Sebuah Awal

648 75 2
                                    

Matahari terbenam dari ufuk timur ke barat. Perlahan, warna jingga berubah menggelap, menelan warna warni dunia menjadi kegelapan. Dan malam semakin larut.

Di sebuah gang sempit yang berlokasi tidak jauh dari keramaian kota, ada tempat bar dan club malam yang beroperasi secara ilegal.

Lokasi itu ada di belakang tanah kosong tak berpenghuni, sangat jauh dari suara hiruk pikuk kota. Dengan banyak ilalang liar tumbuh menjulang tinggi setinggi satu hingga dua meter menutupi jalan menuju gang tersebut.

Tiap pukul enam sore menjelang malam, lokasi yang tersembunyi dari keramaian kota itu akan menjadi tempat illegal bagi banyak kejahatan dan tindak kriminal terjadi.

Lokasi itu dekat dengan timbunan rongsokan dan sampah yang tidak berguna. Terdapat bengkel tua tak layak pakai memiliki halaman luas yang di gunakan untuk membuang mobil-mobil bekas kecelakaan dan mobil rongsokan lainnya. Di mana nantinya mobil-mobil rongsokan tersebut akan di lebur menjadi besi rongsokan daur ulang.

Tepat di belakang bengkel kumuh itu, gang tempat para pekerja malam beroperasi.

Banyak bar-bar mewah di dirikan, para wanita penghibur malam berserakan di jalan-jalan gang tersebut mencari mangsa. Rumah-rumah bordil juga tidak luput di dirikan.

Jika kau datang di siang hari, kau tidak akan tahu bahwa bangunan yang berada di kawasan itu sebenarnya adalah tempat hiburan. Karena pemukiman di sana tampak seperti pemukiman penduduk biasa. Tetapi sebenarnya tidak.

Seorang gadis muda bersurai merah dengan langkah ragu berjalan memasuki kawasan bar dan club malam di gang sempit itu. Orang menyebutnya sebagai desa seni. Jantungnya berdetak kencang seirama dengan langkah kakinya. Pakaian yang dia kenakan sangat minim dan tidak pas dengan usianya yang sebenarnya masih sangat belia.

Saat dia mulai memasuki gang dengan papan bertuliskan 'Club Begonia', entah mengapa hatinya mendadak tidak tenang.

Banyak pasang mata terutama para laki-laki tua dan muda hidung belang mulai memperhatikannya layaknya mangsa binatang buas saat dia masuk ke dalam pemukiman yang di terangi dengan lampu berwarna warni dan remang-remang. Berkerlap-kerlip layaknya lampu diskotik.

Ketika gadis itu melihat ada beberapa sekumpulan wanita dengan pakaian yang minim tengah bersenda gurau, dia memberanikan diri untuk mendekat. Tawa para wanita itu terhenti saat gadis itu datang mendekat, mereka memperhatikan gadis itu dari atas ke bawah dengan sorot mata menilai.

"Err... Maaf, apa kau mengenal wanita bernama Saara? Aku sedang mencarinya." tanya gadis muda itu gugup.

"Saara? Kau mencari Saara?" salah satu wanita itu memekik menimpali. Gadis itu menoleh ke arah sumber suara sedikit merasakan teror karena ketakutan, lantas mengangguk.

"Ya. Apa kau mengenalnya?"

"Oh... Kau adalah putrinya, kan?" ekspresi gadis itu terlihat tampak terkejut saat salah satu wanita yang lainnya mengenalnya. Gadis itu tidak menyahut, tapi juga tidak menampiknya.

"Mari ikuti aku." wanita yang lain berjalan meninggalkan kelompoknya. Tidak peduli apakah gadis itu mengikutinya atau tidak, dia tetap berjalan tanpa menoleh.

Gadis itu tampak ragu, beberapa wanita yang masih berada di sana hanya menatapnya seolah mengatakan, 'Cepatlah pergi! Ikuti dia'.

Yang lain, 'kau akan bertemu Saara jika kau mengikutinya'.

Wanita yang meninggalkan kelompoknya itu tetap berjalan tanpa menoleh untuk melihat gadis muda itu. Dia benar-benar tidak peduli apakah gadis yang mencari Saara tersebut mau mengikutinya.

My Boyfriend Is A Criminal [H I A T U S] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang