Suasana diluar sudah sangat sunyi tapi Hanbin, Bobby, dan gadis tadi masih bertahan di dalam mobil.
Mereka masih takut karena makhluk-makhluk buas itu masih berkerumun tidak jauh dari mobil mereka. Bahkan beberapa masih melewati jalan di luar mobil, beruntung kaca mobil Bobby tidak tembus pandang sehingga makhluk-makhluk itu tidak bisa melihat keberadaan mereka tadi.
"Bagaimana ini Hyung?"
Hanbin sedikit takut melihat beberapa ekor mayat- jika kita bisa menyebutnya begitu- yang bergerak tanpa arah, jarak mereka hanya beberapa langkah saja dan itu sangat menakutkan.
"Aku juga tidak tau" jawabnya dengan nafas berat.
Bobby kesulitan untuk berbicara karena gadis tadi masih belum beranjak dari pangkuannya, mungkin karena posisi si gadis yang tengkurap menyamping di atas pahanya, dan beban tubuh si gadis yang sepenuhnya menimpa perut pria itu.
"Hei nona! Kau tidak ingin pindah?"
Si gadis menoleh, "aku tidak bisa bergerak" jarak wajah mereka terlalu dekat dan itu cukup untuk membuat Bobby kembali menahan nafas.
Hanbin menyumpal mulutnya menggunakan telapak tangannya ketika sadar akan pemandangan yang tersaji di depannya, masalah baru bisa saja muncul jika dia tertawa sekarang.
Bobby sendiri hanya bisa menggerutu dalam hati.
"Maaf" Bobby dan Hanbin saling menatap bingung, "maaf karena sudah merepotkan kalian"
"Seharusnya kalian tidak menolongku, sekarang kalian mendapatkan masalah karena melakukannya"
Baik Hanbin dan Bobby tidak tau harus menjawab apa, semua yang dikatakan gadis itu ada benarnya secara logika. Tapi secara kemanusiaan? Salah besar.
Hanbin mencoba mencairkan suasana, "tidak perlu sungkan, sudah sepantasnya kita menolong orang yang sedang kesulitan bukan?"
"Tapi-"
"Berisik!" Potong Bobby, "berhentilah membual soal merepotkan orang lain"
Gadis itu terdiam, pria di bawah dan sampingnya itu memang galak.
Hanbin menghitung satu persatu mayat diluar yang berada sangat dekat dengan mereka, "enam, tujuh,... Ada delapan" dia menyandarkan punggungnya, "sepertinya bermalam di sini adalah pilihan terbaik, terlebih dengan kemacetan ini"
"Hei nona, siapa namamu?"
"Ji..Jisoo"
Bobby melirik jok belakang, hanya ada tiga jok di tengah sedang di belakang kosong. "Hanbin, tidur di bagasi"
"Heh?"
"Tidak ada pilihan lain, aku tidak bisa bergerak"
Hanbin menatap Jisoo sejenak lalu menghembuskan nafas pelan, "baiklah".
Dia berpindah ke belakang kemudian ke bagian bagasi, tidak empuk tapi setidaknya dia bisa tidur dengan aman, "Hyung kau menguncinya bukan?" Was-was dengan pintu bagasi yang mungkin saja tidak terkunci.
Bobby menatap spion di tengah dan mengangguk, Hanbin menghela nafas lega.
"Hei nona, tidur lah di tengah"
"Tapi-"
"Lewat jok sebelah" potongnya. Terdengar menuntut karena dia sedang menuntut kebebasan bergerak.
Jisoo menatap jok yang tadi sempat dilangkahi Hanbin, kemudian merangkak sembari terus mengucapkan maaf, sadar jika Bobby pasti merasa sakit karena bebannya.
Bobby?
Dari tadi selain menahan beban, Bobby juga menahan nafasnya, bahkan keringat sudah keluar dari dahinya. "Cepatlah!" Ucapnya dengan gigi yang berbunyi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Into The New World
FanfictionSedetik yang lalu adalah sejarah, sejarah di mana kehidupan masih berjalan normal seperti biasanya. Sedetik yang sekarang adalah fakta, fakta bahwasanya keadaan telah berubah menjadi kacau balau. Sedetik yang akan datang adalah misteri, misteri yan...