7. Berbeda

108 24 4
                                    

Fahda terbangun pukul tiga pagi. Matanya mengerjap menyesuaikan pencahayaan lampu tidur. 

"Tumben banget kebangun jam segini." Fahda merasa heran dengan dirinya. Biasanya ia akan bangun ketika adzan subuh. 

Fahda merubah posisi tidurnya terlentang menghadap langit-langit kamar. Pikiranya berkecamuk, memilih melanjutkan tidurnya atau bangun untuk sholat tahajud. 

"Tahajud aja deh," putus Fahda setelah bergelut dengan pikiranya.

Fahda mulai bangun dari kasurnya. Kakinya melangkah ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu. 

Selesai wudhu Fahda bersiap mengenakan mukena kemudian menggelar sajadah. Fahda sholat dengan khusyu di bawah remang-remangnya pencahayaan lampu tidur. 

Selepas sholat, Fahda beristighfar sebanyak-banyaknya. Dirasa belum cukup, Fahda melanjutkan zikir-zikir yang lain. Mulai dari tasbih, tahmid hingga takbir. Terakhir bibirnya bergumam untuk melangitkan doa-doanya kepada Allah.

Fahda membereskan peralatan sholatnya lalu kembali berbaring ke kasur empuknya. 

"Abis tahajud malah ngantuk lagi. Ya udah, baca Al-quranya habis subuh aja kayak biasanya." Setelahnya Fahda kembali terlarut dalam mimpinya yang sempat terjeda.

Shalat malam merupakan ibadah sunnah yang banyak dilewatkan orang-orang. Mereka lebih memilih bergelung dengan selimut tebalnya. Memenuhi hasrat kantuknya. Padahal jika memberi waktu sejenak untuk diri sendiri merasakan nikmatnya bermaja dengan Tuhan di malam dingin ini, pasti mereka akan merasa ketagihan. 

Allahu Akbar Allahu Akbar!

Fahima terbangun ketika mendengar adzan subuh. Tanganya bergerak membangunkan sang suami untuk segera berwudhu lalu ke masjid bersama putranya.

"Yah, bangun udah adzan," kata Fahima.

Setelah itu Fahima bergegas membangunkan putranya meski biasanya Fathir sudah bangun sebelum adzan.

Tok tok tok

Fathir membuka pintu dengan senyum tipis di bibirnya. Fathir sudah tau jika Fahima akan selalu membangunkan dirinya ketika sudah masuk waktu subuh.

"Pintarnya Putra, Ibu," kata Fahima sembari mengelus kepala Fathir.

Fathir menyunggingkan senyum lebih lebar dari sebelumnya. "Makasih, Ibu cantik," uacapnya.

Fahima tidak mendengar ucapan Fathir karena ia lebih dulu meninggalkanya.

Sebelum Fahima mengetuk pintu kamar Fahda, Fahda lebih dulu membuka pintu kamarnya. Hal itu sontak membuat Fahima terkejut. Pasalnya Fahda selalu bangun setelah dibangunkan Fahima. Tidak seperti subuh ini, Fahda sudah nampak segar sebelum Fahima membangunkanya.

"Udah bangun dari tadi, Bu. Udah wudhu juga," ucap Fahda seakan menjawab pertanyaan Fahima yang biasa dilontarkan ketika dibangunkan untuk sholat subuh. 

Fahima menetralkan raut wajahnya. "Tadi habis sholat tahajud?" tanyanya.

"Iya, Bu," jawab Fahda.

"Masya Allah, anak Ibu, istiqomah ya, Sayang," pinta Fahima dengan mata berkaca-kaca.

"Loh! Ibu kenapa?" Fahda panik melihat mata Fahima yang sudah berkaca-kaca.

"Enggak apa-apa, Ibu cuman bahagia, Kakak udah mau bangun sholat tahajud dan sudah bangun sebelum Ibu bangunkan." Fahima menyeka air dari sudut matanya. 

Fahda tertegun. Merasa bersalah dengan kedua orang tuanya. Ternyata dirinya memang sangat pemalas.

"Aamiin, Bu, doakan Kakak, ya," pinta Fahda.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 01, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Takdir ShihabTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang