Lee Seunghoon telah memberikan kehidupan yang selalu aku inginkan.
Dulu, ketika belum menikah, aku selalu berandai-andai bahwa keluargaku di masa depan akan melakukan banyak perjalanan. Aku yang sangat menikmati road trip, selalu berandai-andai bahwa suatu hari nanti bisa melakukan perjalanan menggunakan campervan bersama keluargaku.
Dan ya... setelah menunggu cukup lama, akhirnya kami dapat melakukan road trip dengan campervan. Sebenarnya, untukku dan Hoon, ini bukan pertama kalinya kami melakukan road trip dengan campervan. Dulu, di awal pernikahan kami saat anak-anak belum lahir, kami pernah melakukan road trip di Switzerland dengan campervan. Itu adalah pengalaman pertamaku dan tidak akan pernah ku lupakan. Saat anak-anak lahir pun aku meminta Hoon untuk melakukannya lagi. Namun sayangnya selalu saja ada kendala saat kami akan merealisasikannya.
Barulah sekarang, saat anak sulungku sudah bisa mengemudi dan memiliki surat ijin mengemudi kami bisa merealisasikannya.
Kali ini bukan ke luar negeri. Kami memutuskan untuk road trip di Korea saja. Hoon sengaja memilih untuk tidak ke luar negeri karena ingin mengenalkan pada anak-anak tentang sudut-sudut Korea yang selama ini mereka belum ketahui.
"Guys... I have something to tell you. Atau biar Appa aja ya yang ngomong?" Kataku kepada anak-anak setelah makan malam.
"Mom, jangan setengah-setengah dong kalo ngomong. Jangan bikin penasaran. " si anak tengah protes.
"Oke guys... listen." Hoony mengambil alih. Ia memperlihatkan wajah pura-pura seriusnya.
"Appa... ppali!"giliran si bungsu yang nggak sabaran.
"Jadi... minggu depan kita akan melakukan road trip dengan campervan!"
"Yeaaayyy!!!" Si anak tengah dan si bungsu teriak-teriak heboh kegirangan.
Meanwhile, si anak sulung yang lempeng banget ituuu...
"Kanev, kok biasa-biasa aja sih? Jangan bilang kamu nggak bisa ikut?"
"No, mom. I mean, I can join."
"Tapi kamu biasa aja gitu keliatannya."
"Kamu kayak nggak tau anak sulungmu aja. Nggak tau tuh anak siapa. Nggak mirip sama kita sama sekali. Cuma gantengnya aja yang mirip aku."
"Hoon! Mulutnya ya." Refleks, aku menjewer mulut Hoony.
"Mianhe. Nev tau kan Appa bercanda."
"No worries, Pap. Aku kayaknya memang anak pungut karena my personality slightly different from both of you."
"Kanev, jangan gitu ah. Mami jadi sedih nih. Kamu kan mirip mami karena rajin belajar."
"Hmmmm... iyaiya... kalo yang baik-baik aja mirip mami ya."
"Diam kau Solihun! Jangan sakiti hati anakku!"
"Loh... kan anakku juga. Kita kan bikinnya kolaborasi, Sayang."
"Ihhh... adek nggak ngerti Appa sama Mami ngomongin apa. Emang dulu Oppa dibikinnya kayak gimana? Brooklyn Oppa sama aku gimana bikinnya?"
"God, please forgive my dad." Nevada mulai jengah dengan kelakuan Appanya.
"Guys... guys... gimana road trip-nya ya? Belom jadi dibahas lho ini." Brooklyn, si anak tengah yang sering jadi penengah, mengambil alih perbincangan.
"Jadi gini..." Hoony menjelaskan rencana road trip kami. Terutama kepada Nev karena mereka akan bergantian menyetir.
"Setuju ya, Nev. Appa percaya kamu. Your driving skill is improving a lot."
Tanpa berucap apapun, Nev memberikan sign OK pada Appanya.
"Alright guys. So this's the end of the discussion tonight. Let's go back to your rooms then do your homework. Kalo adek langsung bobo ya."
"But yesterday you promised me to read me a story, mommy."
"Oh... iya ya? Kok mami lupa ya, Dek. Oke deh. You brush your teeth first then mami will read a story for you."
"Appa gimana dong?"
"Apanya yang gimana? Mau dibacain story juga?"
"Nope. But you promised me..."
"Appa... stop talking about rated contents!"
"Loh... Appa belum selesai ngomong lho, Nev."
"I know what's in your mind."
"Yaudah deh. Main Fifa aja yuk."
"Nah... I'm busy. I have lots of assignments to do."
"Kapan sih dikumpulnya? Ayolah malam ini aja. Masak Appa doang yang nggak ngapa-ngapain malam ini?"
"Lee Seunghoon don't you dare. Waktu anak-anak lagi free aja kamunya malah sibuk. Sekarang giliran anak-anak sibuk sama sekolah baru ngajakin."
"Mian. Iyadeh. Appa main Fifa sama Jiwoong Hyung aja deh."
"That's better."
~~~Seminggu kemudian~~~