"Mark!" Panggil gue pada cowok yang sedang duduk menyesap segelas es teh manis di seberang sana. Dia sedikit melirik ke gue tapi masih dengan gelas yang menempel pada mulutnya. Kemudian dia tersenyum. Manis, iya manis, es nya.
Mark terlihat sedang membayar minumannya setelah tadi buru-buru menghabiskan dengan beberapa kali teguk, terlihat sangat kehausan. Mark kemudian berlari kearah gue dengan senyum−cengiran lebih tepatnya yang jauh lebih lebar dari daun kelor.
"Aduh Mark, jalan aja kali ngapain pake lari-larian segala. Untung lo ga sampe jatoh." Ucap gue pertama kali setelah Mark sampai di depan gue.
"Hehe maaf. Kamu udah nunggu lama disini?" Mark masih tersenyum memperlihatkan gigi-gigi putih unyunya, ya abisnya kecil-kecil sih kan unyu.
"Baru tadi gue nyampe terus manggil lo."
"Oh syukur deh, yaudah yuk langsung aja kita perginya sekarang daripada ntar ke sorean" Gue Cuma mengangguki apa kata Mark kemudian mengekor dibelakangnya, tiba-tiba Mark berhenti membuat jidat gue kepentok bahunya.
"Aduh apaan sih Mark kok berhenti mendadak." Gue sedikit mengomel dengan wajah jengkel sambil ngusap kening gue sendiri.
"Ya kamu yang apa-apaan, dibilangin kalo jalan nggak usah di belakang masih aja di belakang, sini sampingan. Pegang tangan aku kalo bisa." Dih! Ngegas si Mark. Tanpa banyak bacot dan perlawanan lagi gue langsung aja sejajarin jalan gue sama jalannya Mark bahkan gue sedikit lebih didepannya dia.
"Kamu ngambek?" Tanya Mark.
"GA!"
"Kok ngegas, hahahaha" Mark ketawa. Receh.
Gue memilih diam meneruskan jalan gue tanpa memperdulikan si bule Kanada ini, kalo kelamaan dipeduliin bisa bahaya buat gue, apalagi buat kesehatan jantung dan hati gue. Asal kalian tahu, gue sama Mark itu dapat julukan couple beda dimensi dari anak-anak se fakultas.
Alasannya? So simple, kalian tahu apa? Karena yang pertama, kulit Mark yang putih terang sedangkan kulit gue yang sawo matang atau setengah kuning langsat gue nggak peduli banget gimana nyebutnya pokoknya itu, yang kedua karena Mark itu bule dan gue produk lokal asli dan yang ketiga yang paling parah, mereka bilang kelakuan Mark yang alim, baik, pintar, kesayangan dosen, ramah dan ditambah lagi dia digelari anak paling pintar sefakultas membuat perbandigan kita semakin terasa jauh karena gue itu anaknya belangsak kalau kata mereka, tapi bukan yang kaya kenal dunia malam itu, nope! Mana berani gue. Belangsak yang dimaksud disini itu adalah, Rara si cewek imut nan manis tapi kelakuan jahanam, Rara si cewek cover kalem padaha sifat sebelas duabelas sama iblis, Rara yang senyumannya semanis madu import kelas atas tapi aslinya dia titisan Hitler dan Rara yang lain sebagainya. Baik-baiknya itu tambahan dari gue, jelek-jeleknya mereka, haha tapi Mark juga mengakui kok, sans.
Dan Mark yang denger itu cuma bisa ber-oh-ria dengan sesekali ngomong murahan, like "Ya, mau gimanapun Rara kalo dia nyamannya begitu aku tetep suka." Tapi karena yang ngomong itu Mark, anak-anak fakultas yang dengernya jadi berreaksi berlebihan kaya degem-degem labil dikolom komentar instagramnya Bang Ceye, kakak sepupu gue yang kolom komentarnya ga jauh-jauh dari komenan "Aaaa sisain satu dong yang kaya gini!!" "Ihhh gemesh bangettttt!!!!" dan masih banyak lagi. Ewh.
Gue sama Mark udah nyampe ke tempat tujuan kita, toko Valine, toko kue terbesar di kota ini, toko itu milik Mamanya Mark. Dan setelah kita masuk ke dalam toko, Tante Vallerie langsung meluk gue baru setelah itu Mark.
"Mommy lupa siapa anak Mommy?" Rengek Mark setelah pelukan dengan Tante Val.
"Oh My God! Mark! Sampai kapan kamu mau manja seperti ini?" Mark tidak menjawab dia lalu menggedikkan bahu dan melengos pergi menuju dapur untuk mencium aroma harum adonan kue, itu kesukaan Mark.
"Hey sweetie kamu makin cantik aja." Puji Tante Val yang membuat gue tersipu malu.
"Makasih Tante."
"Tante lagi? Padahal seminggu lalu udah disuruh manggil Mommy kan biar samaan kayak Mark." Gue cuma manggut-manggut aja.
"Rara lupa Mom."
"Okay gapapa, sekarang mending kamu bantuin Mommy nyiapin meja dan kursi buat tamu di halaman belakang."
Tanpa basa-basi, gue langsung menuju ke halaman belakang dengan Mommy tentunya dan Mark? Jangan tanya dia ada dimana karena dia masih di dapur ngelihatin mbak-mbak bikin adonan sambil nyium harum adonan kue dan sekaligus jadi bahan modus mbak-mbak kurang kasih sayang.
"Hey Ra, long time no see." Gue membeku ditempat, bukan karena ketemu hantu, bukan! Tapi lebih parah daripada hantu. Biasanya anak-anak pengabdi relationship goals pasti mereka bakal nganggepnya gue ketemu sama mantan. Dan kalau kalian juga mengira itu mantan, sayang sekali kalian bener banget itu memang mantan.
Kak Jeffrey, dia kakak sepupunya Mark sekaligus mantan pacar gue dimasa putih abu-abu. Dia lebih tua setahun dari Mark dan lebih tua dua tahun dari gue. Selama ini dia tinggal di Amerika dan kayanya dia baru balik ga lama ini.
Ini gila, gilanya karena sekarang dia muncul didepan gue sambil membawa sebuket bunga yang dia sodorin ke gue, dengan senyum maut dan wajah yang semakin ganteng parah ditambah setelan selayaknya cowok-cowok tumblr, Kak Jeffrey sukses bikin gue seketika lupa siapa itu Mark.
"Oh Hey dude, long time no see." Kalau kalian pikir ini gue yang jawab, kalian salah besar karena itu Mark, dengan tangan yang merangkul pundak gue lalu menyeretnya agar semakin mendekat, setangah memeluk.
Gue melihat Kak Jeff, nama sapaan akrab dia, menarik kembali tangannya dan meletakkan bunga yang dibawanya diatas meja yang udah gue tata rapi bareng Mommy.
"Mark!" Mereka melakukan bro-fist dan menanyakan kabar satu sama lain. Dan bodohnya gue karena gue cuma diem tanpa melakukan apapun. Cukup Ra! Lo udah ga dibutuhin lagi disini. Itu kata hati gue.
"Mark, aku kedepan dulu ya." Mark mengangguk lalu mengacak rambut gue kemudian gue pergi meninggalkan mereka berdua, ekhem, sang pacar dan sang mantan disana.
'''
"Jadi rencana lo sekarang gimana?" Mark membuka suara, setelah kepergian Rara suasana jadi sedikit lebih canggung.
"Kayanya gue bakal menetap di Indo buat beberapa waktu setelah itu gue bakal balik lagi ke Amerika." Jawab Jeffrey dengan pandangan mata menerawang kehalaman depan, mencari sosok gadis yang dirindukannya yang juga bukan lagi miliknya.
"Jangan nyariin cewek gue Jeff!" Sentak Mark ketika dia menyadari gelagat dan arah pandang Jeffrey yang ternyata tertuju kepada gadisnya.
"Sorry, tapi gue gabisa ngontrol diri gue sendiri."
"Apapun itu gue gapeduli, karena sekarang Rara cewek gue bukan lagi cewek lo! She's mine!" Mark berkata tegaskemudian pergi meninggalkan Jeffrey dengan rasa bersalahnya karena dulu sempatmelepas gadis yang amat dicintainya sampai saat ini.
-end.
KAMU SEDANG MEMBACA
NCT - RANDOM SHORT STORY
Fiksi PenggemarBayangin ketika 21 member NCT dengan berbagai kajaiban kelakuan dan isi otaknya masuk ke kehidupanmu. Kira-kira peran mereka jadi apa dalam hidupmu?