Perangkap

131 11 5
                                    

Berjuang sendiri-sendiri, itu yang harus kita lakukan, kan? Untuk hidupku dan matimu.

~

Keesokan paginya, Dennis menyeret Clara kasar keluar kelas dan membawanya ke belakang sekolah. Tak pernah ada yang melihat kedekatan Clara dan Dennis tentu membuat semua yang melihat bertanya-tanya, ada hubungan apa mereka.

"Di mana Nilam sekarang?" tanya cowok itu tajam.

"Gak tau, Kak." Clara menjawab dengan lugu.

"Lo pinter ekting ternyata, ya." Dennis tersenyum sinis dan dengan berani mendorong Clara hingga mentok tembok dan menahan dadanya.

"Apa yang Kakak maksud, aku gak ngerti." Bak kesakitan, Clara mengeluarkan air mata.

"Nilam gak mati, kan? Lo gak bunuh dia, kan?" tanya Dennis semakin berani.

Dennis meyakini bahwa Clara yang menyiksa Nilam semalam itu karena kesurupan.

Mata Clara tiba-tiba berkilat dan tatapannya berubah, ia melepaskan tangan Dennis kasar dan balas mendorong. Clara menyadari kini bahwa Dennis tahu sesuatu tentang dirinya.

"Bertanyalah sesuai bukti bukan asumsi," desis Clara tajam, menyenggol bahu Dennis dengan bahunya.

Dennis tertegun karena sikap Clara yang berubah drastis dalam satu detik. Ada yang aneh dengan Clara.

Jadi semalam? Clara menyiksa Nilam dengan keadaan sadar?

Tanpa menunggu kini Dennis mencari penjaga sekolah.

"Gimana, Pak? Kemarin Nilam ada?" tanyanya.

Penjaga sekolah mengangguk, tapi ia melihat ke sana-sini dan berbisik, "Ibunya Nilam datang mencari, dan kamu benar Nilam ada di belakang sekolah. Ibunya berpesan agar apa yang terjadi pada Nilam gak seorang pun tahu, kamu paham?"

Dennis mengangguk cepat, ia juga bersyukur Nilam tidak kenapa-kenapa. "Gimana keadaan Nilam saat ditemukan?"

"Dia kejang dengan mata melotot, bapak gak tau dia dibawa ke mana," jawab penjaga sekolah masih pelan.
"Ngomong-ngomong kamu gak ada hubungannya, kan, dengan celakanya Nilam?" tanya pria paruh baya itu kini menatap curiga Dennis.

Si ketua osis itu menghela napas berat ketika mengingat apa yang terjadi. "Bapak percaya kalau yang kami alami itu hal gaib?"

Penjaga sekolah langsung mengangguk, tentu ini bukan yang pertama kalinya terjadi di sekolah ini.

"Saya hanya melihat Nilam disiksa oleh-" Dennis berhenti sejenak, "makhluk halus," lanjutnya, ia ingin menyebutkan oleh Clara tapi masih ragu jika Clara melakukannya atas kesadarannya atau dirasuki.

~

Keesokan paginya lagi. Semua gempar melihat Clara yang berdiri di atap sekolah.

"Dia mau bunuh diri!" teriak salah seorang siswa.

Semua panik, termasuk Vika yang hanya bisa melihatnya di bawah. Ingin menghentikan dan menghampiri, tapi mengingat persahabatannya yang tak lagi baik seperti dulu membuatnya ragu. Tapi bagaimana pun juga Clara adalah sahabatnya dan Vika begitu peduli padanya, ia hendak berlari untuk ke atap tapi langkahnya terhenti ketika orang-orang berteriak menyebut Dennis.

Ya, Dennis menghampirinya.

Sebenarnya Dennis tak lagi ada niatan untuk bicara dengan Clara apalagi mengganggunya dengan menanyakan Nilam. Tapi Dennis merasa harus melakukannya, untuk menyelamatkan Clara dan juga untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, ia yakin keputusan Clara untuk mengakhiri hidupnya ada kaitannya dengan kejadian waktu itu.

"Ra, turun," ucap Dennis pelan, "Kita bisa bicarakan masalah lo dan cari jalan keluarnya."

Clara terisak den tersedu pilu.

"Gue udah celakain Nilam," ucap Clara semakin terisak.

"Nggak, Ra. Nilam baik-baik aja, sekarang lo turun." Dennis mencoba menyentuh tangan Clara untuk menariknya.

Clara perlahan melirik Dennis. "Kemarin Kakak liat aku nyiksa Nilam?" tanya Clara dengan mata yang kembali berkilat.

Dennis hanya mengangguk. "Tapi gue percaya itu bukan atas kesadaran lo."

Mendengar itu diam-diam bibir Clara tersungging sinis.
"Gue takut setelah ini ada korban yang sebenarnya, gue mau loncat!" gadis itu memejamkan mata dan bersiap terjun.

"Jangan!" Dennis meraih tangan Clara tapi justru membuat Dennis terjun dengan sendirinya.

Semua teriakan pun menggema, tubuh Dennis terbujur kaku dipenuhi darah.

"Gue gak bunuh lo, tapi lo mati dengan suka rela, setidaknya itu ingatan terakhir yang bakal lo inget," ucap Clara tersenyum sinis, di samping Clara juga ada Nenek Seruni yang terkikik merasa penuh kemenangan.

"Kamu lebih berguna daripada si Kris itu!" ucap Nenek Seruni yang kembali terkikik.

Bukan membunuh, tapi menyesatkan manusia begitu menyenangkan untuknya. Membuat manusia saling memusuhi dan membunuh temannya.

*

Nilam tersentak, dan televisi masih menyala menemaninya. Barusan itu apa? Tapi Nilam yakin dia tidak tidur.

Untuk pertama kalinya Nilam melihat kejadian yang terjadi di masa yang telah lalu, dan tepatnya yang ia alami adalah melihat kematian Dennis.

"Nenek Seruni," desis Nilam mengepalkan tangan.

Benar yang Kris bilang, ia harus menyelematkan Clara terlebih dulu.

~

Perjalanan masih panjang tapi gak semangat nulisnya, bersyukur banget bisa nulis ini lagi setelah tiga bulan lamanya aku stop. 😁

Semoga masih nyambung ini cerita, setelah nulis langsung aku up tanpa baca ulang dulu.

Petaka Mata Batin TerbukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang