Brian bangun dari tempat tidurnya untuk membuka pintu apartementnya ketika bel berbunyi.
"Masuk, Winata." Brian mempersilahkan yang lebih muda untuk masuk ke dalam.
Winata tersenyum tipis. la melepas sepatunya sementara Brian kembali menutup pintu.
"Sky mana?" Tanya Winata pelan.
"Di kamar gue," Jawab Brian yang kemudian langsung berjalan mendahului seperti kemarin untuk masuk ke dalam apartementnya.
Winata mengekor di belakang Brian yang nampak menuju dapur untuk mengambil minum, "Masih pules?" Lagi, ia bertanya.
Kedua alis Brian memicing, "Perasaan tadi gue udah bilang dia baru tidur?"
Urusan bikin orang jadi kikuk kayaknya Brian jago banget, deh. Winata mulai harus maklum.
"Ayo sini," Ajak Brian setelah puas menenggak air minumnya. Nggak nawarin Winata, nggak apa. This insensitive jerk.
Winata menurut saja diajak oleh Brian menuju kamarnya. Benar saja, Sky di tengah kasur Brian sedang tertidur pulas.
"Brian, gue mau cuci tangan, dong?" Izin Winata.
"Tuh, di kamar mandi," Tunjuk Brian pada kamar mandi dalam kamarnya menggunakan wajahnya.
Winata kemudian melesat pergi untuk mencuci tangan dan setelahnya keluar dengan baju yang sudah ia salin. Brian jadi kepingin nanya, tapi nanti-nanti aja lah.
"Gue boleh naik ke kasur, nggak?" Tanya Winata.
Brian mengangguk sebagai pertanda memberi izin.
"Yah, tidur sih Skynya," kata Winata begitu ia memposisikan diri di samping Sky sambil mengusap-usap puncak kepala anak itu.
"Kenapa emangnya?" Brian bingung. Emang kayaknya kalau ngomong sama Winata, cuma bikin Brian bingung doang.
Winata tersenyum meledek ke arah Brian, "Kan mau minta testimoni susu buatan Ayah-eh, uncle Brian maksudnya."
Brian ikutan ketawa pelan, "Dih, gila lo ya diladenin beneran. Gue bercanda kali," sahutnya. Yang kemudian disambut dengan alunan tawa pelan oleh Winata.
Mahasiswa kedokteran itu masih betah mengelus-elus wajah damai sang anak dengan senyum tipis yang setia menghias di wajahnya, "Tadi repot nggak, Bri?"
"Nggak terlalu sih, kayaknya? Dibanding kemarin yang bikin gue stress beneran. Gue ngerasa bangga dah hari ini dia nggak ada nangis," Mulai Brian sambil mendudukan tubuhnya di tepi ranjang.
Winata menoleh sekilas pada lawan bicaranya, "Oh, iya? Kok bisa?" Tanggapnya. la selalu suka bertanya pada Mix tentang Sky kalau sedang ia titipkan seperti ini. Dan untuk Brian pun, tidak termasuk pengecualian.
"Hmm," Brian nampak berpikir sejenak lalu melanjutkan, "Kalau dipikir-pikir kita belum properly introducing ourself to each other."
Satu alis Winata terangkat, "Do I have to start to feel threatened here?"
Brian mendengus, "Nggak, nggak. Maksud gue, gue nggak tau apa-apa selain nama lo Metawin. I'm helping you here with taking care of this baby. At least I have to know what are you doing out there while I take care of him, right?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Sun Shine
FanfictionHidup Brian sejatinya normal. Teman, pacar, keluarga, harta, semua yang didamba oleh kebanyakan orang lain, ia punya semuanya. Sampai akhirnya, Winata datang mengetuk pintu apartemennya dengan seorang bayi dalam gendongannya, hidup Brian tidak perna...