02. Patah Hati Paling Buruk

107 22 3
                                    

Butuh waktu empat hari bagi Vernon untuk menggali informasi. Selama itu, setiap hari ia rutin menghubungi soonyoung terkait update informasi.

Sayangnya, sejak semalam Soonyoung tak bisa dihubungi padahal ada info penting yang perlu Vernon sampaikan.

"Apa kau yakin ini kosnya?"

Seungkwan mengangguk yakin, tangannya sibuk memutar stir kemudi agar tak menabrak tembok orang.

Mobil merah terang itu diparkir dengan hati-hati di lapangan rumput samping kos Soonyoung, lapangan luas itu dipagari pohon cherry. Buahnya yang sudah matang dan kemerahan jatuh berceceran. Beberapa mengering dan terinjak.

Pasangan kekasih itu keluar bersamaan dari mobil. Seungkwan sontak merapikan rambut yang berhamburan tertiup angin. Sementara Vernon cuek saja dengan penampilannya. Rambut blonde Vernon yang berantakan entah mengapa membuat Seungkwan semakin jatuh cinta. Pria blasteran itu bahkan semakin mempesona saat kedua tangannya dimasukkan ke saku jaket berbahan denim.

Langkah kaki keduanya menimbulkan suara renyah daun kering yang terinjak. Terdengar menyenangkan hingga suara itu menghilang setelah menginjak halaman kos Soonyoung yang dilapisi semen.

Untungnya pagar besi hitam itu sudah terbuka jadi mereka bisa langsung masuk. Lagipula, salahkan Soonyoung yang menghilang hingga keduanya khawatir padahal sedang butuh-butuhnya.

"Lingkungan kos Soonyoung bersih sekali. Aku jadi ingin pindah kesini." Vernon terpukau sembari menyusuri satu per satu lorong menuju kamar yang Soonyoung tempati.

"Kau tahu kan Boo kalau kos ku itu sudah lama dan berhantu. Aku sudah tidak betah," lanjutnya.

"Boo? Boo?" Vernon menoleh ke belakang, terkejut dan bingung saat menyadari bahwa sejak tadi ia hanya berbicara pada angin.

"Ah, pantas saja ia tidak menanggapi ceritaku."

Karena sungkan berteriak di kos orang, ia memutuskan untuk kembali. Berjalan cepat sembari tetap memperhatikan setiap sudut kos Soonyoung. Barangkali bisa jadi pertimbangan saat vernon hendak pindah kos.

Ia baru saja turun anak tangga ke dua puluh tujuh yang berbelok dan terkejut ketika Seungkwan muncul di hadapannya. Nyaris bertabrakan tapi untungnya itu tidak terjadi. Kalau terjadi, Seungkwan mungkin bisa terguling sampai lantai bawah.

"Darimana kau, Boo?" Tanya Vernon, khawatir terjadi sesuatu pada kekasihnya yang memang ceroboh itu.

Seungkwan menjawabnya dengan cengiran lebar, ia mengangkat gelas air mineral bekas yang penuh bulatan merah segar. "Memungut cherry", jawabnya santai. Ia mengangkat bahu tidak peduli ketika Vernon hendak protes. Kemudian berlalu begitu saja dari hadapan si tampan Vernon.

"Minggir!" Katanya, menggeser tubuh vernon yang menghalangi jalan ke atas.

Seungkwan terus memimpin jalan menuju kamar Soonyoung. Diperhatikannya setiap pintu kamar dan jemuran yang tergantung di depan kamar-kamar itu.

"Ini dia!" Seungkwan berseru, jari lentiknya menunjuk pintu cokelat polos yang di depannya tergantung banyak jemuran. Ada beberapa yang sangat Seungkwan hapal, salah satunya sweater hijau lumut gambar macan yang sering Soonyoung gunakan.

"Kwon Soonyoung!" Seungkwan mengetuk pintu sambil memanggil pemilik kamar itu. Mengetuk tiga kali lalu berhenti. Mengetuk lagi lalu berhenti lagi.

Seungkwan mulai berpikir kalau sahabatnya itu sungguhan tewas di dalam sana. Tapi saat itu, Soonyoung muncul dari balik pintu yang dibuka sedikit. Hanya kepala namja kwon itu yang keluar. Wajahnya bengkak, pucat, dan matanya sembab. Hidungnya bahkan memerah parah. Membuat mata pria itu semain tenggelam tertimbun pipi.

Finding Jihoon (Soonhoon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang