STAY

22.8K 311 9
                                    

Satu persatu pelayat menyalami Lisa yang sedang kehilangan satu satunya keluarganya. Mama. Tidak ada lagi garis keturunan setelah Lisa karena dia adalah anak tunggal. Mama menyusul kepergian Ayah Lisa yang sudah meninggalkan mereka karena kecelakaan pesawat 15 tahun yang lalu, ketika Lisa masih berumur 6 tahun.

Acara penghormatan terakhir sudah berakhir. Kini tinggal Lisa dan teman kecilnya dulu, Rose. Rose tidak sanggup mengatakan apa apa. Dia sendiri juga bingung harus menghibur Lisa seperti apa. Selama acara berlangsung, Lisa hanya diam. Dibalik kaca mata hitam Lisa, Rose tau ada yang membengkak di sana.

Jika saja Rose tau isi hati Lisa, ada amarah dan penyesalan bercampur jadi satu di hatinya. Marah, karena dia telah diusir oleh Mamanya ketika beliau tau Lisa menjalani hubungan dengan Jennie, anak dari orang yang paling dihormati di daerahnya. Itu terjadi ketika Lisa baru saja naik ke kelas 3 SMA. Sedangkan penyesalannya datang dari keterlambatannya dia mengobati Mamanya. Bagaimana tidak? Dia baru saja tau kalau Mama mengidap tumor stadium 4 seminggu yang lalu. Ah, betapa marahnya dia kepada dokter yang menghubunginya, yang seharusnya dia tidak perlu semarah itu. Dokternya pun tidak bisa berbuat apa apa, Mama sendiri yang tidak menginginkan Lisa tau tentang penyakitnya. Mama berjuang sendiri selama ini, dari hasil uang pesangonnya.

Lisa menjambak pelan ujung kepalanya lalu dia geser tangannya ke belakang hingga ujung rambutnya. Dia mendapati Rose yang berdiri tidak jauh darinya.

"Chaeyoung ah, pulang lah. Aku tau kamu lelah." Ujar Lisa pelan.

"No, Lisa yaa. Aku akan menemanimu di sini." Tolak Rose dengan halus.

Lisa berusaha memberikan ujung senyumnya, meskipun masih terlihat lirih. Matanya kembali menatap foto yang masih fresh warnanya, mengulas kembali ingatan pahit saat itu. Saat dia terusir dari rumah.

=====

4 tahun yang lalu...

"Poo, apa aku cocok pakai ini?" Tanya Jennie menaruh salah satu bandana yang ada di toko aksesoris di atas kepalanya. Lisa menengok dan menyandarkan dagu di jarijarinya.

"Mmm... tidak! Ganti dengan warna yang lain!"

Seketika Jennie cemberut, "tapi aku suka dengan yang ini!"

Lisa menahan tawanya dengan sekuat tenaga, "kalau kamu sudah suka, kenapa ditanyakan lagi kepadaku?"

"Aku kan... hanya ingin kamu liat ke arahku, dan memujiku," gerutu Jennie belum berhenti memanyunkan bibirnya.

Lisa mendekat dan mencuri kecupan di pipi Jennie, "aku bohong, baby J, kamu cocok kok memakai itu." Bisiknya kemudian.

Jantung Jennie seakan mau meledak dengan perlakuan manis Lisa! Wajah mereka kini sangat dekat! Ingin sekali Jennie merasakan bibir Lisa yang sedang merekah saat ini. Begitupun dengan Lisa, setelah dua minggu mereka memutuskan untuk berpacaran, keinginan untuk melumat bibir Jennie sangatlah besar. Dan semakin besar setiap harinya. Dia bisa gila kalau tidak bertemu Jennie barang sehari saja!

"Wah! Kakak cantik sekali! Warnanya cocok untuk rambut hitam kakak!" Puji salah satu karyawan toko itu tiba tiba ketika melihat Jennie yang masih memakai bandana berlabel itu.

Seketika mereka menjauhkan badan dan Lisa mengalihkan fokusnya ke tempat lain.

"A ah.. terima kasih," kikuk Jennie melepaskan bandana itu perlahan, "aku ambil yang ini saja ya,"

"Oke kak. Pilihan yang bagus untuk kakak yang sangat cantik!"

Lisa menoleh ke arah karyawan itu sambil menahan kesungutannya.
Yaa! Hanya aku yang boleh memujinya seperti itu di depannya!

BLACKPINK 🖤💗 One Shoot StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang