◾️◾️◾️
Setiap orang memiliki permasalahan yang berbeda.
•AUTHOR•
◾️◾️◾️
Istirahat pertama adalah waktu yang tepat untuk mengisi perut yang kosong dan tenaga yang sudah terkuras karena pelajaran fisika yang membuat kepala Sha seakan mengeluarkan asap panas. Konsekuensi menjadi anak IPA-mungkin juga karma karena Sha berpaling haluan dari IPS ke IPA, jadinya sekarang dia pusing sendiri menghadapi pelajaran IPA-terutama fisika.
Sha mencari teman yang kiranya mau diajaknya untuk pergi ke kantin. Sha memang tidak mempunyai teman tetap di kelas. Bagi Sha, teman tetap itu tidak akan pernah ada. Semua orang di dunia ini tidak akan pernah menetap pada satu orang, karena menurut Sha, tidak ada orang yang bisa setia hanya pada satu orang.
Sha memukul pelan kepalanya. Dia merutuki kebodohannya yang malah berpikir melantur seperti barusan.
"Mouu!" Moura-anak yang sama pendiamnya dengaku di kelas hendak melangkah keluar dari kelas-tampaknya dia mau ke kantin.
Moura berhenti tepat di ambang pintu. Badannya berbalik dan kedua matanya menatapku. "Apa Sha?" tanyanya.
"Ikut ke kantin ya, aku gak ada temennya nih. Kamu juga sendirian kan?"
"Yaudah ayo." Sha tersenyum senang. Diapun beranjak dari kursi lalu menggandeng tangan Moura untuk pergi menuju kantin.
"Kamu laper gak Mou abis pelajaran fisika?" Sha mencari topik pembicaraan. Setidaknya agar tidak terlalu kaku dengan Moura.
Jangan salah mengira kalau Sha tidak bisa mencari topik pembicaraan karena pendiam. Sedikit-sedikit dirinya juga bisa mencari topik yang agak berbobot.
Moura mengangguk, lantas memanggilku, "Sha."
Sha menoleh, "Apa Mou? Mau ngomong sesuatu?"
Moura mengangguk. Langkahnya memelan, "Panggil aku Ra aja, jangan Mou."
Kedua mata Sha memicing. Baru kali ini Moura mengatakan sesuatu yang tidak dia sukai pada orang lain. Padahal Sha sudah beberapa kali bersama dengannya saat di sekolah—walau tidak terlalu sering.
Seingat Sha, saat kelas sepuluh dulu—kebetulan mereka satu kelas, dia sendiri yang meminta pada teman-teman agar memanggilnya dengan nama Mou. Lalu kenapa sekarang Moura tidak mau dipanggil Mou?
"Kalo boleh tau emang kenapa ganti nama panggilan?" tanya Sha
Moura tersenyum hambar, Sha yakin ada alasan yang kuat kenapa Moura tidak mau dipanggil Mou. "Gapapa Sha."
Sha hanya mengangguk. Mungkin bukan saat yang tepat bila Sha memaksa Moura untuk memberitau alasannya. Lagipula status Sha bukanlah siapa-siapa—hanya sekedar teman kelas yang lumayan dekat. Aku yakin Moura tidak akan mau terbuka pada Sha.
Selang beberapa detik, Moura meremas pelan tangan Sha yang tengah menggandengnya. Langkah Muora juga terhenti. Sha tidak paham ada apa, matanya bergerak menatap Moura meminta penjelasan kenapa dia berhenti berjalan dan meremas tangannya.
"Liat depan Sha." jari telunjuk Moura mengarah ke depan—dia terkekeh pelan sembari menunjuk seseorang di depan sana.
"Emang ada apa?" tanya Sha bingung.
"Udah, liat depan aja dulu."
Sha menuruti perintah Moura. Mengikuti kemana jari telunjuknya mengarah.
"Tau dia siapa?" tanya Moura dengan suara pelan. Mungkin takut membuat Sha kesal.
Entah dirinya harus merasakan senang, sedih, atau malah biasa saja saat ini. Karena rasanya perasaan Sha sangat sulit untuk dijelaskan.
Hatinya terasa sesak. Apakah dia harus tersenyum saat melintas di dekatnya nanti?
◾️◾️◾️
Assalamualaikum semua👐
Alhamdullillah aku bisa update hari ini-lebih tepatnya saat ini malem. Sebenernya kemaren juga aku udah update lho, tapi sayangnya aku lupa mencet publikasikan, jadinya gak ke publish deh😭 Maaf atas ketelodoranku itu yaaaa😊 Insyaallah gak akan terulang lagi (Amin).Segitu dulu deh curhatanku ke kalian, jangan lupa vote dan komen ya. Makasih banyak😍
DAMAIZANNE
![](https://img.wattpad.com/cover/229631174-288-k483912.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sha
Teen FictionSLOW UPDATE (kalo lagi mood+idenya bagus pasti update kok😊) Bagi Sha hidupnya hanya tentang sebuah perjuangan. Berkali-kali tak dipedulikan tidak membuat Sha putus asa, justru dirinya semakin bersemangat untuk terus berjuang. Sha bertekad akan memp...