"Kau harus mati! Kau harus mati! Hahaha!"
Seorang laki-laki berjubah hitam--yang aku tak tahu siapa dia--menyanderaku. Aku tak dapat melihat wajahnya di kegelapan malam. Aku hanya dapat melihat siluetnya dari cahaya bulan purnama dibelakangnya. Aku merasakan cahaya keperakan bulan yang lembut dan hangat menyentuh wajahku. Aku yakin laki-laki bersuara parau itu dapat dengan jelas melihat wajahku karena bantuan sinar bulan purnama. Aku diikat pada sebuah tiang besi setinggi 3 meter dan aku tak bisa berbuat apa-apa selain menunggu apa yang selanjutnya akan terjadi.
Sepintas ku lihat ke sekelilingku. Sekumpulan orang membentuk lingkaran mengelilingiku. Mereka menggunakan jubah hitam yang menutupi wajah.
"Kau membahayakan kehidupan kami! Ras kami terancam karena kelahiranmu! Kau harus mati! Dan aku yang akan mengakhiri ancaman darimu! Aku akan membunuhmu!" ujarnya lagi.
Aku melihat siluet sebuah pedang membelah bulan yang bulat sempurna. Dan pedang itu teracung dari tangan laki-laki itu. Pedang itu tertuju padaku. Proyeksinya tepat pada pertengahan kepalaku.
Ayah, Ibu, mungkin aku akan menyusulmu dengan bantuan laki-laki ini. Kupejamkan mataku dan ...
"Hyaaaaaaa!"
Jleb!
Aku terbangun. Hanya mimpi ...
YOU ARE READING
SOULGATE
FantasyHidup di Kota Soulgate membuatku muak dengan segala mitosnya. Aku tak percaya mitos-mitos itu. Bukan tak beralasan, bahkan aku terlahir pun dengan menentang mitos.