"Akhirnya... Tubuhku sudah letih sekali, semua tulangku seperti bergeser dari tempatnya semula, bahkan aku sudah tidak dapat merasakan kakiku lagi untuk saat ini." Bocah itu mendudukan tubuhnya di bawah pohon, sekte Harimau Putih sudah berada di depan matanya. Zhao Huwang sudah bisa melihat sekte tersebut meski masih samar-samar. Dia mengambil napas sejenak sembari mengumpulkan tenaga setelah seharian berjalan dan beberapa kali menemui hambatan meski tidak terlalu banyak dan berarti tapi setidaknya sudah cukup menguras tenaganya.
Zhao Huwang mengambil botol air yang sudah ia siapkan sebelumnya di dalam tas kain serta sebotol susu yang kemudian ia berikan kepada bayi kecilnya. Bocah itu kemudian mengeluarkan sepotong roti dan menikmati rotinya di tengah sore yang redup itu.
"Hei bukankah kau anak yang tadi? Bagaimana kau ada disini?"
Saat sedang menikmati sepotong roti tiba-tiba terdengar suara yang mengejutkan Zhao Huwang, dia mengenali suara tersebut. Sontak bocah itu menoleh ke sumber suara itu berasal. Seorang pemuda 20-an tahun dengan paras yang tampan serta sebilah pedang yang ia sarungkan. Pemuda tersebut mendekat ke arah Zhao Huwang dan mengambil tempat duduk di sebelah bocah itu.
"Eh, paman, anda mau roti?" Dengan polosnya Zhao Huwang menawarkan sepotong roti yang baru saja ia ambil dari dalam tas kainnya.
Pemuda itu menatap Zhao Huwang sejenak sebelum menerima potongan roti darinya, "Terima kasih." Ucapnya setelah itu mulai menyantap roti yang di berikan bocah tersebut.
"Kau belum menjawab pertanyaanku tadi, tapi sudahlah lupakan saja tidak terlalu penting. Tapi aku ingin kau menjawab pertanyaanku kali ini, kau sebenarnya ingin pergi kemana?"
Zhao Huwang memandang sekilas kearah pemuda tersebut sebelum mengarahkan telunjuknya ke utara, "Sekte Harimau Putih, aku ada urusan sehingga harus pergi kesana." Ucap bocah itu.
"Urusan? Urusan apa? Aku belum pernah melihatmu disana sebelumnya."
"Paman, apakah anda murid dari sekte Harimau Putih?" Tanya Zhao Huwang. Anak itu mengabaikan pertanyaan pemuda tersebut, malah dia kembali melontarkan sebuah pertanyaan.
Pemuda itu tertawa kecil mendengar pertanyaan Zhao Huwang. Bukan karena pertanyaannya yang lucu, tapi sudah dua kali anak itu mengabaikan pertanyaan yang di berikan olehnya.
"Eh, paman kenapa tertawa? Apakah ada yang salah dengan pertanyaanku?" Zhao menaikkan alisnya merasa bingung.
"Bukan pertanyaanmu yang bermasalah, tapi kepalamu nak." Pemuda itu tertawa sebelum menjawab pertanyaan Zhao Huwang.
"Bisa di katakan demikian, tapi aku sudah tidak belajar di sekte itu melainkan mengajar."
"Oh..."Zhao Huwang mengangguk beberapa kali.
" Kenapa paman ada di luar sekte? Apakah anda tidak mengajar?"
"Ada beberapa misi yang aku ambil untuk mengisi kantongku kembali, karena penghasilan dari misi cukup banyak. Sebagai seorang pendekar koin emas itu perlu, bukan hanya untuk makan, tetapi untuk memenuhi kebutuhan sebagai seorang pendekar. Sumber daya dan senjata yang di butuhkan seorang pendekar tidaklah murah."
"Oh..."
"Nak apakah itu sebuah pedang?" Pemuda itu baru menyadari bahwa Zhao Huwang membawa sebilah pedang yang ia bungkus dengan kain.
"Iya paman, aku baru membelinya tadi pagi"
"Boleh aku melihatnya?" Tanya pemuda itu.
"Tentu."
Pemuda itu nampak kagum melihat sebilah pedang pendek yang kini berada di tangannya. "Pedangmu sungguh mengagumkan, dimana kau mendapatkannya? Bukankah harganya cukup menguras kantong?"
"Aku membelinya di Paviliun Seribu Senjata, iya harganya cukup mahal, aku menukarnya dengan 500 keping koin emas. Ngomong-ngomong dari tadi aku belum memperkenalkan diriku, namaku Zhao Huwang, rasanya aneh kita berbincang cukup lama tanpa tau nama masing-masing." Ucap Zhao Huwang menatap pemuda di sampingnya.
