Jawaban

179 13 4
                                    

Bagaimana bisa lo bersikap seperti tidak terjadi apa-apa? Tetap memberikan perhatian itu dan buat gue sulit buat benci lo.

~

"Ya ampun! Nilam! Akhirnya lo sekolah juga, ke mana aja selama ini?" Histeris. Vika tak hentinya mengguncang bahu Nilam, padahal sahabatnya itu baru saja menginjakkan kaki di kelas mereka.

Sedangkan Nilam hanya bisa nyengir saja mendapat sambutan histeris Vika, mulai membalas pelukannya dengan hati membatin bahwa ternyata Vika tidak tahu jika selama ini dirinya dirawat di rumah sakit.

"Eh, Vik." Nilam perlahan melepaskan pelukannya, ia tampak membasahi bibir untuk mengatakan sesuatu. Dengan langkah pelannya menghampiri bangkunya dan berkata meski ragu, "Clara ...."

Wajah Vika seketika berubah, yang awalnya cerah kini tampak kusut, "Gue males ngomongin dia," ucapnya langsung duduk di bangkunya mengikuti Nilam.

Mendengar jawaban Vika membuat Nilam menaikkan sebelah alisnya, "Kenapa? Apa dia selama ini baik-baik aja?"

"Dia licik, dia udah nyebabin ketua osis kita mati!" Ketus dengan mata penuh sorot kebencian.

"Mati? Ketua osis kita? Kak Dennis?" pekik Nilam tak percaya, dadanya kini berdebar tidak beraturan. Kenapa?

Perlahan ingatan Nilam kini tertuju ke saat terakhir kali ia bertemu dengan Dennis. Ya, saat itu Dennis yang meneriakinya aneh dan gila. Kejadian dimana keadaan tiba-tiba berubah menjadi seperti magrib, sinyal yang sama sekali tidak ada di semua ponsel dan kejadian dimana Nilam ditarik dan disiksa Clara. Lalu, kapan Dennis meninggal?

"Kenapa Kak Dennis meninggal? Dan apa hubungannya sama Clara?" tanya Nilam dengan bibir bergetar, jantungnya masih ia rasakan berdebar kencang.

"Kak Dennis nyelamatin Clara yang hendak bunuh diri," lirih Vika, meskipun lirih tapi masih terdengar dengusan kesal.

Kening Nilam mengernyit. "Omong kosong apa itu?" serunya, ia tidak percaya Clara pernah berkeinginan untuk mengakhiri hidupnya.

"Gue ngerasa saat itu ada yang gak beres sama Clara, dan Kak Dennis ikut campur, gue pernah liat mereka beradu mulut di belakang sekolah dan esok harinya kejadian itu terjadi, Clara hendak lompat dari atap tapi dicegah Kak Dennis dan ...." Vika menghela napas beratnya, tak bisa melanjutkan lebih detail lagi bagaimana Dennis berusaha menghentikan Clara dan malah terjatuh.

"Ya Tuhan." Nilam menutup mulutnya dengan mata nanar, jadi selama dirinya di rumah sakit ada kejadian yang benar-benar tak terduga?

"Anak-anak mengira bahwa Clara sama Kak Dennis itu pacaran, mereka bertengkar dan berakhir gitu," jelas Vika kini melirik Nilam dengan hati-hati.

Jiwa Clara sudah dinikahi makhluk halus. Nilam menatap Vika nyalang, ia ingin mengatakan itu tapi tidak mungkin.

Tugas Clara saat ini adalah mencari mangsa untuk dijadikan tumbal. Seperti itukah? Itu adalah asumsi Nilam setelah mengingat kejadian demi kejadian di luar nalar yang menimpanya.

"Clara," lirih Nilam kini menelan liurnya, hatinya mengatakan bahwa ia harus menyelamatkan Clara dari cengkeraman para iblis itu, membebaskannya dan juga ... membebaskan Kris.

Kris? Mengingat nama itu membuat Nilam tersenyum sinis, Kris adalah tumbal yang terjebak dan membuat Clara harus mengikuti jejaknya. Jika Clara tidak bisa melakukannya maka taruhannya adalah nyawa Clara sendiri, itulah yang juga terjadi pada Kris sebelumnya.

Kris? Nilam merasakan kehadirannya sekarang, pemuda itu berada tepat di sisi kanannya. Perlahan ia meliriknya dan mendapati Kris yang tersenyum manis untuknya.

"Jangan senyum kayak gitu lagi sama gue," ucap Nilam datar. Hatinya sakit karena senyuman itu.

"Tapi, Lam." Kris hendak menyentuh kepala Nilam yang langsung ditepis kasar.

"Demi melindungi gue, lo korbanin sahabat gue agar ngikutin jejak lo, harusnya lo tau kan perasaan gue saat ini gimana?" Menatap kesal.

Kris mengangguk mencoba mengerti. Senyuman yang diberikannya pada Nilam entah selalu terjadi begitu saja, Kris selalu merasa bahagia saat menatap gadis itu.

Vika yang sedari tadi hanya melongo sekaligus merinding kini menelan liurnya dengan kasar, Nilam tengah berbicara dengan hantu, pikirnya.

"Gue butuh bicara, berdua!" ketus Nilam melirik Kris.

Mendengar ucapan itu sontak Vika mengerjap dan menatap sahabatnya itu tak percaya, "Lam, lo lagi ngomong sama hantu, ya?" Pertanyaan bodoh itu keluar dari mulutnya begitu saja.

Sedangkan Kris, ia bersmirk dan mengangkat sebelah alisnya. "Ya udah ayo ke luar," ucapnya yang langsung menghilang.

"Dasar hantu!" teriak Nilam semakin kesal karena Kris main menghilang begitu saja.

"Lam, anak-anak sekarang ngeliat lo," Vika mendesis melihat kanan kirinya.

Gadis itu kini mengikuti arah pandang Vika, dan benar saja semua temannya yang ada di kelas itu tengah melihat ke arahnya. Ia mendengkus kesal, semua orang memang sudah menganggap aneh dirinya karena sering berbicara sendiri.

Tak ingin mempermasalahkannya, Nilam langsung berdiri.

"Gue keluar dulu bentar," ucapnya datar dan langsung melangkahkan kaki keluar kelas, ah tepatnya ia akan menghampiri dimana Kris berada.

*

Nilam menghentak kaki kesal, ia sudah mencari Kris di setiap sudut luar sekolah. Sekarang ia sadar Kris mengerjainya. Jam pelajaran pertama sebentar lagi segera dimulai, ia tak punya banyak waktu sekarang.

Tiba-tiba seseorang menepuk punggungnya dan berteriak nyaring, "Tah!" Itu memang Kris yang mengagetkan.

Nilam semakin kesal dibuatnya, apalagi melihat ekspresi Kris yang tampak tanpa beban.

"Kok lo bisa-bisanya bersikap seperti tidak terjadi apa-apa," ketusnya melipat tangan di dada setelah menjauhkan diri.

Kris lagi-lagi menggaruk kepalanya yang tidak gatal, ia salah lagi. "Maaf," lirihnya.

"Bener harusnya gue yang ada di posisi Clara?" tanya Nilam tajam.

Pemuda itu melirik ragu dan hanya mengangguk.

"Bener harusnya gue yang nikah sama lo, dan harusnya gue yang mencari mangsa dari bangsa manusia untuk dijadikan tumbal?" tanya Nilam lebih jelas lagi, dan Kris lagi-lagi hanya mengangguk.

Melihat anggukan itu Nilam berdecak kesal dengan diam-diam tangannya terkepal, ia ingin sekali tangannya itu menampar wajah Kris jika saja pemuda itu manusia.

"Kenapa harus Clara? Lo bilang demi melindungi gue tapi kenapa harus sahabat gue?" Nilam frustrasi bergerak tidak jelas sampai berjongkok menahan emosi itu.

"Karena yang bisa liat gue cuma kalian berdua," jawab Kris datar.

Mereka berdua? Nilam mengangkat wajahnya menatap Kris penuh pertanyaan.

"Cuma lo sama Clara yang bisa liat gue di sekolah ini."

Gadis itu kini menggigit bibir dengan tatapan kosong menatap tanah di depannya. "Kita berdua," lirihnya masih tak percaya, kenapa ini semua harus terjadi pada mereka.

"Gue pilih Clara karena gue percaya lo bisa selamatin Clara buat keluar dari jerat itu, tapi kalo gue tetep jadiin lo pengantin gue lo gak bakal bisa keluar lagi karena lo yang diincar Raja dari awal."

Semuanya membuat kepala Nilam sakit, tak bisa berkata-kata . Hanya bisa menunduk tanpa berpikir. Semua ini rumit.

Namun tak lama ia pun perlahan mengangkat wajahnya dan menatap Kris sendu, "Apa setelah ini akan ada korban lagi selain Dennis?"

Kris mengangguk. "Selamatkan Clara terlebih dulu, karena gue gak bisa berbuat apa-apa."

~

Udah kejawab bagian penasarannya, kan? Clara itu manusia biasa kok, cuman dia berada dalam jerat iblis.
Tugas Clara adalah mencari tumbal.

Jadi semua ini belum berakhir.

Petaka Mata Batin TerbukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang