Jabat Tangan Kelabu

30 4 1
                                    

Malam tiba mengutukku dengan masa lalu. Semuanya berantakan, telingaku tak bisa mendengar apapun. Hanya teriakan malam yang bisa kudengar.
Diluar hujan, air mataku berlinang membasahi baju. Bukan karena hujan, bukan karena gelapnya malam, tapi karena lukisan kelabu di tembok.
Aku berada didalam rumah, mencermati setiap frasa yang kudengar. Sembari, hatiku terasa perih. Lantas aku memalingkan muka, melihat dalam kegelapan. Kosong.
Malam tempat mengadu
Kau bisa menangis tersedu-sedu
Tiada orang yang tau
Tiada yang peduli padamu

Bahkan nenekmu tak mendengar suara dalam pikiranmu. Padahal kau mendengarnya sangat lantang. Ia berteriak. Ia mengutuk. Ia mencerca.
Air mata itu masih mengalir di wajahnya, matanya masih merah. Kau bertanya pada dirimu, “Kapan lukisan itu akan pergi dari rumah ini?”.
Semua melodi yang kau dengar hancur, semua majas yang kau himpun musnah ketika kau mendengar malam berteriak. Tanpa kau sadari lukisan kelabu itu adalah hidupmu.
...
Sungguh, malam bukanlah penawar bagi orang yang sakit hati

Pena Irama HidupmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang