BUDIDAYAKAN VOTE TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA🗣
🌻SELAMAT MEMBACA🌻
Dingin yang dikirim angin membuat nya harus merapatkan selimut dan menutupi hampir seluruh badannya.Ini musim hujan keempat yang tiba sejak kepergian Deev yang membawa dirinya hidup beralaskan kerinduan yang mendalam.Angin berhembus semakin kencang dan membuat daun,ranting pepohonan bergoyang goyang beriringan irama hujan yang tak begitu merdu.
Tanah,daun serta segala nya yang tak beratap mulai basah terguyur deras nya sang hujan yang turun mengisi hari yang tak begitu indah baginya.Hari panjang yang mulai ia rasakan semenjak kepergian Deev, meninggalkan kerinduan yang teramat dalam.Hatinya terasa tersentuh ,ketika sepasang matanya menangkap sebuah gambar dirinya bersama Deev yang terpasang didinding kamarnya.
Ia beranjak dari tempat tidurnya,mendekati dan sebentar memandangi foto itu.Memang,sudah tidak terlalu indah lagi ,karena debu dan benang sarang laba laba sebagian sudah menutupi foto mereka.Ia sengaja tak begitu memperdulikan foto itu,karena baginya bukan foto yang ingin ia lihat ,tapi diri Deev yang sesungguhnya ingin ia temui.Senyum yang tak terlalu manis untuk dikenang terkembang dari wajah kedua insan yang ada dalam foto ,akan tetapi,cukup membuat hatinya bergetar,dan berderak ,seperti kaca jendela yang tertiup kencangnya angin.
Ia sengaja tak ingin berlama lama melihat foto itu,dan langsung membuang pandangannya kesudut meja kamar.Disana duduk manis sebuah telfon,yang sangat ia nantikan berdering karena Deev menelponnya.Namun perhatian itu tak kunjung usai,tetap tak ada telfon bahkan sedikitpun kabar tentang kekasihnya.Mencoba menelpon dengan ponselnya yang telah dilakukan berkali kali akan tetapi ia tak berhasil mendengar kabar tentang Deev.
Tak ingin merasa lebih sakit ,ia segera mengalihkan dan melarikan pandangannya keluar jendela,memandangi rumput rumput halaman rumah yang hampir tenggelam tergenang air hujan. Diam diam tanpa ia sadari air matanya kembali menetes,jika otaknya kembali memutarkan kenangan saat bersama kekasihnya.
Ia menyambar jaket yang tergantung dibalik pintu kamarnya dan sesegera mungkin pergi meninggalkan kamar yang belum sempat dirapikan. Entah apa yang membuatnya ingin kembali mengunjungi tempat itu kembali. Hatinya kembali bergetar seolah ada yang memanggilnya dan memaksanya kembali ke tempat itu.
"Nath,,,Nath,,, mau kemana kamu Nath?" mama Nath terburu buru menuruni anak tangga.
Suara mamanya sama sekali tak didengarnya,ia terus berlari keluar ,dan berjalan dibawah payung merah mudanya yang tersiram hujan deras.
"Nim,,,mau kemana kira kira anak itu?" ucap mamanya yang sambil memakai blazer yang dibawanya setelah berhasil menuruni anak tangga rumahnya.
"Entah nyonya,,,,mungkin ia kembali ketempat itu lagi,,,seperti biasanya" ucap pembantu yang di panggil Nim itu menaruh secangkir susu dan beberapa lembar roti tawar,lengkap dengan selai coklat kesukaan mama Nath.
Mama Ntah hanya menggeleng kepala sambil bergumam
" Ckck,anak itu benar benar keras kepala ,seperti mendiang ayahnya apalgi menyangkut cinta,bahkan dia rela setiap hari ketempat itu hanya untuk menunggu kekasihnya" ucap mama Nath dengan penuh kekhawatiran.***
Hujan masih mengguyur deras ketika Nath sampai ditempat itu , ia langsung menuju tempat yang biasanya ia gunakan untuk menunggu.Kursi disudut tempat pemberhentian kereta,menjadi tempat yang ia pilih selama dua tahun terakhir ini untuk menghabiskan waktu,hanya untuk menunggu Deev kembali.Ia meletakan payung disisinya,kemudian ia duduk ,sambil melihat satu persatu orang yang turun dari kereta.Dalam hati ia masih berharap salah satu dari mereka adalah Deev ,meskipun berkali kali harapannya pupus dan harus menelan kekecewaan ,namun ia bukan tipe orang yang mudah menyerah.
Angin yang berhembus begitu dingin serasa menggigiti tubuh dan menembus sampai ke tulang tak membuatnya berenti menunggu. Dalam hatinya masih tersimpan sebuah kepercayaan dirinya terhadap Deev ,yang membuatnya tak menyerah begitu saja.
"Nath,,,tunggu,aku akan segera kembali,percayalah" senyum manis yang dilontarkan dan kata kata terakhir sebelum Deev pergi masih tergambar jelas dalam ingatannya.Mengingat semua ini membuat Nath selalu bersemangat untuk mendatangi stasiun,menunggu Deev kembali,menemuinya, meskipun ia tak pernah tau kapan tepatnya Deev benar benar kembali.
Ponselnya berdering,menghentikan pemikirannya tentang Deev,ia merogoh saku bajunya dan mengangkat telfonnya.
"Ya,ini aku Nath" ucap Nath yang lemas tak berselera.
"Benarkah" kepala nya tegak seketika.Matanya melebar terkejut.
"Terima kasih banyak,aku berhutang padamu Joana" ucap Nath.
Nath tersenyum gembira dan segera menutup telfonnya.Ia membuka buku harian yang selalu ia dibawanya dan menuliskan apa yang ia dapat dari teman baiknya, Joana.
TBC
***jangan lupa baca, comment dan votenya satu vote dari kalian berharga bagi ceritaku🌻
Dan jangan lupa follow ig ku
@itsdeviiii_
@callmedeviii
KAMU SEDANG MEMBACA
Rainfall Station
RomanceAku jatuh tertidur setelah ketawa dan menangis,mangapa?sudah beberapa hari aku seperti ini. Aku seperti gila ingin berjumpa denganmu. Aku seperti tergila gila merindukanmu.Ingin berhenti dan lupakan. Aku sangat lelah.Karena aku begitu lelah.Air mat...