Chapter 02 : Masalah Dibalik Masalah (3)

11 4 0
                                    

Aku tidak menyangka bahwa hans akan menjemputku juga nanti, aku sangat senang aku tersenyum lebar kepadanya karena sangat senang.

"Kamu tunggu disini." Kataku meninggalkannya didepan kelas.

Aku ke dalam kelas untuk menuliskan alamat rumahku lengkap, jam berapa dia harus menjemputku dan nomor telfonku karena siapa tau dia akan menelfonku ketika dia telah sampai nanti.

"Ini alamat rumahku, aku tau kamu tidak akan memberikan nomor telfonmu ataupun sosial mediamu, jadi aku pikir inilah salah satu cara untuk berkomunikasi denganmu."

Dia mengambil kertas itu dari tanganku.

"Sampai ketemu nanti hans." Gadis itu melambai kepadaku dan meninggalkanku.

Hans pun membalikan badannya dan aku kembali masuk kedalam kelasku. Aku sangat senang hans menghampiriku sehingga itu bisa menjadi sedikit bukti untuk mengatakan bahwa aku dan hans berpacaran, meskipun hanya pura-pura dan itu hanya kita berdua yang tau.

Dan saat sampai dikelas aku lupa kalau tadi aku ingin ke kantin untuk membeli minuman karena hari ini aku lupa untuk membawa minum, aku ingin mengajak teman-temanku, tapi hanya ada hanna disana dan dia nampak kelihatan agak cemburu karena hans menghampiriku dia hanya memalingkan pandangannya ke layar handphonenya dan tidak menatap ke arahku. Akhirnya aku putuskan untuk pergi sendiri ke kantin.

Di saat perjalanan menuju ke kantin, aku mendengar suara gaduh dari arah tangga yang akan aku lewati untuk menuju kantin.

Betapa terkejutnya aku melihat hans dan verry dan teman-temannya verry sedang berada disana dan aku melihat hans terjatuh ditangga dengan bibirnya yang berdara.

Saat itu juga aku melihat hans bangkit dan ingin memukul verry, aku bergegas menghampiri hiro dan meraih tangannya yang sudah mengambil ancang-ancang untuk memukul verry.

"Hans hentikan!" aku memegang tangannya.

Dia melihat kearahku dan aku melihat wajahnya yang sangat kesal dengan bibirnya yang berdarah, aku sangat kesal pada verry.

"HENTIKAN!"

Aku berdiri didepan hans dan tangan kananku meraih tubuhnya dibelakangku untuk menahannya agar tidak bertindak lebih lagi.

Verry pergi dan temannya mengikuti.

"Hans kamu tidak apa-apa?" Ucapku cemas.

Tapi hans memalingkan wajahnya kearah dinding seolah dia tidak ingin melihatku atau tidak ingin memperlihatkan wajahnya, tapi satu yang aku tau, wajah hans terlihat sangat kesal sekali.

"Hans..." suaraku cemas bergetar dan aku menepuk pelan pundaknya.

Karena dia tidak juga melihat kearahku, aku akhirnya memegang wajahnya dan membalikan pandangannya ke arahku. Wajah kita saling bertatapan dan aku melihat kemarahan terlihat jelas diwajahnya dan bibirnya yang robek karena pukulan verry.

Ya tuhan, aku menyebabkan orang lain dalam masalahku sendiri dan sekarang dia terlibat dengan masalah lain yang lebih menyusahkannya.

Aku ingat aku selalu membawa tissue disaku rok ku, aku mengambil tissue itu dan langsung membersihkan luka dibibirnya hans.

Sungguh aku tidak ingin hal ini terjadi pada hans, aku sangat benci kepada diriku. Mengapa aku menyulitkan orang yang bahkan tidak terlalu kenal dan dia pasti akan merasa sangat marah padaku.

"Hentikan." Tangan hans menepis tanganku yang sedang mengelap darah dibibirnya.

"Tapi hans..."

"Sudahlah... ini tidak terlalu sakit."

"Maaf..." suaraku gemetar dan aku memudian menagis didepan hans.

Hans melihat kearahku seakan dia kebingungan, aku tidak tau harus berbuat apa. Aku hanya bisa menangis dan mengepalkanku.

"Kenapa kamu menangis? Itu tidak ada gunanya."

"Orang yang tadi memukulmu itu dia verry, anak teknik kendaraan ringan dan dia seorang senior kelas 11. Dia sedang mendekatiku beberapa waktu ini, tapi aku sudah katakan padanya kalau aku tidak menyukainya dan aku juga mengatakan kalau kamu itu pacarku. Dia sempat tidak percaya pada awalnya, tapi entah bagaimana dia bisa mengetahui kalau aku sedang berhubungan denganmu. Dia cemburu dan akhirnya memukulmu, aku sangat menyesal membuatku ikut kedalam masalahku dan sekarang justru kamu yang kesusahan." Jelasku sambil menangis dengan suara yang gemetar.

"Aku sangat minta maaf padamu hans." Ucapku lagi sambil mengelap air mata di pipiku.

"Kalau ada yang mendekatimu, kenapa kamu memintaku untuk jadi pacar palsumu?" dengan suara rendah dan hans melihat kearahku.

"Karena aku pikir aku dengannya tidak ada hubungan apa-apa dan tidak seharusnya dia berlebihan seperti ini sampai memukulmu, dan kan sudah aku katakan kalau aku tidak menyukainya" jawabku dengan diri yang lebih tenang sekarang.

Hans berdiri dan merapihkan pakaiannya, sedangkan aku hanya masih saja duduk dan menatap kearahnya.

"Sudahlah, lupakan saja. Aku tidak terlalu perduli dengan itu." Hans beranjak meninggalkanku dan ingin kembali menuju kelasnya.

Sedangkan aku hanya bisa bangkit dari duduk-ku dan melihat hans pergi meninggalkanku.

Setelah itu aku hanya memikirkan satu hal saja 'apakah hans akan tetap membantuku atau tidak setelah dia mendapatkan masalah dengan verry?'

Aku yang tadinya ingin pergi ke kantin akhirnya merubah tujuanku, aku ingin menemui verry.

Aku menghampiri kelasnya dan ketika melihat dia sedang berada didalam kelas aku pun langsung menghampirinya tanpa basa-basi.

"Apa maksudmu melakukan itu?" aku meneriakinya dan memukul meja karena kesal.

Verry menatap kearahku.

"Kapan kamu akan berhenti mengganggu hidupku?" kali ini aku bicara dengan nada yang sedikit pelan dan memperlihatkan wajah kesalku.

Verry nampak terlihat sedikit kesal juga kepadaku dan justru dia menanyaiku balik.

"Seharusnya aku yang bertanya apa maksudmu dengan lelaki brengsek itu?" verry meneriakiku balik.

"Ver, aku udah peringatin kamu ya kalau aku tuh gak suka sama kamu! Apalagi melihat kelakuanmu seperti itu kepada hans justru tambah membuatku membencimu! Bisa tidak kamu jangan mengganggu hidupku lagi? Dan jangan kamu bilang hans lelaki yang brengsek, karena itu lebih cocok untuk kamu!" jawabku kesal dengannya.

Untungnya pada saat itu kelas verry sedang dalam keadaan kosong, hanya ada teman-temannya verry disana.

Verry sangat nampak kesal kepadaku, lalu sebuah tamparan mengenai pipiku dan membuat bekas merah dipipiku. Aku menatap ke verry sambil memegang pipiku, teman-temannya verry juga nampak tidak percaya verry melakukan itu padaku. Dan aku semakin membencinya.

(Cerita bersambung di Bab berikutnya)

There Is No Reason At AllTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang