Bab 4

12 5 1
                                    


Mata dingin dengan sorot mata tajam lurus Ayaka melepas cengkraman tanganya dan pergi begitu saja tanpa menggubris wanita yang kesakitan karenanya.

Langkahnya terhenti di satu bangku taman sekolah, ia merasakan kepuasan saat melukai wanita yang selalu membullynya.

"Ayaka, kamu sendirian lagi?"

"Iya." Ayaka membalas dengan begitu ketus dan dingin. Kaki Ayaka bergetar dengan hati yang tidak tenang saat memikirkan pembullyan yang selama ini ia terima.

"Ayaka sebentar lagi ujian apa kamu tidak belajar?"

"Entahlah, aku tidak yakin akan hal itu."

Ayaka diam ia sadar semua ini akan berakhir sama, yaitu terbaikan dari pandangan semua orang termasuk orang tuanya.

"Sekarang sudah masuk jam ujian kamu tidak masuk?"

Ayaka melihat jam yang melingkar di pergelangan tangganya dengan waktu menunjukan pukul 08:25 KST.

Melihat ujian sudah di mulai dan jam pertama akan usai 20 menit lagi, Ayaka segera bergegas untuk masuk kedalam kelasnya. "Maaf saya telat, Pak."

"Duduk!"

Ayaka segera menempati tempatnya dengan tatapan ketidak sukaan dari teman-temannya, namun hal itu tidak membuat nyali Ayaka menciut, Ayaka dengan cepat mengerjakan soal sesulit itu dengan waktu 10 menit sebelum jam usai. "Saya sudah selesai, Pak. Boleh saya minta lembar soal ujian yang baru?"

"Apa, kamu serius?"

"Iya," balasnya.

Guru itu sendiri bingung murid yang baru saja masuk bisa menyelesaikan lima puluh soal dalam waktu sesingkat itu.

Jawaban macam apa yang dia isi?

Guru itu menggelang dan meminta siswi itu keluar dari kelasnya menunggu jam berikutnya di mulia, "Kalau begitu kamu keluar dulu, nanti di jam ke dua kamu masuk."

Ayaka pun keluar kelas tanpa kata apapun. Iya membuat semua orang terfokus padanya.

"Semuanya fokus dengan soal kalian!" Guru itu menyentak pada semua muridnya yang terfokus dengan Ayaka yang mejawab dengan begitu cepat.

Ayaka kembali melihat jam tangannya menunggu waktu hang begitu lambat bergerak.

"Lagi nunggu jam ke dua, yah?"

"Iya," sahutnya.

"Ayaka, kenapa kamu jadi cuek gitu?"

Ayaka melirik tajam pria yang menanyakan perubahnnya, "Apa aku harus menjawab perubahan sikapku?"

Pria itu memainkan kesepuluh jarinya sembari menatap perubahan sikap Ayaka yang begitu signifikan, "Bukan begitu, hanya saja sikapmu jauh dari yang dulu."

"Aku tidak peduli dengan pandanganmu, yang jelas sekarang aku bukan Ayaka yang bisa direndahkan."

Dua kepribadian Ayaka yang terpendam sekarang telah muncul dipermukaan, kehidupan yang kelam membuat sisi gelapnya mendominasi hati yang hangat berubah sedingin es.

Tidak terasa waktu sudah berlalu sepuluh menit Ayaka segera masuk kedalam kelas untuk melaksanakan ujian di jam ke dua.

Matanya terus menatap lurus mengabaikan semua mata yang terus melihat sinis ke arahnya.

"Baik, sebulum ujian di mulai ibu periksa dulu, kalau sampe katahuan mencontek siap-siap kalian keluar dari sini dan akan ikut ujian susulan! Dan ingat jangan harap dapat nilai bagus, mengerti!"

"Mengerti!!" Semua siswa menjawb dengan lantang.

"Bagus, tang di pan bagikan soal dan kertas jawaban kebelakang! Ingat tidak ada yang mendapt lembar jawaban ganda, kalau ketauan curang siap-siap dapat kartu merah dari ibu!"

"Iya, Bu."

Mereka pun mulai mengerjakan soal dengan tenang namun ada stu hal yang membuat fokus guru itu terpecah saat sebuah kertas melayang ke arah muridnya yang duduk di bagian paling depan.

"Apa ini?" Guru itu bertanya pada muridnya yang melempar kertas kedepan. Guru itu segera membuka kertas itu yang ternyata berisi jawaban. Maga tajam memicing mengebrak meja membuat semua murid kaget di buatnya, "siapa yang menyuruh kamu melwmpar jawaban ini?"

"Ayaka, bu! Dia minta jawaban sama saya, dia mengencam kalau aku nggak kasih dia bakal bikin aku celaka."

"Apa! Benar itu Ayaka?"

"Tidak! Saya sudah selelsai dengan jawaban saya, boleh saya pulang? Oh satu lagi, saya tidak butuh jawaban apapun darinya. Orang bodoh seperti dia, tidak pantas memberikan contekan." Ayaka tersunging remeh pada wanita yang memfitnanya dengan cara kuno seperti itu.

"Kalau kamu sudah selesai kenapa kamu minta jawaban dari dia!"

"Sudah saya katakan, saya tidak butuh contek dari siswi bego kaya dia. Lalu apa masih berpikir saya meminta contekan?"

Guru itu terdiam dan mempersilahkan siswa yang satu ini pulang lebih dahulu, aura dingin seperti itu tentu saja membuat siapa saja menjadi gugup saat berada di dekatnya.

"Heh, pada diem! Cepat kerjakan, dan kamu kenapa mamu melepar jawaban ini pada Ayaka? Memang kamu sudah selesai, huh?"

"Be-belum, Bu."

Guru itu menatap kesal dengan murid yang berani mempermainkannya, "Ingat kalian itu sedang ujian jangan main-main!"

"Iya, Bu."

Guru itu mengatur napasnya yang tertahan selama bertatap mata dengan muridnya yanng begitu dingin. Apa lagi dia terkenal aneh dan mistis karena pernah hidup kembali dari kematian.

Menakutkan sekali dia, kenapa dia menatap kosong seperti itu?

Guru itu bertanya-tanya akan aura dingin yang ia dapatkan saat bertatap mata dengan Ayaka salah satu murid misterius yang baru ia kenal selama ia mejdi guru di sekolah.

Jangan lupa vote di setiap partnya dan coment yah guys. 😙😙

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 27, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

World Is Mightier The SwordTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang