Tiga

710 99 118
                                    

Assalaamu'alaikum

Happy reading

Binar bahagia terpancar jelas dari netra coklat terang milik Camellia. Gadis cantik berkulit kuning langsat itu tersenyum riang. Pasmina yang di pakanya tampak berkibar terkena hembusan angin.

Langkah kaki jenjangnya begitu mantap, memasuki sebuah bangunan yang tampak mulai usang, dengan cat di dindingnya yang sudah terkelupas di beberapa bagian.

Suara-suara riuh anak kecil saling bersahutan dari kejauhan, senyum di wajah Camellia semakin mengembang.

Sebelum kakinya melangkah melewati pintu masuk bangunan, Camellia menarik nafas dalam, dan menghembuskannya perlahan.

"Bismillahirrahmannirahiim" bathin Camellia. Senyuman manis nan hangat kembali tercetak jelas dari bibir mungilnya.

"Assalaamu'alaikum," seru Camellia, dengan suara yang cukup keras.

Anak-anak yang tengah bermain dan bercanda di dalam bangunan tersebut, langsung menghentikan aktifitas mereka seketika. "Wa'alaikumus salam." Suara anak-anak yang menjawab salamnya bagaikan koor yang menggema indah di seluruh ruangan.

"Apa kabar anak-anak?" Sapa Camellia, menatap satu persatu anak yang menghampiri dirinya dan mencium tangannya.

"Baik Mbak!" jawab mereka dengan suara riang.

Camellia bukanlah guru seperti pada umumnya atau nama kerennya PNS, tapi dia hanyalah tenaga pengajar suka rela, yang mengajarkan berbagai hal pada anak-anak kurang beruntung dan anak panti asuhan yang tidak jauh dari tempat tinggalnya.

Dan bangunan yang di pakai dirinya untuk mengajar, hanyalah bekas gudang tua yang oleh si pemilik di serahkan kepada Camellia dan beberapa temannya, untuk di pakai sebagai sekolah darurat, sekitar 2 tahun yang lalu.

Camellia bersyukur, sekiranya anak-anak tidak kepanasan dan kehujanan saat belajar. Ucapan terima kasihpun tiada henti mereka ucapkan kepada orang yang baik hati itu.

"Hai, Mel!" Seru seorang gadis seumuran Camellia memanggilnya dari kejauhan.

"Yuri, kapan kamu datang?" Seru Camellia, begitu melihat orang yang memanggilnya.

Gadis bernama Yuri mendekat ke arah Camellia, dia merentangkan tangan lalu keduanya berpelukan erat.

"I'm sorry, kumohon jangan membenciku," bisik Yuri, tepat di telinga Camellia. "Dia memang bodoh, sangat bodoh, karena sudah meninggalkan wanita sebaik dirimu."

Tubuh Camellia membeku, mendengar bisikan sahabatnya.

"Maaf untuk apa? Itu bukan salahmu." Camellia merenggangkan pelukannya, dan menggenggam kedua tangan Yuri, dengan erat. "Mungkin ini sudah suratan takdir, aku menerimanya, do'akan saja supaya aku bisa ikhlas dan bisa menjalani hari-hariku seperti sebelumnya."

Yuri kembali memeluk tubuh Camellia dengan sangat erat.

Yuri, gadis bermata sipit itu adalah sahabat Camellia yang juga merupakan adik sepupu Awan, mantan tunangan Camellia.

"Semoga Tuhan selalu memberkati dirimu, dan semoga kamu bisa mendapatkan pasangan yang baik dan mencintaimu kelak," Yuri menjeda ucapannya sejenak, menarik nafas dalam dan menahan isakannya. "Do'a terbaikku selalu menyertaimu, maafkan aku, maaf."

Camellia mengucapkan terima kasih atas semua do'a-do'a sahabatnya.

"Well, well, sampai kapan kalian berpelukan seperti itu?" Camellia dan Yuri mengurai pelukannya dan berbalik, menatap orang yang berbicara di belakang mereka. "Kalau mau pelukan ajak-ajak dong, gue 'kan mau juga di peluk,"

Camellia - Sudah TerbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang