Markas

17 3 0
                                    

"hah... aku tidak percaya, kita benar benar di pulangkan lebih awal karena kerusakan di beberapa bagian gedung sekolah" keluh Itsuki.

Aku hanya mendengar keluhan Itsuki dan tidak menanggapi ucapannya barusan itu dengan memandang ponselku, dan tiba-tiba ada notifikasi dari Rei.

"ngomong ngomong, soal ke markas GIREISAWA bagaimana?"

"KIREISAKA Mata empat! pas sekali kau bertanya, aku baru saja mendapatkan pesan dari Rei. Katanya kita akan di jemput Rai di lokasi kita berada saat ini."

"Ho... si penguntit"

"Sampai kau memanggil ku penguntit lagi, aku tidak akan tinggal diam!" tiba tiba terdengar suara Rai dari belakang Itsuki yang membuat dirinya terkejut setengah mati, aku yang di sana berusaha menahan tawa setelah melihat mereka berulah.

"Ya sudah, tanpa basa-basi lagi aku akan menunjukkan kalian jalan ke markas. Di sana, kalian akan aku tunjukkan fasilitas yang ada di markas tersebut."

Markas KIRESIAKA sebenarnya tidak begitu jauh dari sekolahku, hanya butuh 30 menit untuk sampai ke sana dengan berjalan kaki. Tapi yang benar saja, aku tidak sangka kalau markasnya akan sebesar Seibu Ikebukuro (pusat perbelanjaan besar di Tokyo). Apa mereka bangun markas ini sendirian? Dari mana mereka mendapatkan uang? Aahhh.... sudahlah bukan urusanku.

Sesampainya di markas, aku dan Itsuki di ajak berkeliling oleh Rai fasilitas apa saja yang tersedia di sana, tapi ini benar benar gila, di markas mereka memiliki fasilitas olah raga yang lengkap, tempat latihan kami dengan senjata yang kami miliki, ruang keamanan, ruang meeting, dapur yang luas, ruang kesehatan, ruang istirahat yang dapat kami gunakan untuk bermain gim juga, perpustakaan dengan berjuta buku di setiap sisi nya, aku dan Itsuki bisa gila melihat ini semua, sebenarnya masih banyak lagi tapi aku rasa Rai melihat kami sudah kelelahan jadi dia akhiri dengan fasilitas terakhirnya. Setiap anggota KIREISAKA akan di berikan kamar mereka masing masing yang luas setiap kamarnya adalah 6x11 meter, satu kamar rasanya seperti sudah memiliki satu rumah minimalis.

Hingga suatu titik, aku melihat ke arah beberapa pintu kamar, di setiap pintu akan di berikan papan nama berwarna biru sesuai dengan orang yang akan menempati kamar tersebut, dan aku melihat papan nama berwarna merah yang sepertinya tidak asing bagiku, tertulis nama 'Yamaguchi', aku merasa pernah mendengar marga itu tapi entah di mana.

"Kalian boleh beristirahat sejenak di kamar kalian masing masing, aku akan menyiapkan makanan untuk kalian." Ucap Rai dingin.

"Arigatou gozaimasu... Rai."

Dan dalam beberapa detik Rai menghilang dari pandangan kami, Itsuki yang masuk ke kamar lebih dulu segera menutup pintunya, dan seketika papan nama yang tadinya berwarna biru, kini berubah menjadi warna hijau yang artinya kamar itu sudah di huni seseorang. Dan masih ada beberapa pintu lagi yang papan namanya berwarna merah, yang artinya anggota KIREISAKA lain nya belum di temukan. Hari ini aku terlalu banyak berfikir, sebaik nya aku segera beristirahat.

Aku segera mengunci kamar ku dan mulai melangkah secara perlahan sambil mengamati ruangan yang cukup besar ini, aku masih tidak percaya, bagaimana remaja SMP berumur 15 tahun dapat membeli markas sebesar ini dengan fasilitas yang memadai.

Aku segera meletakkan tas milikku di atas meja dekat sofa dan di sampingku ada 2 senjata magnum revolver yang modelnya sama dengan punyaku, aku rasa yang ini bukan milikku karena kedua senjataku masih aku tinggal di rumah, dan di bagian hand grip sudah tertera namaku dengan ukiran yang indah, sepertinya senjata ini memang termasuk fasilitas yang mereka sediakan untukku. Aahhh, aku benar benar bisa gila kalau seperti ini, orang orang seperti mereka benar-benar hebat bisa mendapatkan semua fasilitas ini. Apa Itsuki juga mendapatkan senjata yang sama seperti miliknya?

Saat ini yang aku bisa lakukan hanyalah melepas rasa letih dengan bersantai di atas sofa yang empuk ini sambil memandang langit-langit atap, dan tanpa aku sadari mataku mulai tertutup. Hari ini memang akan menjadi hari yang panjang.

Akhirnya pun aku tertidur cukup lama, dan kembali aku bermimpi tentang gadis berambut jingga itu, kali ini samar-samar aku melihat wajahnya, dia memiliki warna mata yang indah berwarna hijau tosca itu memandangku dengan lembut, aku berusaha menanyakan namanya, hingga aku terbangun karena mendengar Rai mengetuk pintu dan aku segera membukakan pintu. Rai menyuruhku untuk pergi ke ruang makan untuk menyantap makanan yang telah mereka sediakan, Itsuki yang juga baru terbangun dari tidurnya keluar kamar dengan tubuhnya yang sempoyongan karena masih menahan kantuk.

KiReiSaKaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang