“Aku pulang!” Krystal berseru riang ketika memasuki rumah. Gadis itu segera berlari menuju meja makan. Mengambil sesendok nasi goreng kimchi lantas melahapnya. Ia kembali berlari menuju kamar setelah mendapat tatapan garang dari sang Ibu yang tengah fokus menonton teve. Itu kebiasaan buruk Krystal. Jika sudah lapar dia akan makan tanpa mengingat badan yang lengket karena seharian berkeringat. Taeyeon harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk menghapus kebiasaan buruk anak gadisnya itu.
“Aku pulang ....”
Perhatian Taeyeon teralih ketika mendengar suara anak bungsunya. Jika tadi Krystal membuka pintu dengan riang gembira, maka Jisoo kebalikannya. Lelaki itu menutup pintu dengan suara parau. Seperti baru saja kehilangan semangat hidup.
Jisoo menelan saliva seraya mengusap wajah. Ia berjalan dengan gontai menuju sofa. Ikut merebahkan badan di sebelah sang Ibu. Dahi Taeyeon mengerut tidak mengerti. Jisoo tidak biasanya bersikap seperti ini.
“Waeyo, Jisoo-ya? Kotak bekalmu hilang lagi?”
“Aish, Eomma ...,” rengek Jisoo. Kepala lelaki itu tengah pening karena kejadian hari ini. Membicarakan tentang kotak bekal yang hilang tentu akan menambah beban pikirannya. Jisoo segera memutar otak untuk mengalihkan pembicaraan. Dia benar-benar tidak mau diganggu dengan pertanyaan seputar kotak bekal. “Appa mana?”
Bahu Taeyeon terangkat secara bersamaan. Ia menekan tombol di remot teve untuk mengganti chanel televisi. “Appa-mu sedang menghadiri seminar. Mungkin besok baru akan pulang.”
“Seminar lagi?” tanya Jisoo tidak percaya.
Taeyeon mengangguk. Ia kembali fokus menonton teve. Melihat itu, Jisoo seketika mengembuskan napas lega. Perhatian sang Ibu ternyata sangat mudah dialihkan.
Mata Jisoo terpejam sejenak. Kejadian di sekolah seketika terputar lagi dalam benak. Gadis dan gerobak es krim. Dua kata tersebut kini bersarang di kepalanya. Membuat Jisoo kalap dan frustrasi. Lelaki itu kemudian membuka mata. Ia mendengkus halus ketika menyadari jika ibunya tengah menonton acara gosip tentang kabar perceraian salah satu selebriti ternama. “Eomma ....”
“Ndeee?”
“Bisakah Eomma memeriksaku?”
“Huh?” Alis Taeyeon sontak berdekatan. Dia menatap Jisoo dengan tatapan bingung. “Kenapa kau tiba-tiba ingin diperiksa?”
Jisoo menegakkan badan kemudian mengacak rambut frustrasi. “Apa Eomma bisa menebak aku ini kenapa? Coba Eomma lihat mataku. Apa yang Eomma rasakan? Eomma ini psikolog hebat. Tidak mungkin ‘kan jika Eomma tidak tahu apa yang terjadi padaku?”
“Apa Krystal mengganggumu lagi, hm?” Suara Taeyeon berubah melembut. Badannya diarahkan menghadap Jisoo. Berita di teve sudah tidak lagi dipedulikannya. Wanita berumur tiga puluhan itu memilih fokus memberi Jisoo perhatian agar merasa nyaman. Rona kekhawatiran segara Taeyeon tangkap ketika memandang raut tampan sang anak. Ia baru menyadarinya. Jisoo tengah ketakutan dan mengalami rasa cemas berlebih.
Kepala Jisoo menggeleng sekali. “Krystal Noona sudah sering menggangguku. Aku tidak masalah dengan itu, Eomma.”
“Lalu? Coba ceritakan pada Eomma apa yang terjadi hari ini.”
Jisoo terdiam. Lelaki itu mengigit bibir dalamnya pelan. Merasa bimbang. Haruskah Jisoo memberitahu sang Ibu tentang kejadian itu? Tentang gadis dan gerobak es krim yang ia lihat hari ini? Jisoo menggeleng. Dia tahu jika sang Ibu pasti tidak akan memercayainya, toh hal itu masih bisa dijelaskan secara logika. Apa yang Jisoo alami hari ini merupakan halusinasi akibat kelelahan. Ibunya pasti akan bilang begitu. Jisoo mendesah lagi. Mungkin lain kali saja dia menceritakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Remember When
Teen Fiction[Kim Jisoo x Jennie Kim] "I believe you. Don't ever leave me alone." *** Mereka saling mencintai. Biarlah seperti itu. Jangan ada yang mengganggu. Mereka saling memiliki. Selalu menjaga satu sama lain, walau masing-masing dari mereka tidak menyadari...