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang