01. Awal Pencarian

213 30 1
                                    

Hal terakhir yang Soonyoung ingat dari Jihoon adalah pria mungil itu berambut merah jambu dan memakai sweater kuning. Soonyoung juga ingat sembabnya mata Jihoon saat anak itu melambai pada Soonyoung untuk yang terakhir kali.

Saat itu, mereka bahkan belum lama saling kenal karena Soonyoung merupakan siswa pindahan yang baru masuk. Satu semester setelah Soonyoung pindah, giliran Jihoon yang harus pindah ke sekolah lain. Jihoon bilang Tuan Lee pindah tugas ke Busan. Jadi, Soonyoung mau tidak mau merelakan kepergian kekasihnya itu.

Tidak ada kontak apapun yang bisa Soonyoung hubungi untuk mengetahui kabar Jihoon. Bahkan ketika Soonyoung pindah ke Busan untuk kuliah, ia masih tidak bisa menemukan informasi tentang anak manis itu. Jihoon menghilang, padahal Soonyoung masih simpan janji mereka untuk bertemu kembali di masa depan.

"Kau masih mencari pria itu?"

"Tentu."

Soonyoung mendesah putus asa, meneguk birnya sampai kandas. Gelas kosong itu kemudian diisi lagi oleh Seokmin, sahabat Soonyoung dari fakultas teknik. Buih bir yang putih lembut meluber ke pinggir gelas. Gelembung-gelembung kecil didalam kaca bening itu pecah dan menyisakan cairan keemasan saja.

Tawa dan percakapan memenuhi bar itu. Diakhir pekan seperti ini, bar yang mereka datangi lebih ramai dari biasanya. Beruntung ada beberapa a meja kosong hingga mereka bisa ngobrol sambil makan lama disana.

Harusnya malam ini mereka rapat, bertiga ditambah Seungkwan si anak seni. Ada banyak hal yang perlu pembahasan, mulai konsep sampai dana yang harus ketiganya bahas perihal project mereka. Apalagi mereka beda jurusan, waktu bertemu sulit dicari kalau bukan akhir pekan.

Sayangnya, Soonyoung si anak dance yang seharusnya siap memaparkan konsep tari justru tepar begini. Wajahnya suram, mata sipit melengkung itu berubah jadi segaris dengan rambut hitam berantakan. Seokmin dan Seungkwan jadi tidak tega menagih konsep tarian. Mereka cukup tahu saja kalau konsep itu sudah siap. Bagaimanapun Soonyoung itu sangat bisa diandalkan.

"Apa yang kalian maksud?" Seungkwan dengan wajah penasarannya bertanya, mata pria itu membulat lucu sementara tubuhnya otomatis condong ke depan.

"Kau tahu pria yang dicari Soonyoung selama 4 tahun? Lee Jihoon."

Seokmin mengerucutkan bibirnya, menunjuk Soonyoung lewat gerak bibir. Pria itu lalu melanjutkan, "Soonyoung sedang memikirkannya."

Cara aneh Seokmin dalam menjelaskan nyatanya tidak banyak membantu. Pria yang punya senyum secerah matahari itu lupa kalau massa otak Seungkwan hanya seperempat stik es krim.

Makanya Seungkwan justru mengerutkan kening hingga alisnya hampir menyatu. Boo yang punya sifat ingin tahu super tinggi itu memicing melihat dua pria dihadapannya. Ia menoleh ke Soonyoung lalu ke Seokmin. "Aku masih tidak paham," keluhnya sambil mengunyah tteok pedas.

"Tentu saja. Kau kan bodoh," sahut Seokmin. Pria itu santai saja mengatakannya. Ia justru menyeringai puas melihat Seungkwan yang wajahnya berubah masam. Seokmin bahkan sengaja pasang senyum lebar yang dibuat-buat, kepalanya miring ke kanan agar semakin imut.

Tingkahnya membuat Seungkwan semakin kesal. Sampai-sampai Seungkwan hendak memanfaatkan botol bir kosong untuk memukul manusia kuda yang tidak kalah bodoh itu. Omong-omong, botol itu Soonyoung yang habiskan isinya.

"Bisakah kalian berhenti?" Suara Soonyoung menginterupsi. Menarik atensi dua orang yang sedang bertengkar disampingnya.

"Memang ada apa dengan Lee Jihoon? Kenapa kau mencarinya?" Seungkwan masih penasaran.

"Dia cinta pertamaku dan satu-satunya," kata Soonyoung,tidak peduli pada Seungkwan yang jadi heboh. Sekali lagi Soonyoung meneguk birnya. Mengernyit ketika cairan kuning keemasan itu melewati kerongkongannya.

Finding Jihoon (Soonhoon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang