Orochimaru memelankan langkah saat menyadari pintu kamarnya terbuka. Bayangan kursi goyang yang berayun saat ia mengintip dari balik pintu tak pelak membuat ia mundur.
Seseorang duduk di singgasananya dan menghadap ke arah jendela kamar yang selalu terbuka. Memandangi langit senja yang mulai kembali menurunkan tetesan hujan.
"Kau sudah datang rupanya..."
Langkah Orochimaru terhenti. Kepala bersurai hitam keunguan bergerak pelan. Menoleh sehingga menunjukkan sebagian wajahnya.
"...Orochimaru."
Mata itu. Seringai muncul di bibir Orochimaru. "Hyuuga, ya." Tidak ada yang bisa melupakan mata khas dari salah satu kalangan bangsawan yang sangat tersohor di seantero negeri. "Keturunan terakhir yang masih hidup, Hyuuga Hinata."
Hinata mengangkat tubuhnya. Mendekati jendela, memandangi langit yang semakin gelap. Angin berhembus kencang, beberapa kali membuat jendela terantuk ke dinding dan Hinata mengira, sepertinya badai akan datang.
"Jika kau lupa, aku sudah mengganti margaku." Hinata tahu tempat macam apa yang menjadi tempat berpijaknya sekarang. Orochimaru ibarat ular yang bersembunyi dibalik semak-semak dan berkamuflase agar semua kejahatannya tak diketahui oleh dunia. "Aku tak ingin berbasa-basi," pandangan mereka beradu ketika ia membalikkan tubuh. "Apa hubunganmu dengan Kaguya Otsutsuki?"
Orochimaru terkekeh. Penampilan bak seorang putri dari negeri dongeng tak selaras dengan aura Hinata yang terasa begitu dingin. Gelap. Namun dalam kedua matanya membara sebuah api dendam yang sepertinya sulit untuk padam.
"Kenapa aku harus memberitahumu?"
Menantang Hinata adalah suatu kesalahan besar. Tapi bagi orang seperti Orochimaru, kematian tidak akan membuatnya takut.
Hinata membalikkan tubuh dengan eskpresi datar. Namun jelas, ia tidak ingin bermain-main. "Apa yang kau cari...ada di tanganku."
Seringai Orochimaru makin lebar. Tak menyangka perempuan muda itu akan bergerak begitu cepat melebihi perkiraannya. "Jadi, pelakunya adalah kau?"
"Wanita itu juga sudah mati."
Akhirnya seringai Orochimaru menghilang. Sayang sekali, padahal ia ingin melihat Mei Terumi kesakitan dan memohon di bawah kakinya.
"Sayang sekali kalau begitu," Orochimaru mengangkat kedua tangannya ke udara. "Sepertinya kau sudah tahu banyak tentang diriku."
"Berhentilah berbasa-basi."
Orochimaru terkekeh. Anak muda memang cenderung tidak sabaran. Tapi jika perempuan itu mengetahuinya sekarang, Orochimaru penasaran apa yang akan terjadi selanjutnya?
"Apa imbalan untukku?"
Hinata mengerjap pelan. Menjentikkan jarinya sehingga kedua orang muncul dari balik pintu. "Ada di belakangmu, Orochimaru."
Orochimaru dengan cepat berbalik. Sempat tercekat menemukan sosok wanita berambut kuning yang tampak pasrah dalam genggaman seorang pria tinggi berambut perak. "Tsunade..." Kepalanya kembali diputar untuk menatap Hinata. "Bagaimana bisa kau—"
"Kau tidak lupa bahwa aku adalah seorang Hyuuga, tapi kau lupa bagaimana mata seorang Hyuuga lebih tajam dari siapapun." Hinata tersenyum puas. "Ceritakan padaku semua yang kau ketahui, sebagai gantinya kau akan mendapatkan wanita itu."
Orochimaru tersenyum kecut. "Pastikan kau tak akan menyesal setelah mendengarnya nanti."
.
.
.
"Tuan, Nyonya Besar ada di sini."
Jika ada yang bertanya siapa sosok di balik kesuksesan nama besar Otsutsuki, maka Kaguya adalah nama yang ada dijajaran paling depan. Wanita yang hampir mencapai kepala enam itu seolah tak pernah kehilangan pesonanya. Berpuluh tahun hidup dan membesarkan anak seorang diri menjadikan ia wanita yang kuat dan mandiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHAINS [HIATUS]
FanfictionBelenggu ini membuatku sakit, tapi entah mengapa aku tak ingin melepaskannya... Naruto © Masashi Kishimoto Pict © Owner