V. Ľîčîķ🌥

3K 196 224
                                    

"Aku akan menggunakan sejuta cara agar 2A dapat bersama."

-Bunda Kinanti.

☀️☁️☀️

Aku tidak bisa diam saja, -batin Kinanti.

Selama perjalanan menuju rumah kediam Mahendra, Kinanti terus berpikir agar si 2A cepat bertunangan.

Lihat saja apa yang akan aku lakukan, batin Kinanti sambil tersemyum miring.

Sesampainya di rumah, Kinanti langsung menjalankan rencananya yaitu dengan tidak makan dan minum dalam satu malam. Alvaro sudah duduk tenang dengan handphonenya di ruang keluarga dengan ayah di sampingnya.

Saatnya aku beraksi, -batin Bunda jahat.

Bunda menghampiri mereka. "Bunda, mau kamu terima perjodohan ini."

Alvaro dan Ayah langsung menoleh ke arah Bunda yang memasang wajah tegasnya. Alvaro yang tidak terima dengan keputusan Bunda langsung bangkit dari posisinya.

"Bun—"

"Bunda, tetep akan paksa kamu untuk mau terima perjodohan itu!" potong Bunda sambil bersekedap dada.

Bunda menurunkan tangannya. "Kamu tidak ingin Bunda jatuh sakit kan?" tanya dengan nada melemah.

Drama akan dimulai, batin Alvaro dengan wajah datarnya.

"Tidak, Bun, Alva tidak mau Bunda sampai sakit" jawab Alvaro sambil mengenggam tangan Bunda.

"Ya, sudah, turuti keiginan Bunda."

"Bunda jangan egois dong. Alva juga punya hak untuk menolaknya."

"Menurutmu Bunda egois?" Bunda menatap Alvaro tidak percaya. "Kamu memang memiliki hak untuk menolak, tetapi Bunda juga punya hak untuk mengaturmu!" Setelah mengatakan hal itu, ia langsung pergi meninggalkan Alvaro dan Ayah di ruang keluarga.

Ayah bangkit dari posisinya dan berjalan menuju Alvaro. "Kamu turutin saja keiginan Bundamu," kata ayah sambil menepuk pelan bahu Alvaro.

"Ayah, Alvaro tidak mau."

"Kamu tau sendiri seperti apa sifat Bundamu." Ayah melangkahkan kakinya pergi dari sana.

Alvaro hanya bisa menahan amarahnya, dia menganggam erat ponselnya sebagai pelampiasan emosinya.

☀️☁️☀️

Pagi ini Alvaro berangkat lebih pagi dari biasanya, entah setan mana yang telah menempelinya. Sesampainya ia di kelas, Alvaro hanya duduk dan melamun di bangkunya. "Apa yang harus gue lakukan?"

"Apa gue harus menerimanya? Atau menolaknya?"

Ketika sedang berpikir tiba-tiba ada sebuah panggilan dari handphonenya, tanpa berlama-lama Alvaro segera mengangkat telefon tersebut.

"Alvaro, segera ke Rumah Sakit Berlian," perintah seseorang di seberang sana.

"Memang ada apa, Yah?' tanya dengan cemas.

THE END (on Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang