02

790 66 5
                                    

"Hei, darimana aja kalian?" Tanya Akmal saat Aruna dan Yura baru datang ke kantin.

"Dari taman belakang," jawab Yura.

"Ngapain?" Tanya Akmal.

"Tau tuh, si Aruna lagi disana sama kak Ja-," ucapan Yura terpotong.

"Yaudahlah ayo pesen makan," Aruna memotong ucapan Yura dengan mengalihkan pembicaraan.

"Wulan, kok Lo senyum-senyum sendiri, kesambet yak Lo?" Tanya Aruna yang duduk di samping Wulan.

"Enak aja, aku ini lagi seneng banget," ucap Wulam sambil memeluk Aruna.

Aruna dan Yura saling memberi kode lewat alisnya seolah bingung apa yang terjadi dengan Wulan.

Keheningan terjadi karena menatap tingkah aneh Wulan.

"Gue itu lagi seneng," ucap Wulan untuk memecahkan keheningan.

"Seneng karena?" Tanya Miya, Yuna, Raja, dan Akmal berbarengan.

"Aku tadi ngasih minuman ke kak Surya, terus minuman aku diterima," Wulan memberi jawaban dengan wajah sumringah. Raja hanya menatap dengan wajah kesal.

"Tapi Lo harus ati-ati!" Yura memberi peringatan pada Wulan.

"Ati-ati karena apa?"

"Karena saingan Lo kak Reva."

"Cuma kak Reva kan?" Tanya Wulan.

"Kak Reva, Lo bilang cuma?" Yura menatap tak percaya.

"Kak Reva kan bukan siapa-siapanya kak Surya, cuman dia aja yang ngaku-ngaku pacarnya kak Surya. Jadi siapapun bebas dong deket sama kak Surya, terutama aku," ucap Wulan.

"Iya juga sih. Tapi-," Ucapan Yura terpotong.

"Udah deh, gue yakin pasti bisa ngedapetin  hatinya kak Surya," tegas Wulan.

***

"Eh, PR matematika Lo berdua yang dari Pak Doni udah belum?" Tanya Ferdi pada Chiko dan Jefri.

"Mampus, gua belum," jawab Chiko. Kemudian mereka menatap ke Jefri.

"Lo berdua aja belum, apalagi gua," timpal Jefri. Apa sih yang bisa dilakukan Jefri?

Kemudian mereka bertiga mencari contekan. Dan tibalah ke tempat yang dituju mereka, dibangku Aruna.

"Eh Aruna, bagi PR matematika Lo dong?" Tanya Ferdi dengan nada sedikit  memaksa.

"Enak aja Lo, ngerjain sendiri lah," Aruna menolak mentah-mentah permintaan Ferdi. Aruna emang baik, kecuali sama Ferdi and the geng, karena Ferdi sering banget bikin Aruna kesal.

"Pelit lu," Ferdi.

"Bodo amat," ucap Aruna.

"Eh," Chiko menghentikan langkahnya.

"Apa?" Ferdi bertanya.

"Tuh," ucap Chiko sambil menunjuk Taufik, cowok berkacamata yang duduk di belakang bangku Aruna dengan alisnya.

"Taufik, kamu kan pintar dan baik, kamu mau kasih kita contekan PR matematika gak?" Ucap Ferdi manja agar diberi contekan.

"Eeh," Taufik gugup ketakutan.

"Udah sini buku Lo!" Perintah Jefri.

Akhirnya Taufik mengeluarkan buku dari tasnya dan diberikan kepada Jefri dkk. Kemudian mereka bertiga menyalin PR Taufik dengan cepat dan tulisan acak-acakan karena sebentar lagi masuk.

Teeeettt

Bel masuk sudah berbunyi sisi ruang kelas merapikan diri dan bersiap menghadapi Pak Doni.

"Eghm," pak Doni berdeham dengan suara beratnya yang besar dan menyeramkan.

Aruna Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang