jean
hari baru, kerjaan baru, warna sweater baru.
"jey! jey!" suara sorakan mila membuyarkan imajinasi jean yang sedang sibuk meracik latte pesanan pelanggan. "apa, mila?" jean membalas santai, sibuk menyisipkan catatan penyemangat kecil, lalu beralih ke meja bar, pengambilan minuman. "atas nama mbak helen?" jean memanggil dan disambut ucapan terima kasih dari seorang wanita karir umur 40-an yang mungkin punya dua anak tampan dan satu gadis bungsu cantik bak tuan putri.
"jey, lo ngeliatin pelanggan lagi?" mila membuyarkan lamunan jean, lalu gadis itu memutar bola matanya seakan berkata 'kenapa sih, punya teman satu shift, dengan cewek ribut sekaligus pengganggu?'
"ah enggak, mbaknya cantik." gadis itu memberi alasan, sedangkan mila terkekeh. "hari ini calum belum datang juga, ya?" jean menatap mila sedangkan yang diajak berbicara hanya mengangkat bahu tanda tak tahu.
"kenapa lo kecanduan banget pakai sweater sih, jey? nggak panas?" mila bertanya, memerhatikan sweater biru tua jean yang bermotif luar angkasa. "ngg - nggak tau, gue suka aja pakenya." jean menjelaskan lalu meregangkan badannya sebentar.
kring!
bel pintu kafe mereka terbuka, "selamat datang!" ucap jean dan mila bersamaan. seperti yang mila--dan jean--duga, yang datang adalah calum hood, orang yang di taksir jean entah sejak kapan.
mila menyenggol lengan jean, lalu sebagai balasan, jean hanya memutar bola matanya malas. "selamat siang, kak. saya jean, ada yang bisa dibantu?" jean menjelaskan sedikit canggung, sedangkan laki-laki di hadapannya sibuk melepas earphone-nya.
"uh, gue pesen seperti bia-oh, lo bukan mila-uh." calum menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, lalu melihat sekitar. "saya jean, kak." jean masih mencoba menyunggingkan senyumnya, menahan emosi, karena sekilas melihat mila menahan tawa, karena kecanggungan mereka berdua.
"aduh, gimana ya?" calum panik, sedangkan jean sama sekali tak tau apa yang harus dilakukan.
"espresso con panna, panas, krim kocoknya dikurangi, dan segelas air putih?" jean menghela nafasnya, lalu menatap calum yang terkejut atas penuturan jean. "lo tau?" calum menyunggingkan senyumnya, dibalas anggukan kecil gadis itu.
"ekhm," deham mila lalu menatap malas mereka berdua, "yak, jey, jadi pesanannya apa?" mila diam-diam mengulum bibirnya menahan senyum.
* #milapenggangguorangpdkt
"con panna panas, whipped cream-nya kurangin dikit, sama air putih." jean mengetik pesanan sekaligus menghitung total harga calum.
"eh, iya jen, eh, jean," jean menatap calum, menunggu kalimat selanjutnya, "lo bisa jadi pacar pura-pura gue?" mendengar penuturan tersebut, jean terbatuk kaget, lalu menyerahkan nota pembelanjaan calum.
"uhuk-totalnya tiga puluh sembila-uhuk-n ri-uhuk-bu. baya-rnya cash ata-uhuk-u debit?" jean terbatuk terbata, lalu mengambil selembar uang bewarna biru nominal lima puluh ribu, menyerahkan kembalian, lalu mengernyit.
"thanks. uh, jadi gimana, jean?"
"panggil jey atau jen aja." jean menggigit bibirnya, gugup, "uh, okay." calum mengangguk. "jadi gimana?" lanjut laki-laki di depannya itu.
"untuk apa? kenapa? kapan?" jean bertanya, dibalas kekehan calum. "besok gue ada kencan buta, tapi gue nggak mau. lo bisa bantu gue?" calum bertanya kembali. "kalau lo mau, em-mungkin kita bisa jalan nanti malam untuk gue kasih arahan, or, maybe let me know something about you?" jujur, jean masih dilanda rasa kaget, namun, setelahnya tersenyum.
"boleh."
* y x g kuy
"di taman depan gimana?" calum bertanya, sedangkan jean mengangguk, setuju.
setelah itu, mila membawa pesanan calum, lalu laki-laki itu membawa pesanannya, mengambil tempat duduk yang biasa ia tempati, dan memasang earphone dan fokus dengan ponselnya. jean sempat memperhatikan calum yang melirik ke meja sebelah kirinya, lalu tersenyum segan, kepada seseorang yang jean panggil mbak helen.
perasaannya sedikit tak enak, tapi 99% isi hatinya adalah sorak girangan.
"well, selamat ya, teman-satu-shift gue, akhirnya gebetannya ngajak jalan."
"sayang mila deh!"
-
"tHIS IS MY INDEPENDENCE DAY!"
"berisik, bego."
"diam lo, tante."
[independence day-5sos]
KAMU SEDANG MEMBACA
camisa , hood.
Fanfictionsetiap hari kemeja baru, setiap hari sweater baru. setiap saat setiap waktu, jean memandangi pelanggannya yang selalu memakai kemeja. dia calum thomas hood. written in lowercase, eh?