5

68 11 0
                                    

Bismillahirrahmanirrahim...

Setelah dua hari menyelesaikan tugas dari perkuliahannya, kini Wafda dan Abram sudah kembali ke kota kelahiran mereka, Solo. Pagi ini mereka berdua harus kembali lagi ke Jombang, karena ada acara yang mungkin sangat bersejarah.

“Mas, hari ini jadi to temeni aku?” Tanya Abram. Wafda yang masih sibuk memasukkan beberapa pakaian ke dalam tas besar,  langsung menoleh ke arah Abram.

“Ya jadi lah, masa kamu mau lamaran Mas nggak nemenin. ” Balas Wafda membuat senyuman terukir di wajah Abram.

“Ibu sama Bapakmu udah kamu kasih kabar apa belum kalau kamu mau khitbah anak orang?” Tanya Wafda.

“Sudah Mas, tapi mereka nggak bisa hadir. Bapak lagi sakit, jadi Ibu harus temenin bapak.” Jelas Abram membuat Wafda mengangguk tanda paham.

“Yawes, ayo berangkat ke Stasiun.” Abram menutup resleting tas besarnya dan mengikuti Wafda dari belakang.

Beberapa menit setelah berbincang-bincang, mereka berdua sampai di stasiun dimana mereka lebih memilih menaiki kereta daripada menaiki bus seperti awal mula mereka pergi ke Jombang dengan alasan mempersingkat waktu.

Sesampainya mereka di stasiun, Wafda langsung pergi loket untuk membeli tiket. Perjalanan akan dimulai lima belas menit lagi. Setelah mendapatkan tiket, Wafda menuju ke tempat duduk Abram.

“Bram, kamu beneran gak mau cerita sama Mas. Gimana kamu bisa disuruh taaruf dia?” Tanya Wafda mendekati Abram, dan Abram hanya fokus terhadap gawainya tanpa menghiraukan pertanyaan dari Wafda.

“Bram?” Tanya Wafda sekali lagi.

“Eumm, nanti aja deh Mas di kereta Abram ceritain.” Jawab Abram, sebenarnya dia mendengarkan apa yang dipertanyakan oleh Wafda, hanya saja dia malas untuk bercerita panjang lebar.

“Disini aja Bram mumpung gak terlalu rame.” Paksa Wafda, karena dari mendapat telfon dari Jombang, Abram masih belum menceritakannya pada Wafda.

“Di kereta aja Mas, lebih leluasa.” Alibi Abram dan terpaksa Wafda yang mengalah.

Waktu menunjukkan pukul 09.27 yang artinya, dimana tiga menit lagi perjalanan akan dimulai. Kini, waktu sudah menunjukkan 9.30 dimana artinya mereka harus segera menuju ke kereta yang akan dinaiki.

‘Penumpang yang kami hormati saatnya kereta api akan diberangkatkan dari Stasiun Solo Balapan menuju stasiun akhir Jombangʼ

Mendengar suara keberangkatan yang diumumkan, Wafda dan Abram bergegas menaiki kereta api dan langsung menduduki kursi yang tertera di tiket. Setelah mendapati kursi yang sesuai dengan tiket, mereka berdua langsung menaruh barang-barang yang dibawa di bagasi.

“Nah, sekarang udah nde kereta. Sekarang kamu cerita sama Mas.” Protes Wafda menagih janji Abram beberapa menit yang lalu.

“Iya-iya Mas.” Abram menghela napas panjang dan mulai menceritakan kejadian kemarin malam.

Flashback on

Dret......dret....

Terdengar gawainya berbunyi, lantas ia langsung menghentikan aktivitasnya dan langsung mengangkat telfon.

“Hallo, assalamualaikum. Apa benar ini dengan Abram Fadli alumni Sma Wijaya?”

“Waalaikumsalam, benar. Maaf ini dengan siapa?”

“Alhamdulillah, kalau benar. Saya Ilham kebetulan kita satu organisasi dulu, saya kakak kelas kamu. Oh ya apa kamu sudah memiliki istri?”

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 22, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ImamkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang