"venti iced americano, no water with 4 extra espresso shots" bahkan sebelum dana menyebutkan pesanannya, arjuna sudah menyelanya duluan."you really have to stop dana," lanjut arjuna, tapi tetap mencatat pesanan sahabatnya itu dan menyiapkannya.
dana hanya tersenyum. ia sangat suka kopi. semua teman temannya sepertinya tahu itu. arjuna yang bekerja di kedai kopi itupun juga sudah hapal.
"sudah menentukan pilihan?" arjuna menaruh kopi milik dana, lengkap dengan sedotannya.
"tidak tahu. aku masih merasa perusahaan papa bukan pilihan yang bagus" dana meraih kopinya. arjuna hanya mengangguk. lantas memberikan senyumnya pada pelanggan yang mengantrj di belakang dana.
dana membawa kopi dan kamera yang dikalunginya itu ke sebuah meja di pojok kedai. pojok dengan dinding kaca yang membuatnya bisa dengan jelas melihat keadaan jalanan kota.
jemarinya mengutak atik kamera lawasnya itu, mengamati satu per satu lukisan cahaya yang ia ambil. sesekali menekan tombol dengan gambar tong sampah ketika menemukan gambar yang ia rasa tak sesuai dengan seleranya.
sampai jarinya terhenti di satu foto. satu kata yang terlintas di kepala dana, cantik. foto itu ia ambil beberapa tahun yang lalu. empat? atau lima ya? entahlah. dana tidak ingin menghitungnya.
dana memilih menekan tombol dengan tulisan off pada kameranya dan kembali meminum kopinya. netranya ia arahkan pada jalanan yang sedikit padat hari ini.
dana sedikit mengintip ke arah langit. abu abu. sepertinya sebentar lagi akan hujan.
"baru juga duduk sebentar. sudah harus pulang lagi" batinnya.
ia meraih kopinya lalu berjalan keluar. meninggalkan kedai kopi yang sudah jadi langganannya sejak dulu itu.
baru selangkah dana menginjakkan kaki keluar, seseorang menabraknya. refleks, dana menahan tubuh orang itu agar tidak terjungkal ke belakang.
setelah berhasil menyeimbangkan tubuhnya orang itu ,yang sepertinya seorang gadis kalau dilihat dari postur tubuhnya, langsung beranjak pergi. menghilang diantara keramaian. tanpa meninggalkan jejak barang sehelai rambutpun.
dana tak sempat mengikuti ke arah mana gadis itu pergi karena sepertinya rintik rintik hujan sudah tak sabaran ingin menyentuh tanah.
jana menyentuh dada kirinya. merasakan degub jantungnya.
"bisa bisanya dia tidak bilang terimakasih?"
・ ⋆ ・ ⠄⠂⋆ ・ ⠄⠂⋆ ・ ⠄⠂⋆ ・ ⠄⠂⋆ ・ ⠄⠂⋆ ・
hi ho!
rencananya emang mau bikin pendek aja biar cepet tamat. jadinya ya gini wkwk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lentera Rembulan
Fanfictionaku tidak terlalu pandai menceritakan sebuah kisah cinta. tapi kali ini kupersembahkan asmaraloka milik seorang janardana