Pemuda itu tertawa kecil, setelahnya ia mengatakan, "Sepertinya bukan hanya kepalamu saja yang bermasalah, namaku Gu Changyi."
"Oh...Paman Gu mari kita segera menuju sekte, hari semakin gelap alangkah lebih baik kita secepatnya tiba di sana."
"Iya Huwang'er kau benar, bisa kau hentikan memanggilku menggunakan kata 'paman' itu terdengar aneh, aku baru beberapa bulan lalu memasuki usia 20 tahun, bukankah masih terlalu muda jika harus di panggil paman."
Zhao Huwang hampir tersedak ludahnya sendiri, dia sungguh sangat ingin tertawa hingga guling-guling di tanah. Tapi itu tidak akan bagus, terlihat sangat tidak sopan jika dia melakukan itu.
"Kenapa wajahmu memerah, apakah kau sedang menahan kentut? Keluarkan saja aku tidak masalah daripada kau menahannya seperti itu." Ucap Gu Changyi itu tanpa beban.
Zhao Huwang mengumpat dalam hatinya, orang di depannya ini sungguh spesies langka. Baru kali ini Zhao Huwang menemukan makhluk dengan tingkat menyebalkan dan percaya diri yang sangat tinggi. Dia bertanya hal bodoh seperti itu dengan entengnya dan tanpa beban.
"Kenapa kau diam saja?"
Zhao Huwang menggelengkan kepalanya, "Tidak apa-apa Changyi gege."
"Oh.. Baiklah, ayo." Gu Changyi bangkit dari duduknya di ikuti Zhao Huwang kemudian mereka bertiga pergi ke utara menuju sekte Harimau Putih.
Beberapa menit kemudian mereka tiba di depan gerbang masuk utama sekte tersebut, kemudian Gu Changyi mengajak Zhao Huwang masuk dan mereka bertiga menuju sebuah bangunan bertuliskan "Pondok Bambu" bangunan itu berfungsi sebagai tempat pengecekan dan pendataan bagi orang dari luar sekte yang akan masuk kedalam sekte tersebut. Setiap orang yang akan keluar masuk sekte juga harus mendapatkan ijin dan di data terlebih dahulu di Pondok Banbu.
"Selamat sore paman Wu." Sapa Gu Changyi kepada seorang pria paruh baya yang terlihat berusia antara 50-an tahun.
"Oh... Yiyi kau sudah kembali dari misimu, siapa anak muda yang bersamamu itu?"
"Oh anak ini namanya Zhao Huwang, dia mengatakan ada urusan sehingga datang ke sekte." Gu Changyi memperkenalkan Zhao Huwang kepada pria paruh baya tersebut.
"Nak kau bisa tunjukkan padaku identitas dan sesuatu yang bisa menunjukkan kau tidak berniat buruk pada sekte, aku akan mendatamu terlebih dahulu." Ucap pria paruh baya tersebut yang di tujukan kepada Zhao Huwang.
"Oh aku hanya anak dari seorang pedagang dari desa kecil yang telah di serang oleh wabah penyakit hingga merenggut banyak nyawa termasuk kedua orangtuaku, tidak ada yang istimewa dari latar belakangku paman. Dan mengenai sesuatu yang anda maksud aku.... "
Bagai di sambar petir, Zhao Huwang begitu terkejut hingga dia menahan nafasnya beberapa saat. Giok yang di berikan gadis Liu waktu itu hilang entah kemana.
"Kau kenapa?" Tanya Gu Changyi yang daritadi berdiri di samping Zhao Huwang dan memperhatikan bocah itu.
"Giok milikku hilang paman, bagaimana ini?" Zhao Huwang berkata pelan sambil berisik kepada Gu Changyi.
"Dasar, kenapa kau masih memanggilku paman? Aku sudah pernah bilang aku terlalu muda untuk kau panggil paman, dan lagi kau sungguh ceroboh. Bagaimana giokmu bisa sampai hilang ha? Waktu itu kalungmu terjatuh dari jubahmu dan kau tidak menyadari itu, untung aku melihatnya dan mengembalikan padamu. Dan sekarang? Giokmu juga hilang, kau ini benar-benar ceroboh." Gu Changyi sungguh pria yang cerewet, dia sibuk berceramah dan mengabaikan keberadaan orang di sekitarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Harimau Penakluk
FantasiZhao Huwang seorang bocah berusia 7 tahun yang sudah harus hidup sendiri sejak orangtuanya meninggal di saat dia baru memasuki usia ke 6 tahun. Saat itu desanya di serang oleh sebuah wabah penyakit menular dan sangat mematikan. Zhao Huwang kecil ada...