04. Akhirnya pertemuan itu tiba!

143 24 3
                                    

Keesokan harinya, disaat matahari baru muncul setengah, Soonyoung sudah berdiri di depan rumah keluarga Lee. Berkali-kali ia membaca ulang alamat yang dikirim Vernon. Sekadar memastikan dirinya tidak salah alamat.

Rumah itu terawat dan terlihat mahal, bangunannya tidak besar tapi punya halaman yang cukup luas. Bebatuan buatan yang melingkar di dekat pagar menambah kesan indah. Disana ada bunga merah kecil yang cantik. Bukan mawar, hanya tanaman liar yang kebetulan tampak menarik.

"Ahh.. keluarga ini masih kaya. Syukurlah, setidaknya Jihoon tidak kesulitan ekonomi."

Setelah lama memperhatikan dari luar pagar, Soonyoung memutuskan untuk pergi. Ia harus segera menemui Seokmin dan Seungkwan sebelum teman-temannya itu mengamuk karena menunggu terlalu lama.

Seperti biasa, rumah Seokmin jadi tempat berkumpul ketiganya. Selain karena kamar Seokmin luas dan dilengkapi kulkas penuh camilan, mereka tidak perlu dilihatin orang karena mengobrol dan tertawa terlalu keras.

"Kau sudah baikan? Kau harusnya membiarkan ku menjemputmu. Kenapa malah jalan kaki kesini padahal masih sakit?!"

Seungkwan mengomel segera setelah Soonyoung masuk ke kamar Seokmin. Temannya yang paling gembul itu sedang berbaring di sofa Seokmin sambil mengunyah keripik buah. Sementara Seokmin membantu Soonyoung melepas mantel.

"Tidak apa-apa, jangan terlalu mengkhawatirkan aku." Soonyoung membentuk love sign dengan jarinya, terlihat cheesy seperti biasanya. Ia sebenarnya sedang memberi isyarat bahwa dirinya baik-baik saja.

"Baiklah, karena Soonyoung sudah datang ayo kita bicarakan," ucap Seokmin, ia menarik Seungkwan lalu menyeret anak itu ke tengah ruangan. ketiganya duduk di lantai.

"Ingin membicarakan apa?" Tanya Soonyoung, bingung. Awalnya ia kira mereka hanya akan bermain saja, tetapi wajah sahabat-sahabatnya terlalu kaku. Tidak biasanya Seungkwan dan Seokmin seserius ini.

Seungkwan menjadi yang pertama buka mulut. "Soonyoung, kau tahu sendiri kalau roh Jihoon terus menghisap energimu. Semakin lama semakin banyak yang ia perlukan. Sementara rohnya menguat, tubuhmu akan semakin melemah. Jadi, aku dan Seokmin berpikir kita harus segera melakukan ritual pengusiran roh yang disarankan dukun wanita semalam."

Setelah berkata begitu, Seungkwan menelan salivanya sendiri. Ia terus memperhatikan ekspresi Soonyoung. sesuai yang ia dan Seokmin duga, Soonyoung tampak keberatan.

Meski begitu, Soonyoung tetap tersenyum dan bersikap biasa saja. anak itu bahkan merangkul keduanya. "Yaaaaa kalian pasti benar-benar menyayangiku. Aku terharu sekali."

Soonyoung pura-pura menyeka air mata. Anak itu masih sempat-sempatnya bercanda.

"Jujur saja, aku sama terkejutnya seperti kalian. Dan aku, sudah memutuskan untuk tidak melakukan ritual itu."

"Haaa?"

"Aku ingin menggunakan kesempatan ini untuk bertemu kembali dengan Jihoon. Karena jarak, kami melewatkan banyak waktu tanpa pertemuan. Ini satu-satunya kesempatan untuk bertemu kembali."

Seokmin dan Seungkwan tentu tidak setuju. Terlalu besar resikonya bagi Soonyoung. Apalagi, Jihoon saat ini hanya ruh.

"Karena kau sudah memutuskan... Kami tidak akan memaksa jika kau tidak mau. Hanya saja, ingatlah konsekuensinya, Soon. Tidak baik bagi yang masih hidup untuk menjalin hubungan dengan yang sudah mati."

Penjelasan itu masuk dan keluar dari kepala Soonyoung. Kematian tidak lagi menakutkan baginya asal ia punya kesempatan untuk bertemu Jihoon sekali lagi.

.

.

.

.

Finding Jihoon (Soonhoon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang