1. Suka

6 2 0
                                    

Semoga Syuuka🖤


"Ira masuk ya yah, "
Ira mencium lengan ayahnya.
"Iya, jangan bertindak yang aneh-aneh di sekolah, " ucap ayahnya, mengusap kepala Ira.

"Oke, yah." Ira menutup pintu mobilnya. Baru beberapa langkah Ira memasuki gerbang. Tiba-tiba ada yang menarik lengannya menuju pos keamanan.

"Eh apaan sih lo, narik-narik Ira segala," Ira melepaskan cekalan itu.

Seorang pria yang berpenampilan cukup tidak rapih, bertanya dengan peluh keringat di wajahnya, "Ra gimana hari ini? Baik? "

"Buruk, " Ira meninggalkan pos keamanan itu, pak Suripto hanya tersenyum melihat mereka di sana. Setiap pagi selalu saja begitu. Pria itu bernama Milki. Pria yang selalu menyambut pagi Ira dengan ocehannya yang kurang penting. Mengganggu mood Ira di setiap paginya.

Milki berlari kecil untuk mengejar Ira.

"Buruk terus,  kapan indahnya, " Milki menyamakan langkahnya.

"Kalo lo ga ada baru indah hidup Ira,"

"Yakin? Ga bakalan rindu sama gua,"

"Udah de Mil gausah ganggu Ira mulu, risih tau, " Ira menghentakan kakinya. Lalu pergi meninggalkan Milki disana. Ira tidak tahu kalo Milki hilang dari bumi ini, apakah dia akan rindu? Ah sudahlah.

Milki hanya bisa tersenyum melihat kelakuan Ira. Disaat semua perempuan di sana belomba-lomba mendapatkan hati Milki. Ira malah bertingkah seakan dia ingin melihat Milki hilang dari bumi ini. Itulah kenapa Milki sangat menyukai Ira. Karena Milki seorang playboy. Dalam satu bulan, banyak sekali perempuan yang dia sakiti. Tidak peduli itu kakak kelas,  adik kelas atau bahkan satu angkatannya. Yang penting hatinya senang. Dia dengan senang hati menerima tawaran setiap perempuan untuk menjadi pacarnya. Lalu seenaknya juga mengakhiri hubungan itu.

"Mil lo masih aja ngejar si Ira. Dia gak bakal dapet. Percuma aja lo, " Irpan menepuk bahu Milki.

Milki tersenyum getir, "Lihat aja nanti pan, " Milki pergi menuju kelas. Irpan mengekori Milki.

"Serah lo deh, " Irpan menggaruk kepalanya yang tak gatal.

***

Begitu Ira masuk kelas. Ira sudah tak asing dengan teman-temannya yang sibuk membicarakan laki-laki itu. Laki-laki yang setiap pagi mengganggu mood nya.  Laki-laki yang sedikit kurus, dan tampilannya yang  acak-acakan itu, banyak digemari perempuan di kelas ini. Bukan hanya di kelas ini bahkan di seluruh penjuru sekolah.

Ira sangat aneh. Sebenarnya apa sih istimewanya Milki anak IPS itu. Tampilannya saja urakan. Jujur saja Milki memang tampan, berkarisma, juga setiap tahunnya dia selalu mendapat juara umun dijurusannya.

Ya meskipun Ira bersikukuh untuk tidak menyukai Milki tapi dihati kecilnya dia memiliki perasaan yang lebih untuk Milki. Tapi dia simpan baik-baik perasaan itu. Kenapa? Karena Ira tidak sanggup menghadapi setiap perempuan yang menyukai Milki.  Mereka pasti akan menghujat Ira habis-habisan.

"Ra, ko mukanya ditekuk gitu sih, "

"Ga papa, Na"Eriana mengangguk. Tidak bertanya lagi.

Ira duduk di samping Eriana.

"Ra, kayanga gue suka deh sama si Milki. Makin hari dia makin ganteng aja, "

Ira menoleh. Apakah Ira tidak salah dengar? Kenapa rasanya sakit sekali ketika mendengar  sahabatnya menyukai Milki. Ira berusaha biasa saja. Dia tidak ingin kelihatan sedih di depan sahabatnya.

Ira tidak bercerita tentang Milki kepada Eriana, sahabatnya sendiri. Ira takut. Takut semuanya tahu bahwa Milki selalu mengejarnya. Dan lihatlah perasaan Ira saat ini. Ira mulai menyukai Milki. Buktinya, ketika mendengar Eriana menyukai Milki. Hati Ira sangat teriris.

"Baiklah Ra, kamu harus kuat. Milki ga baik. Dia playboy. Kamu gak boleh suka sama dia. Begitu pun Eriana. Kamu harus bantu sahabat kamu jauhin monster itu," batin Ira.

"Ra"

"Oyy, ko lo malah bengong sih," Eriana menepuk bahu Ira.

"E-eh ga papa ko Na, "

"Gimana nih Ra, gue suka sama Milki. Bantu gue dong Ra," Eriana memohon.

Dengan ragu Ira berkata, "Iya nanti Ira bantu Na, " Ira mengacungkan jempolnya. Dan tersenyum antusias.

"Tapi Na,  lo tahu kan Milki gimana? Ira gak mau Ana sakit hati, "

"Ga bakal,  gue yakin Milki ga bakal kaya gitu sama gue," Eriana berbicara antusias.

"Yaudah,  kalo bisa nanti Ira bantu" Ira tersenyum sesaat.

"Nah gitu dong Iraa. Lo emang sahabat gue," Eriana memeluk Ira. Ira hanya bisa tersenyum kecil.

Ira salah telah menyukai Milki. Milki seorang playboy. Dia tidak akan pernah bisa menghormati seorang perempuan. Ira terus saja meyakinkan dirinya bahwa Milki tidak baik, dia laki-laki yang nakal. Tapi tetap saja sebagian hatinya mengucapkan bahwa ia menyukai Milki. Dan merasa sakit hati ketika mendengar sahabatnya sendiri menyukai Milki. 

Mungkin mengikhlaskan seseorang untuk orang yang kita sayangi adalah jalan terbaik. Dan jalan terbaik bagi setiap permasalahan adalah menerima. Entah menerima hal baik atau hal yang paling menyakitkan sekalipun.

Eriana melepas pelukannya. Dia terlihat sangat bahagia. Ira tidak bisa menghancurkan kebahagiaan sahabatnya walaupun itu menyakitkan bagi Ira.

Bel masuk berbunyi.

Mereka mengikuti jam pelajaran dengan hidmat. Tapi tidak dengan Ira. Dia terus saja melamun. Pikirannya tertuju kepada Milki.

Ira mengusap wajahnya, "Ya tuhan, kenapa Ira mikirin terus Milki, " gumam Ira.

Eriana menoleh, "Kenapa sih lo? "

"Eh gak papa ko Na. Cuma ga ngerti aja sama rumusnya, "

Bohong. Ira berbohong. Dia tidak ingin membagi segala keluh kesahnya kepada sahabatnya itu. Bagaimana bisa Ira harus bercerita bahwa dirinya menyukai Milki. Pasti akan hancur hati sahabatnya itu.

"Tenang aja, nanti kita lihat jawaban si Ufi," Eriana berbisik licik dan tersenyum.

Ira mengangguk. Mengiyakan pernyataan dari sahabatnya itu. Ufi salah satu murid paling pintar di kelasnya.

Jika saja Ira mengetahui dirinya akan menyukai Milki pasti Ira akan melarang hatinya. Walaupun tidak bisa,  ia akan memaksanya. Jika perlu Ira akan membawa setiap kegelapan malam untuk membenteng hatinya agar tidak menyukai laki-laki itu. Tapi ini sudah terjadi.  Biarlah semesta yang menjalankan segalanya. Ira hanya bisa berpasrah.

Zii ingetin lagi . Jangan lupa kasih krisannya ya🤗

Manis Dalam Diary IraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang