Gak usah JAIM

19 3 3
                                    

◾️◾️◾️

Terkadang rasa cemburu begitu sulit untuk disembunyikan.

•SHA•

◾️◾️◾️

Sha Pov

"Dia Alangga kan? Itu di sebelahnya cewe anak IPA 1 kan? Kamu pasti udah tau kan Sha kalo mereka berdua akhir-akhir ini lagi deket?" tiga pertanyaan yang terlontar sekaligus dari bibir Moura bagiku bukanlah sebuah pertanyaan, melainkan pernyataan-sebuah informasi penting yang tidak pernah kuketahui.

Aku memasang senyum masam, jantung berdebar tak karuan, emosi juga memuncak. Semua terasa campur aduk. Apalah dayaku yang selalu dihiraukan oleh Al sedangkan cewe itu, cewe yang tidak kukenal dan aku tidak pernah mendengar namanya malah bisa berbincang seru bersama Al.

Pahit memang rasanya. Menyaksikan seseorang yang kita suka bahagia dengan orang lain. Dan kenapa Al bisa care pada cewe itu? Sedangkan padaku? Ah sudahlah. Lebih baik aku mengisi perut agar kenyang daripada harus mengisi otak dengan hal yang hanya akan membuat sakit.

Aku menarik tangan Moura untuk kembali melangkah. Abaikan saja keberadaan Al. Hari ini aku akan mengabaikannya-walau tadi pagi tidak. "Mau jajan kan Ra?"

Moura menganggukkan kepalanya.

"Gak usah liatin dia ya Ra, apalagi nyuruh aku buat natap dia nanti. Aku gak mau liat Al, aku gak mau Al ngira aku cemburu."

Moura malah tertawa mendengar perkataanku. "Gak usah jaim deh Sha. Kalo emang cemburu, tunjukkin aja gapapa."

Tidak. Aku tidak akan menunjukkan rasa cemburuku pada Al-tapi sebenarnya aku memang cemburu, sangat cemburu. Rasanya inginku jambak rambut cewe itu.

"Ayo Ra." kami berdua berjalan memasuki arena kantin. Suasananya sangat ramai. Tempat duduk di kantin juga penuh. Tapi masih tersisa satu kursi, kursi di dekat Al dan cewe itu.

Astaga! Aku mengusap wajah, kenapa aku malah menatapi mereka berdua, padahal tadi aku yang menyuruh Moura ahar tidak melihat ke arah mereka.

"Aku beli batagor Sha, kamu beli apa?"

"Eh, apa Ra?"

"Kamu lagi ngeliatin mereka berdua kan? Cemburu kan? Sekali lagi aku bilang nih Sha, gak usah jaim, kalo cemburu bilang aja." usai berkata demikian, Moura meninggalkanku menuju penjual batagor.

'Astagfirullahaladzim'

'Astagfirullahaladzim'

'Astagfirullahaladzim'

Setelah membaca istigfar, aku kembali berjalan, menuju penjual batagor, aku mengantri di belakang Moura.

"Ngapain?" tanya Moura.

Aku memutar bola mata, pertanyaan Moura sangat tidak berbobot. "Beli batagorlah, masa mau ditembak sama Alangga!" jawabku nyolot.

Moura tertawa.

◾️◾️◾️




Double update hari ini yeyyyyyy😍 ada yang baca gak sih cerita ini? Aku jadi sedih kalo gak ada yang baca😭

Dah lah, buat siapapun yang baca, jangan lupa kasih vote dan komen ya. Makasih👍

DAMAIZANNE

ShaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang