2-Romansa Hanin-Langit

5 3 0
                                    

Kelabu.

biarkan dia pergi, kamu hanya perlu mengikhlaskan dan menunggu, hingga batas waktu yang tidak ditentukan.

....

Hanin.

Aku tersenyum seraya melambaikan tangan kearah lelaki itu. Lelaki yang sangat aku cintai. Langit.

Hari ini, Langit mengajakku ke sebuah cafe, untuk membincangkan sesuatu yang serius, katanya. Aku tidak tahu, apa yang paling serius itu, kecuali kata 'Hanin, i love u.' Haha.

"Hei, udah lama? Maaf ya tadi macet," ucapku, seraya mencium kedua pipi Langit.

"Enggak kok, cuma tiga puluh menit,"

"Itu lama dong, sayang."

"Coba ulangi kata tadi."

"Itu lama dong,"

"Bukan yang itu."

"Emmm?"

"Ish kamu mah gitu," ucap langit, mengerucutkan bibirnya, lucu sekali.

"Sayang." ucapku, mengacak rambut ikal Langit.

"Hanin,"

"Iya?" Langit menatapku lama, terpancar kecintaan yang begitu besar dimatanya, lama-lama aku salah tingkah juga nih....

"Udah puas natap akunya? Hehehe, aku salting lho kalau kamu pengen tau," ucapku terkekeh.

"Emmmm" Langit membenarkan posisi duduknya, meletakan kepalanya diatas tumpuan meja seraya menatapku. "Langit nggak akan pernah puas natap wajahnya Hanin, soalnya candu terus." sambungnya.

"Akang gendang, kalau saya bilang, tenggelamkan wajah saya, tenggelamkan ya!"

"Hahahahaha, lucu banget si kamu, gemes." ucap Langit seraya mencubit pipiku.

"Aduh, aduh, sakit tau!" ucapku, mengerucutkan bibir.

"Maaf deh, hehe, lucu si kamunya, kan aku jadi pengen nikahin."

"HAH!" aku kaget dengan perkataan Langit, apa dia serius? Atau hanya bercanda? "Kamu serius?" ucapku mengguncangkan bahu Langit.

"Apa?" tanyanya dengan wajah tanpa dosa.

"Pengen nikahin aku?" tanyaku balik.

"Kamu maunya gimana?"

"Ih kamu, nyebelin banget."

"Hehe, maaf." ucap Langit. "Nama panjang kamu siapa?" sambungnya.

"Hanin Shafwa Adinata." jawabku, malas.

"Salah!"

"Salah apanya, kamu tuh yang salah!" ucapku kesal.

"Harusnya nama kamu. Hanin Shafwa Adinata Arrayan. Itu baru benar, sayang."

Aku terdiam mendengar ucapan Langit, paling dia hanya bercanda seperti tadi. Ah malas sekali!

"Hanin, will you marry me?" Langit berlutut di hadapanku, dengan dua buah cincin yang sangat indah.

"Enggak." Wajah Langit seketika muram. "Enggak mau nolak maksudnya, hehe." sambungku, seraya menarik tangan Langit untuk berdiri sejajar denganku.

"Ayo kerumah, minta restu ayah, aku mau nikah lusa!" ucapku dengan semangat 45.

----

Allo, sobat ambyar, monmaap nii, udah ngaret pake banget, kalo nulis suka males soalnya. Muehwhwhwhw. Yaudah, ini aja dari aku, met lebaran ya ges, maap telat xixi. Jangan lupa vote and coment, kalo ada yang salah, tolong koreksi yaaa. cu guys!

—ail ♡



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 03, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HARTSLAGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang