🖌️-. Paint Together

62 7 1
                                    

Sudah terhitung dua bulan lama persahabatan Miya dan Minju. Keduanya semakin hari semakin dekat dan hafal kebiasaan-kebiasaan satu sama lain. Keduanya juga sering saling menceritakan keluh kesahnya masing-masing serta saling memberi saran.

Minju ternyata adalah anak dari pengusaha kaya raya. Tetapi Minju tidak pernah mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari ayahnya sejak ayahnya itu bercerai dengan ibunya. Sebelum bercerai pun kedua orang tuanya sering bertengkar di depan Minju dan adik perempuannya yang sekarang tinggal bersama ibunya. Minju selalu menyimpan rasa sedihnya itu sendiri dan menutupinya dengan senyuman dan selalu terlihat ceria. Tetapi sekarang ia benar-benar bahagia setelah berteman dengan Miya meski tidak sepenuhnya bahagia.

Miya sendiri hanya tinggal dengan ibunya. Ia tidak tahu kemana ayahnya pergi. Ibunya juga selalu menghindar saat ditanyai oleh Miya seputar ayahnya. Akhirnya Miya masa bodoh dengan keberadaan ayahnya tersebut. Hal terpenting adalah ibunya selalu menyayanginya meski jarang dirumah menghabiskan waktu dengannya.

Kini, Miya dan Minju sedang jalan-jalan bersama di akhir pekan mengisi waktu luang mereka. Ibunya Miya sampai heran anaknya pergi dengan temannya di akhir pekan karena Miya biasanya hanya dirumah saja saat akhir pekan tiba karena tidak memiliki teman.

Mereka pergi ke pusat perbelanjaan yang sekarang ramai oleh pengunjung karena banyak potongan harga di akhir pekan. Keduanya lebih tertarik untuk bermain di timezone lalu makan di restoran cepat saji bersama.

Sudah puas bermain dan mendapatkan banyak tiket dari timezone, sekarang keduanya sedang makan di sebuah restoran cepat saji sambil membicarakan hal-hal lucu yang terjadi saat mereka sedang asyik bersama. Hari ini benar-benar menyenangkan bagi mereka.

"Kak, bikin lukisan bareng, yuk!" Seru Minju tiba-tiba. Miya yang sedang menyedot minuman bersodanya pun langsung melirik gadis didepannya. "Kkk~ nanti ngerjainnya di rumah kak Miya aja. Ayah Minju gak suka kalau Minju bawa teman ke rumah," jelas Minju. Miya hanya mengangguk setuju, lagi pula itu bukan ide yang buruk.

"Kita ngerjainnya setiap akhir pekan oke?"

"Siap kak!"

...

Kembali lagi di kamar Miya yang ramai dengan barang-barang melukisnya. Kini Miya megajak Minju berkunjung ke rumahnya untuk mulai membuat karya seni bersama. Kini mereka sedang menyiapkan alat-alat berupa, kuas, cat minyak (kebetulan keduanya menyukai cat minyak), kanvas berukuran cukup besar, dan segelas air untuk membersihkan kuas mereka serta tidak lupa kain bekas untuk mengelap kuas mereka.

Si tomboy kini sedang duduk di lantai kamarnya, bersandar di pintu kamarnya yang tepat berada di samping meja kerjanya. Ia sedang membuka segel plastik salah satu kanvas miliknya. Dilihatnya teman satu-satunya itu sedang melihat-lihat buku sketsa milik dirinya. Miya hanya diam karena ia sudah terbiasa dan tidak akan marah akan hal itu (tidak seperti saat mereka baru bertemu).

Gerakan tangan Minju yang terus menggulir halaman per halaman buku sketsa milik sahabatnya terhenti pada gambar sketsa lukisan mereka nanti yang sudah mereka buat di perpustakaan bersama. Di sketsa tersebut terlihat seorang perempuan berambut panjang lurus yang menutup mata dan dibagi menjadi dua sisi. Salah satu sisi di hiasi bunga-bunga dan di rencanakan didominasi oleh warna merah muda dan hijau kekuning-kuningan. Di sisi lainnya akan didominasi biru gelap dan hitam.

"Ayo mulai," Minju sedikit terkejut oleh suara sahabatnya yang sedikit serak itu. Dilihatnya kanvas yang tadi dibuka sudah di taruh dengan apik di penyangganya. Dua buah kursi kecil pun sudah di taruh didepannya. Minju pun beranjak dari posisi duduknya dan menghampiri sahabatnya sambil membawa buku sketsa itu. "Kak Miya, biar Minju yang salin sketsanya di kanvas itu," pinta Minju. Ia pun mengambil pensil miliknya yang masih tersimpan di tempat pensilnya.

Miya hanya mengiyakan permintaan sahabatnya itu dan mulai memainkan ponsel pintarnya sambil menunggu sketsa itu selesai di salin. Diam-diam ia memotret sahabatnya itu yang sedang fokus menggoreskan benda grafit itu di kanvas putih miliknya.

"Minju!" Miya sengaja memanggil sahabatnya untuk mendapatkan foto wajahnya daru depan. Benar saja, Minju menoleh ke arahnya dan disaat itulah Miya memotret Minju. "Kakak foto Minju ya?" Yang dipotret beranjak dari kursinya dan mulai mendekati Miya dan mengintip ponselnya. "Kakak! Hapus! Minju belum siap," rengek Minju yang merasa wajahnya kurang cantik (padahal sangat cantik). Miya hanya tertawa sambil menyembunyikan ponselnya, alhasil Minju dan ide jahilnya memerintahkan tangannya untuk menggelitiki pinggang Miya. "Hahaha, B–berhenti! Geli! Hahaha," Miya berusaha menyingkirkan tangan Minju dari pinggangnya. Badannya hampir saja terjatuh akibat kehilangan keseimbangan. Syukurlah ia tidak terjatuh. "Makanya hapus foto itu," Miya pun menuruti permintaan Minju dan menyuruhnya untuk berpose di depan kanvas itu untuk memotret ulang dirinya.

"Nah, begitu, kan cantik," komentar Minju saat melihat potret dirinya. Miya hanya mengiyakan komentar sahabatnya itu dan menyuruhnya melanjutkan sketsanya. Beberapa menit kemudian sketsa itu pun selesai dan keduanya mulai mengambil kuas masing-masing untuk mulai melukis di atas kanvas itu dalam diam.

Diam-diam ibu Miya mengintip dari celah pintu kamar anaknya yang tidak tertutup sempurna. Dilihatnya Miya dan sahabatnya sedang fokus dengan lukisan mereka. Terukir senyum hangat di wajahnya yang masih sedikit memiliki keriput. Ia turut senang melihat anaknya akhirnya memiliki teman yang menemani hari-harinya. Ditutupnya pelan-pelan kamar anak semata wayangnya itu dan pergi meninggalkan kamarnya.

"Kak Miya," Minju merasa tidak nyaman dengan suasana hening di kamar Miya saat itu. Gadis yang dipanggil itu pun menoleh ke arah Minju. "Apa?" Tangannya menjauhkan kuas yang tadinya asyik ia ayunkan sesuai imajinasinya agar ia tidak melakukan kesalahan.

"Berjanjilah kalau kita akan meyelesaikan lukisan ini bersama!"

Miya terdiam sejenak mencerna setiap tutur kata Minju lalu tersenyum, "iya," Minju menyodorkan jari kelingkingnya pada Miya bermaksud melakukan pinky promise. Miya pun mengaitkan jari kelingking nya ke jari kelingking Minju lalu terkekeh,

"Kkk~"


...





"Kak Miya," seseorang memanggil gadis tomboy yang sedang membaca buku di perpustakaan sekolahnya. Ia menoleh ke arah sumber suara tersebut dan mendapati sehabatnya yang terlihat murung itu. Ia pikir sahabatnya itu sudah pulang karena setelah ia tunggu sekian lamanya, baru sekarang ia melihat batang hidungnya berada. "Kenapa? Aku pikir kamu sudah pulang," Minju duduk di samping Miya sambil menatap ke bawah. Miya mengerti, pasti terjadi sesuatu pada sahabatnya itu.

"Ada apa?"

"Ayah Minju sepertinya akan menikah lagi. Beberapa hari yang lalu ayah membawa perempuan ke rumah dan bilang dia calon ibu tiri Minju,-"

"-lalu?"

"Awalnya Minju pikir ia orang yang baik tapi ternyata tidak. Dia b–benci Minju."

Didengarnya isakan tertahan dari Minju membuat hatinya ikut merasakan sakit. Miya pun menutup buku yang sedang ia baca itu dan memeluk sahabatnya itu. "K–kemarin Minju tidak sengaja menjatuhkan alat make up nya lalu ia memukul lengan Minju dan merobek buku sketsa M–Minju, hiks," sahabatnya itu meneteskan air matanya dan membasahi kemeja Miya (yang hari itu Miya tidak mengenakan jas seragamnya). Miya mengusap-usap punggung Minju, bermaksud untuk menenangkan sahabatnya tapi itu malah membuat Minju semakin terisak.

"A–ayah Minju ikut memarahi dan memaki Minju, a–ayah tidak pernah begitu pada Minju, hiks. Apa ayah tidak sayang Minju l–lagi?"

Miya tidak bisa berkata apa-apa. Ia hanya diam sambil menenangkan sahabatnya itu. Dirinya sendiri tidak memiliki ayah.

Dibiarkannya Minju menangis di bahunya sampai ia tenang dan mengajaknya pulang. Setengah jam sudah berlalu, perpustakaan sebentar lagi akan ditutup. Tetapi Miya masih memeluk Minju yang isakan semakin menghilang. "Sudah baikan?" Minju mangangguk pelan sambil menghapus air matanya. "Minju boleh menginap di rumah kakak malam ini tidak?" Tanya Minju sambil menatap Miya memohon. Tentu saja Miya mengizinkan.

"Yasudah, ayo kita pulang, sudah sore,"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 09, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Painting 🖌️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang