Banyak orang yang bilang seperti ini tentang Fahda, "Fahda si gadis cantik dengan gingsul di gigi kanan atasnya. Dia gadis periang, pintar, baik kepada orang-orang di sekitarnya. Oh jangan lupakan ini, dia memang pintar, tapi kemalasan lah yang mendominasi dirinya." Kurang lebih seperti itulah perkataan orang-orang.
Gadis bergingsul itu bernama Fahda Shihab. Lahir di kota Samarinda. Fahda mempunyai kedua orang tua yang sangat menyayanginya. Farhan Hambali adalah ayah yang bekerja sebagai seorang dosen di salah satu universitas yang ada di Samarinda dan Fahima Shihab adalah seoarang ibu rumah tangga yang begitu menyayangi keluargannya. Dulu Fahima bekerja sebagai guru SD, namun memilih berhenti bekerja dikarenakan sakit kepala yang sering melanda.
Fahda juga memiliki seorang sahabat yang begitu mengerti dirinya. Dia adalah Eliana Zefara. Gadis manis yang selalu menyapa orang yang ia kenal dengan senyumnya. Sikap dan sifat mereka berdua itu kurang lebih. Bedanya Eli itu anak yang pintar karena belajar, kalau Fahda sudah pintar tanpa harus belajar sekalipun. Tidak, itu terlalu berlebihan. Sejak kecil Fahda dan Eliana sudah dibiasakan memakai hijab meski sampai sekarang masih sebatas menutup dada. Juga, mereka sudah dibiasakan menghafal Al-Qur'an.
Oh iya, Fahda memiliki seorang adik yang bernama Fathir Hambali. Fathir adalah pangeran yang begitu menggemaskan. Padahal dia bukan lagi seoarang anak bayi ataupun balita. Bahkan setelah libur kelulusan ini dia akan berpindah status sebagai siswa Sekolah Menengah Pertama. Sebentar lagi pangeran tampan itu menginjak usia 12 tahun. Memasuki masa remaja yang menyenangkan.
***
"Assalamu'alaikum Bu," ucap Fahda sambil masuk ke dalam rumah.
"Waalikumsalam kak," ucapnya lembut.
"Gimana ujian terakhirnya kak?" tanya Fahima penasaran.
"Alhamdulillah lancar Bu," jawab Fahda bahagia.
Fahda segera menuju kamarnya. Tapi sebelum Fahda memegang kenop pintu, Fahima terlebih dahulu memanggilnya.
"Kakak."
"Iya Bu?"
"Ayah dari tadi sudah menunggu Kakak di ruang keluarga." Fahda sedikit heran, tumben sekali ayahnya menunggu kedatangannya.
"Iya Bu." Fahda pun bergegas ke ruang keluarga.
"Ada apa Yah?" tanya Fahda setelah duduk di sisi Farhan. Fahda merasa aneh dengan tatapan ayahnya. Seperti ada hal penting yang ingin disampaikan ayahnya. Ekspresinya sangat serius.
"Kakak, Ayah mau Kakak meneruskan pendidikan SMA di pondok!" ucap Farhan tegas dengan sorot mata teduhnya.
"Ih Ayah, Kakak enggak mau!" protes Fahda pada ayahnya.
"Kok enggak mau?" tanya Farhan seraya mengelus puncak kepala putrinya.
"Ishh nanti Kakak pakai jilbab besar dong, kan kayak Emak-emak!" seru Fahda sembari mengusap wajahnya kasar.
"Siapa bilang kayak Emak-emak? Justru Kakak makin cantik seperti Bidadari surga." Jawaban Fahima membuat hati Fahda sedikit menghangat
"Alasan Ayah masukin Kakak ke pondok itu apa?" cicit Fahda dengan netra yang terus bergerak melihat sekeliling ruang keluarga rumahnya.
"Ayah mau Kakak lebih dekat dengan-Nya. Supaya Kakak juga enggak malas belajar dan menjadi pribadi yang lebih baik. Ayah pengen Kakak memuroja'ah hafalan yang Kakak miliki serta menambah hafalan yang bisa membawa Ayah dan Ibu ke jannah-Nya." Jawaban Farhan membuat hati Fahda terenyuh.
Fahda merasa dia masih sangat jauh dari Allah. Walaupun ia tak pernah sekali pun meninggalkan kewajiban yaitu sholat, tetapi ia jarang memuroja'ah hafalan yang terhitung sebanyak 5 juz.
Fahda nampak berfikir. Jika menolak permintaan ayahnya maka ia akan lebih susah mendekatkan diri pada Yang Kuasa. Tapi jika menerimanya dia takut tidak bisa istiqomah dengan keputusannya.
Fahda terdiam cukup lama dan kedua orang tuanya menunggu dengan sabar jawaban apa yang akan keluar dari mulut putrinya. "Kakak mau masuk pondok kalau Eli juga masuk pondok," cicit Fahda sembari menunduk.
"Coba Kakak tanya aja langsung sama Eli." Farhan memberi saran supaya Fahda bisa mengambil keputusan dengan bijak.
"Ya sudah sayang istirahat aja dulu, pasti capek habis ujian," ucap Fahima setelah selesai membahas soal pondok.
Fahda langsung memasuki kamarnya yang berada di sebelah bilik ruang keluarga.
***
salam manis dari author, dadaa sampai jumpa nanti
Yogyakarta, 19 Mei 2023Nur Aliyah Putri
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Shihab
JugendliteraturFahda Shihab, gadis bergingsul yang nampak bimbang dengan permintaan ayahnya. Lima puluh persen diisi pikiran positif dan lima puluh persen nya lagi dengan pikiran negatif. Entah keputusan apa yang akan dipilih untuk menentukan masa depannya. Merag...