STAY [2]

7.1K 154 8
                                    

Halo gaes! What's up?

Chapter kedua ini masih berjudul yang sama seperti yang pertama.
Tapi...
Ceritanya BEDA.

Mmm...
Alasannya... karena aku maerasa sedikit lazy buat nyari judul baru which is judul lama cerita ini pakai bahasa Indonesia yang hampir mirip esensinya sama judul Chapter pertama.
Sorry kepanjangan penjelasannya >,<

Yaudah. Gitu aja.
Happy read!
Don't forget to give me a support!
Vote and comment!













Aku baru pindah. Kos-ku yang lama memang agak jauh dari kampus, jadi untuk mahasiswa akhir sepertiku, yang harus bolak-balik kampus untuk konsultasi skripsi agak ribet. Untungnya masih ada luang sekamar di sebuah rumah sederhana, dekat pantai.

Menurutku sih ini bukan luang sekamar lagi, tapi serumah. Dengar kabar dari tetangga, dulu ada yang meninggal misterius di rumah itu. Makanya harganya anjlok. Meskipun orang-orang berpikir seribu kali mau menempatinya, aku sebagai mahasiswa "kere", sulit terpengaruh dengan kabar tersebut. Yang penting murah, sikat!

* Oke kita skip bagian pindahannya *

Bosaaaan :(
Aku merentangkan tanganku ke atas, kakiku kugerak-gerakkan supaya semut-semutnya tidak makin menjadi-jadi.
Sudah 3 jam yang lalu mata dan jariku berkutat di laptop hasil menabung 3 tahun yang lalu. Sesekali menyeruput kopi, yang sudah sedaritadi dingin akibat malam sudah terlalu larut, angin pantai juga sudah sangat terasa setiap celah di rumah ini. Anginnya tumben sekencang ini.
Tapi aku tetap pingin jalan-jalan sebentar, menghilangkan kejenuhan.

Aku jalan menyusuri garis air laut yang maju mundur. Remang cahaya campuran dari pelita dan lampu rumah warga, cukup menenangkanku di kesunyian. Apalagi ditemani suara deburan ombak, dinginnya angin bisa kualihkan. Dulu ada warga yang menghimbau supaya aku jangan keluar jalan seperti saat ini, khawatir aku kenapa-kenapa. Ya ada benarnya juga, suasana yang sunyi di tengah malam seperti ini, tidak baik untuk seorang gadis. Bukannya aku tidak mau mendengarkan himbauannya, tapi aku merasa aku tidak berperawakan gadis yang bisa menggundang kejahatan, apalagi pernah menjuarai Karate tingkat Provinsi, berharap itu semua jadi bekal keamananku suatu saat.

Garis pantainya lumayan panjang, kalau pagi dan sore hari, ramai pengunjung. Aku selangkah demi selangkah sambil menghapus penat, juga sambil mencari inspirasi redaksi yang harus aku masukkan di bagian analisis skripsiku. Hampir setengah jarak total garis pantai, aku melihat di kejauhan sesosok wanita terbaring di pasir pantai.

Anjir!
Aku kaget bukan main, sampai hampir lemas kakiku.
Manusia apa bukan ya?
Aku berlari mendekatinya.

Wanita itu berambut panjang, menutupi wajahnya yang tersungkur. Seketika aku mengamati seluruh tubuhnya dan memeriksa nafasnya.

Oh baguslah, masih hidup dan tidak ada luka apapun :')

Setelah memeriksanya, aku pun mencoba membangunkannya berkali-kali. Sepertinya dia pingsan.
Akhirnya aku menggendongnya menuju kos-ku. Sebenarnya aku ingin membawanya langsung ke UGD, tapi setidaknya aku bawa dia ke kos dulu, setelah itu cari cara membawanya ke UGD yang agak jauh dari sini.

Setelah membaringkan wanita tersebut ke kasurku, aku duduk di kursi yang aku tarik mendekat ke samping kasur. Aku lelah. Tubuhku dengan sendirinya merebah di pinggir kasur. Mata pun terlelap. Aku malah tidak memperdulikan UGD. Semoga dia bangun besok pagi. Itu saja harapku.

***

Dan betul, keesokan paginya wanita itu membuka matanya perlahan, sedangkan Lisa masih di alam bawah sadar. Wanita itu tidak sengaja menyentuh tangan Lisa, sedikit terkejut. Dia mengamati langit-langit kamar dan menyadari dia bukan di rumah sakit.

BLACKPINK 🖤💗 One Shoot StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang