Une; Dia July

49 8 0
                                    


Happy and keep reading guys ;D

*
"Life ist'n always perfect. Like a road, it has many bends, up and down, but that's it beauty"
-Amit Ray-

***

"Den, dipanggil tuan ke ruangannya" ujar salah satu pembantunya di ambang pintu kamar anak tuannya, yang hanya mendapat lirikan dari anak lelaki yang dipanggilnya, tanpa banyak bicara lelaki yang tadinya diam sambil memandang keluar jendela, langsung bangkit dari kursinya dan menuju ke ruangan kerja ayahnya.

Tanpa mengetuk pintu, dia langsung masuk ke ruangan sang ayah, membuat ayahnya yang semula sedang bercakap via telepon langsung diam sambil menatap nya tajam.

Lelaki itu hanya berdiri tak jauh dari meja ayahnya, diam dengan wajah dingin dan tatapan tajam yang mengarah ke ayahnya, ayahnya menutup telepon dengan sopan dan senyum mengembang, setelah mematikan sambungan telepon senyum yang semula mengembang di wajahnya yang mulai keriput langsung sirna berganti dengan wajah dan tatapan dingin tak kalah dingin dan menusuk dar tatapan anaknya, suasana ruangan mulai memanas, "July, gimana sekolahnya? nilai kamu meningkat?" Tanya sang ayah basa-basi kepada anaknya, yang dpanggi-July, tidak lagi menatap anaknya tajam, malah mengalihkan pandangannya pada laptop di depannya, July menghela napas, lalu kembali menatap ayahnya tak lagi dengan tajam tetapi malah terkesan malas meladeni ayahnya.

"Gausah basa-basi anda mau bilang apa ke saya" jawab July.

" Oke, kalau kamu nggak mau kasih tau ayah, nggak apa-apa. Ayah juga tidak terlalu peduli dengan itu. Ayah hanya mau kamu bersiap-siap karena kami pewaris dari semua aset kekayaan keluarga kita, termasuk perusahaan, dan usaha yang lain, juga rumah ini" ujar Saga-ayah July, sambil membenarkan punggungnya pada sandaran kursi kerjanya.

"Kamu pasti tau itu" lanjut ayahnya, July menghela nafas, lalu berbalik keluar dari ruangan ayahnya, tanpa menjawab perkataan ayahnya. Jangankan menjawab July bahkan tak pernah memperhatikan apa yang ayahnya katakan, dia hanya akan hadir jika ayahnya memanggilnya, dan langsung meninggalkan ruangan ayahnya setelah ayahnya selesai bicara, tanpa menjawab atau malah berakhir dengan perdebatan hebat antara July dan ayahnya.

July baru memegang gagang pintu, ketika ayahnya kembali bersuara, "Oh iya, besok malam ada acara launching produk baru teman ayah, luangkan waktumu dan bersikaplah sopan" ujar Saga, yang membuat July mengeratkan pegangannya pada gagang pintu.

Di luar ruangan ayahnya, Maura-ibu tiri July menguping pembicaraan July dan ayahnya, dia mengepalkan tangannya kesal karena tahu bahwa semua aset kekayaan yang dimiliki suaminya akan menjadi milik July ketika suaminya sudah tiada.

Dia bersembunyi dibalik tembok dekat ruangan suaminya, saat July keluar dari ruangan kerja ayahnya.

"Ini nggak boleh terjadi, kalau July mendapatkan semua aset kekayaan keluarga, dia akan dengan mudah menendang aku dan anakku keluar dari rumah ini" kata Maura pelan, dan berlalu pergi menuju kamar anaknya.

July berhenti tepat didepan pintu ruang kerja ayahnya, seraya menghela nafas panjang setelah keluar dari ruangan yang paling ia benci.

Dia berlalu ke kamarnya untuk mengambil kunci sepeda motornya dan jaket, lalu keluar rumah tanpa tau tempat yang akan ia tuju.

***

Dia menghentikan motornya di pinggir jalan menghadap taman komplek rumahnya, ketika matahari sudah hampir tenggelam, tetap diatas motornya, ia melihat sekeliling dan tak sengaja melihat gadis yang ia kenal sedang bercengkrama dengan sahabatnya, mereka tertawa lepas seperti tanpa beban, tanpa sadar July bergumam 'gue iri sama hidup lo' masih menatap gadis tadi dari kejauhan.

Dear JulyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang